Kebutuhan Pokok Vs Kebutuhan Rokok Di Masa Pandemi Dari Kacamata Seorang Perokok

 

Kebutuhan Pokok Vs Kebutuhan Rokok Di Masa Pandemi Dari Kacamata Seorang Perokok
Kebutuhan Pokok Vs Kebutuhan Rokok Di Masa Pandemi Dari Kacamata Seorang Perokok

Mudah bagi seorang nonperokok untuk bilang #putusinaja hubungan dengan rokok. Semudah bilang minum kopi tidak usah pakai gula. Padahal setiap orang punya kebutuhan yang berbeda-beda. Edukasi juga mesti punya titik toleransi.

 

Meski ayah saya seorang perokok, anak-anaknya tidak lantas jadi perokok. Ayah saya juga paman atau bibi adalah perokok yang tertib. Mereka tidak merokok di sembarang tempat atau dekat dengan anak-anak.

 

Ketika dewasa, saya merokok. Bukan karena tertular Ayah saya atau lingkungan keluarga. Namun karena saya memilih dengan sadar untuk merokok. Mama saya selalu bilang, jangan bakar uang kecuali kamu punya penghasilan sendiri. Nasihat itu melekat. Saya tidak pernah menggunakan uang jajan untuk beli rokok melainkan membeli buku.

 

Sejak kuliah saya sudah membiaya hidup sendiri: kebutuhan makan, pakaian, dan lain-lain kecuali untuk kost. Uang saku saya pakai untuk mengontrak kamar. Begitu pula dengan rokok tentunya dari hasil jerih payah sendiri.

 

Gerakan Perokok Santun

Sebagai seorang perokok dan berjenis kelamin perempuan, tantangan saya lebih besar. Ada stigma di masyarakat bahwa perempuan perokok itu ‘nakal’ diiringi cap-cap negatif lainnya. Sebab itu saya ingin membuktikan bahwa perilaku merokok dengan gender dan karakter itu tidak berhubungan. Perempuan perokok dan nonperokok itu sama saja. Kami bisa berbuat benar dan salah. Kami sama-sama dapat berprestasi di berbagai bidang.

 

Gerakan Perokok Santun
Gerakan Perokok Santun 

Menyikapi stigma tersebut, saya kemudian ikut mengampanyekan perokok santun. Memperlihatkannya oleh perilaku bukan omongan. Saya selalu membawa asbak portable ke mana-mana agar tidak membuang abu sembarangan. Merokok di tempat yang disediakan saja. Ketika merokok tidak di dekat anak kecil atau lansia. Juga tidak menyuruh anak-anak untuk membeli rokok ke warung.

 

Di rumah pun meski saya dan suami sama-sama merokok, kami punya aturan. Kami menyediakan tempat-tempat khusus seperti balkon yang ditanami tumbuhan penyerap asap. Kami juga selalu meminta izin pada orang lain untuk merokok. Bahkan saya hampir tidak pernah merokok pada saat acara atau sedang liputan. Selesai bekerja saya akan mencari tempat atau langsung pulang saja. Meminimalisir sentuhan terhadap perokok pasif.

 

Dengan begitu, kami berharap cap negatif terhadap perokok akan berkurang. Sebab kami merokok dengan santun.

 

Saat pandemi melanda, serangan terhadap perokok makin santer. Memang sebelumnya juga sudah banyak anjuran berhenti merokok bahkan larangan. Rokok dijadikan biang keladi hampir semua penyakit. Padahal apa pun yang dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan penyakit seperti gula atau minyak goreng misalnya. Penyakit sebetulnya lebih banyak timbul akibat pikiran negatif.

 

Selain aspek kesehatan yang digarisbawahi dari perilaku merokok adalah aspek ekonomi. Bahwa membeli rokok sama dengan pemborosan terutama di masa pandemi saat ini. Oleh karena itu saya tertarik dengan program Ruang Publik KBR yang mengetengahkan tema Pandemi: Kebutuhan Pokok vs Kebutuhan Rokok yang ditayangkan pada rabu, 28 Agustus 2020, jam 09.00-10.00 WIB.

