Perempuan
Bermata Besar
: Ima RochmawatiPerempuan bermata besar dan Lelaki pemetik gitar ~ Sumber: FB Teh Ima Rochmawati |
Dear perempuan bermata besar yang biasa
kupanggil Teh Ima. Apa kabar Teteh? Dua kali kita sempat berjumpa di Jakarta,
sayangnya belum ada kesempatan bercakap panjang.
Teh Ima, satu hal yang selalu melekat pada
dirimu, matamu yang besar. Bahkan kau abadikan sebagai nama pena: Imatakubesar.
Aku tak pernah bilang, kalau aku begitu mengagumi mata itu. Mata besar dengan
kerlip-kerlip cahaya yang menyilaukan. Mata itu begitu besar, selebar harapan
dan impian.
Apa kabar Kang Holis, Teh? Bagaimana proses
pengobatannya? Semoga berjalan lancar, semoga lelakimu lekas bugar.
Hei, aku juga belum pernah mengungkapkan
betapa aku mengagumi kalian. Sepasang suami istri penuh pengertian. Kalian
begitu serasi di hadapanku. Keduanya menggeluti literasi, keduanya menggeluti
dunia panggung. Aku masih ingat dengan jelas, betapa lincahnya kau melakonkan
peran, dan betapa lincahnya jemari lelakimu menari di atas gitar. Musik dan
lakon, saling menggenapi, serupa kalian.
Teh, seringkali aku menyesali karena tak
pernah berkunjung ke rumah kalian. Rumah yang hangat oleh celoteh anak-anak.
Lalu kabar itu tersiar, lelakimu terserang sakit yang cukup dasyat. Perempuan
mana yang tak runtuh hatinya? Matamu yang besar menyiratkan apa adanya. Betapa
lelaki itu begitu berarti karena kalian saling memiliki. Dunia tak lantas
kiamat. Berdua kalian berjuang melawan perih yang teramat.
Teh, terakhir kali kita bertatap, kulihat
pipimu menirus. Tubuhmu letih dan mengurus. Namun mata besarmu, terasa semakin
membius. Mata itu masih tetap besar, mata itu masih tetap lebar. Cobaan bertubi
tak merenggut keyakinan juga harapan. Mata besar itu semakin mengokohkan bahwa
kau bukan perempuan sembarang.
Beberapa hari yang lalu, aku mencoba
menghubungimu. Terlambatkah bila baru sekarang aku ingin menggenggam tanganmu?
Ingin sekali kukatakan, apa yang bisa kuperbuat untuk sedikit meredakan
kegelisahanmu? Ingin sekali kunyatakan, bahwa hidup akan baik-baik saja.
Kemudian aku tersadar, setelah kubaca
baik-baik tulisan-tulisanmu. Kini aku bisa tersenyum senang. Suatu keyakinan
merasuk dadaku: Perempuan bermata besar itu terlahir menjadi pemenang. Ya,
perempuan bermata besar dan lelaki pemetik gitar selalu berjalan bersama Tuhan.
Salam sayang,
Saudaramu di perantauan.
Sedikit menghilangkan penat dengan tumpukan aksara yang tersusun rapi dalam suratmu :)
ReplyDeleteMakasih Fikri, nggak bosan baca surat-surat saya :)
DeleteDear Evi,
ReplyDeletePertama baca judul ini, Teh Ima langsung ketawa (ngakak), ditambah fotonya penuh kejutan, jadi super ngakak, aduh eviiiii... eviiiii... sialaaaaan, hihihihiiiii. Lalu lanjut baca suratmu, setiap baris, bait, Teh Ima masih tersenyum tapi mataku mulai terasa panas. Terharu, Vi. Begitupun Kang Cholis, dia ikut menangis, matanya sembab dan memerah. Sekarang, dia sangat mudah tersentuh hatinya, bahkan nonton sinetron dan musik pop. Bayangkan, musik pop bisa membuatnya terharu dan menangis. Dulu dia sulit bisa melebur dengan musik yang kekinian, selalu musik-musik newage. Semua karena Allah, tanpa pertolongannya, semua mustahil bisa dilewati. Peluk jauh :')
Teteh, semoga surat ini bisa memberi kekuatan walaupun sedikit. Salam buat Kang Holis. Tetap kuat, tetap tabah dan tetap keren *peluk jauh*
Delete