Untuk Rasi Kautsar
Dear Rasi Kautsar, putri kecilku.
Saat menulis surat ini, Mama Pi sedang
memutar ulang rekaman suara yang kau kirimkan lewat Whatsapp. Rasi, suaramu
yang parau itu menghangatkan malamku dan nenekmu. Kami mengisi ruang rindu
dengan derai tawamu, lagu-lagu yang kau nyanyikan, dan keluguan senda guraumu.
Nak, lewat suara-suara elektronik itu kau
banyak bercerita tentang sekolah. Rupanya kau senang menuntut ilmu dan dan
berteman. Kami turut bahagia, Nak. Harapanku tak banyak, Nak, tak perlu kau
menggondol juara pertama lomba menggambar atau mendapat nilai tertinggi di
kelas. Cukuplah ketika kau menikmati setiap detik setiap kali membaca,
berhitung, atau menulis, menjadi kesenanganku juga.
Aku tak sabar menantikanmu memakai seragam
merah putih, yang berarti kau telah kembali ke kota kita tercinta. Negeri Hujan
memang menyimpan banyak pesona, namun kota yang dipeluk gegunungan ini
menyimpan banyak cahaya. Kota sejuk dan kami sekeluarga—aku, nenek, dan kakekmu—menunggumu
penuh doa.
Rasi, sekolah adalah tempat yang memukai, di
sana kau akan bertemu berbagai karakter manusia, berbagai karakter ilmu dan
kegunaannya. Tetaplah mencintai sekolah, Nak. Aku ingat ketika seumurmu,
sekolah adalah tujuan utamaku. Aku benci hari libur, karena aku tidak bisa
sekolah, tidak bisa bertemu para sahabat. Bertemanlah dengan banyak orang di
sekolah, Nak, termasuk dengan penjaga sekolah. Kuberitahu satu rahasia, penjaga
sekolah sering meloloskanku ketika aku terlambat datang. Penjaga sekolah
memperhatikan keselamatanku ketika aku pulang terlalu larut.
Kau juga harus berteman dengan penjaja
kantin. Bukan, bukan untuk minta makanan gratis, tapi kalau diberi sajian
lebih, jangan pula kau tolak. Oh ya, kau jangan takut pada guru killer, guru
semacam ini punya disiplin tinggi, kau bisa belajar lebih maksimal. Dan ingat,
guru killer tetaplah manusia yang bisa tersentuh hatinya, maka perlakukan
mereka dengan hormat jangan malah memusuhinya.
Rasi, sekolah memang tempat untuk berteman,
berteman dengan segala rupa topeng manusia, segala rupa pengetahuan. Sekolah
kadang terasa menjadi beban, namun ketika kau berteman dengan mereka, segala
beban bisa sirna.
Nanti, kau bisa ikut kegiatan tambahan, ada
beragam ekskull yang bisa kaupilih. Mulai dari melukis, menulis, olah raga,
sampai belajar berdebat. Dulu, aku suka sekali kegiatan teater. Mamamu dan aku
banyak menghabiskan waktu untuk tampil di panggung. Menurutku, belajar teater
itu lengkap sekali. Aku bisa belajar menulis, berperan, menata pakaian, menata
rias, sampai menata cahaya. Lebih dari itu, aku bisa belajar bekerja dalam tim.
Pilihlah yang kau sukai.
Rasi, Mama Pi kangen sekali. Sampai hari
kepulanganmu, aku akan cukupkan rindu dengan memandangi fotomu yang kian
menggemaskan. Wajahmu persis Mama Pa waktu seusiamu. Rasi sayang, teruslah
kirimi gambar-gambarmu, agar aku merasa tetap dekat, tetap melihatmu bertumbuh.
Mama Pi tetap Mamamu yang kedua, biarpun tubuhku jarang ada di dekatmu. Peluk cium
untuk gadis kecilku yang lugu.
Rasi mirip teh eva juga teh evi ya. Berasa kayak punya anak sendiri dong ya teh?
ReplyDeleteRasi beneran manggilnya "mama" ke teh evi? Rasi punya dua ibu dong ya :))
Anak-anak emang menggemaskan, kadang aku selalu bisa langsung jatuh hati sama anak-anak. Mereka lugu dan tulus. :)
Iya Mit, Rasi mirip kita berdua *ngarep*
DeleteBeneran manggilnya Mama Pi, iya dia punya dua ibu heuheu
dari cerita diatas teteh ini berjauhan sama putrinya kah,
ReplyDeletePutrinya kembaran saya sih tapi udah kayak putri sendiri :)
Delete