 

Pandemi: Kebutuhan Pokok vs Kebutuhan Rokok

Mas Don Brady membuka talkshow dengan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang pengeluaran konsumsi per kapita dalam sebulan penduduk Indonesia sepanjang tahun 2019. Pengeluaran per kapita untuk kebutuhan makanan sebesar 49,14 persen dan untuk kebutuhan nonmakanan sebesar 50,86 persen.

 

Talkshow Kebutuhan Pokok vs Kebutuhan Rokok
Talkshow Kebutuhan Pokok vs Kebutuhan Rokok

Secara garis besar skema BPS seperti ini: pengeluaran untuk rokok per bulan mencapai 6,05% sedangkan pengeluaran untuk membeli beras 5,57%. Terkait hal tersebut Komnas Pengendalian Tembakau merinci jumlah perokok naik sekitar 13% di masa pandemi.

 

Narasumber pertama yaitu Mbak Nurul Nadia Luntungan, Peneliti CISDI mengatakan, “7 dari 10 laki-laki merokok di Indonesia sehingga laki-laki yang tidak merokok jadi orang minoritas. Ini menjadi perhatian bersama karena artinya fungsi dari pengendalian belum optimal karena masyarakat masih menganggap kebutuhan rokok sama dengan kebutuhan sehari-hari seperti makan dan kesehatan.”

 

Perlu dipahami bahwa alasan orang merokok itu berbeda-beda. Tidak bisa disamaratakan sebagai ‘gaya-gayaan’ atau modal sosial agar tidak menjadi minoritas. Berdasarkan pengalaman saya bergaul, sekarang tidak ada lagi stigma bahwa lelaki yang nonperokok itu banci dan sebagainya. Seperti sudah saya tulis di atas, merokok tidak ada kaitannya dengan gender dan karakter.

 

Bagi saya sendiri merokok adalah media meditasi, relaksasi, dan utamanya untuk teman menulis juga sebagai bentuk dukungan pada petani tembakau dan cengkih. Nanti akan saya bahas di bawah. Apakah saya berharap semua orang paham tentang perilaku merokok saya? Tidak. Saya juga punya rasa empati dan toleransi pada nonperokok makanya saya menerapkan sikap perokok santun.

 

Narasumber kedua, Pak M Nur Kasim sebagai Ketua RT 1/RW 3 dari Kampung Bebas Asap Rokok dan Covid-19 di Cililitan Jakarta menceritakan asal-muasal Kampung Warna-warni yang kini jadi Kawasan bebas rokok. Saya sempat bertanya saat talkshow apakah tetap disediakan tempat untuk perokok? Pak Nur menjawab masih ada.

 

Bagi saya selama masyarakatnya menerima kebijakan ini tidak jadi masalah. Namun alangkah lebih bijak jika disediakan ruang hijau bagi para perokok. Ruang yang manusiawi.

 

Perokok Realistis dan Rasional

Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Itu merupakan ungkapan basi yang pada praktiknya tidak begitu. Sebagai perokok, saya cukup realistis dan rasional. Artinya saya mengutamakan kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

 

Terkait data pembelian rokok vs pembelian beras ini di masa pandemi ada hubungannya dengan bantuan pemerintah. Bantuan biasanya berupa beras, gula, minyak, telor, dan kecap. Sehingga tidak ada dana yang dibelikan pada bahan-bahan tadi. Apakah dananya dialihkan pada rokok? Tidak juga.

 

Hasil survey kecil-kecilan saya di kalangan teman-teman, banyak yang beralih pada rokok tradisional, berganti merk ke yang lebih terjangkau harganya, atau mengurangi konsumsi rokok. Intinya cukup tahu prioritas.

 

Menyangkut edukasi keseimbangan kebutuhan pokok vs kebutuhan rokok sebaiknya dilakukan secara pelan-pelan. Tidak adanya penghakiman sehingga lebih bisa masuk ke masyarakat. Sehingga kebijakan dan kebajikan dalam memutuskan belanja kebutuhan pokok dan rokok tumbuh dengan kesadaran utuh.

 

Kontribusi Petani Tembakau dan Cengkih Pada Ketahanan Ekonomi Negara

Hampir dua tahun lalu saya pernah mengunjungi perkebunan cengkih di Munduk, Bali. Wilayah Bali yang dinginnya seperti di Punclut itu membuat saya betah. Gugusan bukit berhias pohon cengkih tua menerbitkan keinginan untuk masuk lebih dekat pada kehidupan petani cengkih. Kalau dapat, saya ingin sekali membuat sebuah novel berlatar perkebunan cengkih.


Petani cengkih di Munduk, Bali
Petani cengkih di Munduk, Bali

 

Yang saya tahu, cengkih merupakan tanaman asli Indonesia. Cengkih inilah salah satu alasan bangsa-bangsa di dunia berbondong ke Nusantara. Cengkih banyak digunakan untuk mengawetkan makanan terutama daging menciptakan eksotisme rasa. Sejak adanya teknologi pendingin, kebutuhan cengkih merosot drastis.

 

Berkat Mbok Nasilah membuat racikan rokok kretek yang merupakan paduan tembakau dan cengkih, cengkih punya posisi kembali. Dia diserap oleh Industri Tembakau Indonesia hampir 95%. Hanya di Indonesia kita dapat menemukan rokok kretek.

 

Kretek mengembalikan kejayaan cengkih
Kretek mengembalikan kejayaan cengkih

Berdasarkan data yang dikeluarkan direktorat jendral perkebunan, pada 2019, luas lahan pertanian cengkih mencapai 561.290 hektare. Luasan tersebut menghasilkan cengkih kering sebanyak 123.766 ton. Jumlah petani yang terlibat dalam pertanian cengkih di tahun lalu mencapai 1.059.222 jiwa dengan pekerja musiman berjumlah 17.241 jiwa. Dari sini, estimasi kasar jumlah orang yang mendapatkan manfaat langsung dari pertanian cengkih mencapai lebih dari 6 juta jiwa.

 

Undang-undang nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan menyebutkan bahwa tembakau menjadi salah satu komoditas strategis nasional. Penyematan sebagai komoditas strategis nasional ini tak lain karena peran signifikan sektor pertanian pertembakauan terhadap perekonomian nasional.

 

7 Komoditas Perkebunan Andalan Indonesia
7 Komoditas Perkebunan Andalan Indonesia

Data terakhir, pada tahun 2019, luasan lahan pertanian tembakau nasional mencapai 204.562 hektare dengan total produksi tembakau mencapai 183.146 ton. Dari sana, pemerintah berhasil mengumpulkan cukai hasil industri tembakau mencapai 157 trilyun, naik sekitar 4 trilyun dari tahun sebelumnya.

 

Jumlah petani yang terlibat langsung pada sektor pertanian tembakau di tahun lalu mencapai 527.688 orang. Ini artinya ada 527 ribu lebih keluarga di negeri ini yang hidup dari pertanian tembakau. Itu belum termasuk pekerjaan-pekerjaan turunan yang ada di saat musim tanam tembakau dan musim panen tembakau berlangsung di wilayah-wilayah penghasil tembakau, misalnya pengrajin keranjang tembakau, para-para untuk menjemur tembakau, dan kelengkapan pengemasan tembakau lainnya. Secara kasar, estimasi manusia yang terlibat dan mendapat keuntungan langsung, serta menggantungkan diri dari sektor pertanian tembakau mencapai lebih dari lima juta orang.


Sebaran Petani Tembakau di Indonesia
Sebaran Petani Tembakau di Indonesia

 

Mungkin sebagian dari kita tidak akan pernah lupa bahwa Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1990an puncaknya pada 98. Banyak industri dan usaha bergelimpangan. Namun mungkin sebagian dari kita lupa atau tidak pernah tahu bahwa ada satu industri yang bertahan bahkan dapat menolong tegaknya perkenomian bangsa: industri hasil tembakau.

 

Mengapa bisa demikian? Racikan cengkih dan tembakau inilah yang menjadi kekhasan rokok Indonesia. Rokok kretek. Bila ditelaah lebih jauh, industri kretek ini merupakan produk yang sejatinya lokal sekali. Mulai dari penyediaan bahan, pengolahan, hingga pengemasan. Indonesia mampu menjadi produsen seutuhnya bukan hanya bagian menanam tembakau.

 

Jika menarik garis sejarah, sejak zaman kolonial, Nusantara diciptakan hanya sebagai petani. Tugasnya menanam saja. Tidak dibekali dengan bagaimana mengolah menjadi sebuah produk jadi. Contohnya, kita punya sumber minyak tapi tidak bisa mengolah minyak. Jadilah kita ketergantungan pada pihak lain. Nah, lain soal dengan industri tembakau ini. Maka tidak heran pada krisis ekonomi 90an itu justru Indonesia tertolong oleh industri yang berdikari.

 

Di masa pandemi ini industri hasil tembakau ini tetap berjalan, tidak gulung tikar. Sehingga perekonomian Indonesia tetap berputar. Keterbatasan jalur distribusi tidak terlalu jadi penghalang. Industri tembakau ini memang kompleks adanya sehingga harus melihatnya secara holistik.

 

Saya yakin sebagian besar dari kita sadar bahwa industri hasil tembakau ini mesti berjalan beriringan dengan edukasi: merokok santun dan rasional. Kebutuhan pokok tetap diutamakan. Bahwa merokok bukan perilaku yang bisa diterima di semua kalangan. Jangan pula didiskriminasi. Penyediaan ruang merokok yang manusiawi salah satu solusinya. Saya optimis banyak orang yang menyadari bahwa tolerasi adalah bagian dari kesehatan yang sejati.


"Anda bisa mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa Anda lihat di sini."

  Kebutuhan Pokok Vs Kebutuhan Rokok Di Masa Pandemi Dari Kacamata Seorang Perokok Mudah bagi seorang nonperokok untuk bilang #putusinaja hu...

5 Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Perhiasan Dan LM Emas

 

5 Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Perhiasan Dan LM Emas
5 Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Perhiasan Dan LM Emas

Mama saya selalu menasihati dari saya masih mahasiswi, "Kamu mulai nabung dalam bentuk perhiasan, ya." Mama saya memang gandrung banget sama perhiasan. Dari kecil saya suka didandani pakai cincin, kalung, gelang, dan anting. Namun saya nggak suka pakainya. Ya, saya memang tomboy!

 

Setelah menikah, Mama makin santer mengulang petuah tersebut. Saya nanya, "Ma, kalau nabung bentuk perhiasan kan, kalau dijual ada potongannya? Rugi nggak, sih?"

Jawab Mama, "Enggak, dong. Perhiasannya kan, dipakai. Udah kita pakai kalau nilainya berkurang ya, wajar. Terus kalau bosan sama modelnya tinggal tukar tambah."

Hmm... benar juga. Setelah obrolan panjang dengan Mama, pikiran saya mulai terbuka. Nah, ini saya sarikan ilmu yang saya dapatkan dari Mama.

 

5 Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Perhiasan dan LM Emas

Bicara bentuk investasi memang banyak bentuknya. Hati saya selalu terpaut pada LM emas sementara Mama pada perhiasan emas. Cara pandang ini apakah dipengaruhi oleh perbedaan generasi? Namun keduanya punya benang merah yaitu emas. Lalu apa saja keuntungan investasi bentuk emas ini?

 

1.  Harga Stabil dan Cenderung Naik

Emas merupakan logam mulia yang harganya paling stabil dan cenderung naik. Emas sendiri ada yang kuning, putih, dan rose gold yaitu campuran emas kuning dan tembaga. Biasanya emas putih dan rose gold digunakan untuk bahan perhiasan. Sedangkan untuk LM menggunakan emas kuning.

 

Dilihat dari tren harga emas, bentuk LM harganya jauh lebih stabil dan cenderung naik dari tahun ke tahun. Sebetulnya bentuk perhiasan juga naik. Tapi bedanya, bentuk perhiasan potongannya lebih besar karena akan dilebur kembali menjadi perhiasan yang baru. Pada intinya apa pun bentuknya, harga emas stabil dan cenderung naik. Jadi tidak usah ragu untuk investasi bentuk ini sebab keuntungannya jelas.


2.  Perhiasan Emas Bisa Dipakai

Meski potongannya lebih besar, perhiasan emas punya daya tarik tersendiri. Perhiasan emas bisa dipakai dan LM emas hanya untuk disimpan. Bagi saya yang kurang suka menggunakan perhiasan minimal saya pakai cincin ke mana pun.

 

Setelah bekerja dan apalagi berkeluarga, saya merasa ada urgensi tersendiri pada perhiasan. Misalnya ketika saya harus datang ke kondangan atau sedang jadi wedding organizer. Perhiasan memberi citra tersendiri pada pemakainya.

 

3.  Berganti Perhiasan Dengan Tukar Tambah

Seperti fesyen selalu berganti dari waktu ke waktu. Tren perhiasan juga akan terus berubah. Bagi yang mengikuti tren, rasanya ingin berganti perhiasan. Atau ketika dihinggapi rasa bosan tapi belum ada dananya untuk beli perhiasan baru.

 

Tenang saja, perhiasan tinggal ditukar dan kita hanya menambah dana dari kekurangan harga perhiasan baru. Modal yang kita siapkan tidak terlalu besar. Kita akan terlihat up to date setiap saat. Jauh-jauh juga dari rasa bosan.

 

4.  Pencairannya Mudah dan Cepat

Keuntungan keempat ini merupakan favorit sejuta umat. Perhiasan dan LM emas mudah dicairkan dan cepat. Mana kala kita butuh dana tak terduga dan darurat, perhiasan dan LM emas bisa jadi penyelamat.

 

Di masa pandemi seperti ini pasti banyak yang merasakan manfaat investasi emas. Sudah harganya naik, mau dijual atau digadai juga mudah. Waktu yang dibutuhkan terhitung cepat. Hari itu juga bisa cair. Ya, kan? Banyak retail yang menerima LM emas. Sedangkan untuk perhiasan bisa dijual ke toko saat kita beli. Digadai juga punya nilai tinggi.

 

Mama saya punya toko langganan emas dari sejak muda. Kata Mama kalau butuh uang dadakan langsung jual ke sana. Tapi ada kalanya Mama saya suka banget sama perhiasannya dan modelnya jarang ada. Biasanya Mama saya bilang pada pemilik toko untuk dititip dulu karena nanti akan dibeli kembali. Ya, semacam gadai tidak resmi juga sih, itu.

 

5.  Bisa Dijadikan Hadiah yang Spesial

Dengan empat keuntungan investasi perhiasan dan LM emas di atas, tidak ada yang menolak untuk diberi hadiah bentuk emas. Saya juga mau he he he. Selain nilai ekonominya tinggi, nilai psikologinya juga tinggi. Jadilah perhiasan merupakan hadiah spesial pakai banget!

 

Beli Perhiasan dan LM Emas Dalam Satu Aplikasi Whizliz

Ngomong-ngomong soal perhiasan dan LM emas, sekarang bisa belanja online di Whizliz. Whizliz adalah situs penyedia emas dan berlian terbesar di Indonesia. Kini WhizLiz telah merilis inovasi terbaru yaitu WhizLiz Mobile App. Aplikasi ini dirancang dengan berbagai fitur menarik dan unik untuk memberikan pengalaman belanja yang terintegrasi dan praktis.

 

Beli Perhiasan dan LM Emas Dalam Satu Aplikasi Whizliz
Beli Perhiasan dan LM Emas Dalam Satu Aplikasi Whizliz

WhizLiz merupakan satu-satunya jewelry marketplace di Indonesia yang memiliki mobile apps sehingga menjadi pionir di kalangannya. Fitur-fitur yang tersedia memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan katalog lengkap berbagai perhiasan yang bisa dipilih berdasarkan kategori, harga, serta merk, baik lokal dan internasional. Whizliz sudah berkaborasi dengan 10 brand ternama termasuk Antam.

 

Keunggulan Berbelanja di Whizliz

Di masa pandemi ini rasanya sangat cocok ya berbelanja online perhiasan dan LM emas. Kita tidak perlu ke mana-mana hanya klik-klik saja lalu tunggu pesanan datang. Whizliz hadir pada saat yang tepat.

 

Beli Perhiasan dan LM Emas Dalam Satu Aplikasi Whizliz
Beli Perhiasan dan LM Emas Dalam Satu Aplikasi Whizliz

WhizLiz kini sudah menaungi berbagai merk dengan lebih dari 2000 jenis produk, menjadikannya biggest jewelry platform di Indonesia dalam jumlah variasi produk, dengan sertifikat dan garansi asli. Apa sih keunggulan berbelanja di Whizliz?

 

1.  Wujudkan Desain Perhiasan Impian

Meski banyak model perhiasan yang tersedia, pasti kamu punya desain perhiasan impian. Ya, bisa terinspirasi dari film, komik, atau hasil imajinasimu sendiri. Dulu saya pengin banget punya cincin kayak di novel Lord of the Ring. Nah, sekarang saya bisa pesan model itu di Whizliz.

 

2.   Harga Bersaing

Ingin melamar orang yang kamu cintai tapi punya budget terbatas buat beli cincin? Tenang… di Whizliz harga perhiasan bisa kamu sesuaikan dengan dana. Mudah carinya sebab ada fitur harga.

 

Harga perhiasan di Whizliz berkisar Rp400.000,- sampai Rp50.000.000,-. Pilih saja sesuai kebutuhan dan seleramu. Untuk metode pembayaran juga beragam. Jadi tidak perlu pusing harus daftar ini itu.

 

3.  Data dan Pengiriman Aman

Aman tidak ya belanja perhiasan atau LM emas lewat aplikasi? Nanti data saya tersebar atau tidak? Whizliz menjamin keamanan data pelanggan. Selain itu apakah aman belanja perhiasan yang dikirim lewat jasa ekspedisi? Whizliz juga memberi garansi untuk keselamatan perhiasanmu sampai di rumah sebab bekerja sama dengan jasa ekspedisi yang andal dan tepercaya.

 

4.  Loyalty Point

WhizLiz Mobile App juga memiliki fitur unik lainnya yaitu Liz Points yaitu program loyalty points yang didapatkan pelanggan setiap melakukan pembelian lewat aplikasi. Liz Points yang dikumpulkan dapat ditukarkan dengan perhiasan dan produk emas investasi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 

Kalau kamu registrasi sekarang sampai 24 September 2020 langsung dapat Rp200.000,- dan bisa dibelanjakan tanpa minimum harga. Keuntungan lain, setiap kamu beli perhiasan 5% jadi Liz Point yang nantinya bisa kamu tukar jadi emas. Perhiasan dapat, emas juga dapat. Beli perhiasan sekaligus menabung emas dalam satu aplikasi.

 

5.  Menerim Pembelian Perhiasan Secara Online

Pasti pada penasaran, apakah di Whizliz bisa jual kembali perhiasan yang kita beli? Bisa! Juga secara online ya pembelian perhiasan kita. Untuk potongannya tergantung merchant. Misalnya kita beli LM emas Antam. Nah, potongannya disesuaikan dengan Antam.

 

Fitur-fitur di Whizliz Mobile Apps yang memudahkanmu belanja perhiasan
Fitur-fitur di Whizliz Mobile Apps yang memudahkanmu belanja perhiasan

Gimana-gimana, masih ragu buat investasi dalam bentuk perhiasan dan LM emas? Sudah baca kan, keuntungan-keuntungannya. Takut buat keluar rumah karena pandemi atau tidak punya waktu? Whizliz jadi solusi untuk semua persoalanmu. Yuk, unduh aplikasi Whizliz-nya ada Play Store atau iOS Store. Kali kamu mau ngelamar seseorang atau mau ngasih kado buat si bebeb. Eh, atau mau nabung juga dong, kayak saya?

  5 Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Perhiasan Dan LM Emas Mama saya selalu menasihati dari saya masih mahasiswi, "Kamu mulai nabung d...

6 Kunci Meningkatkan Literasi Di Era Digital

Saya sudah bosan kalau tidak mau dibilang jengah ketika mendengar bahwa budaya literasi di Indonesia rendah dibanding negara A, B, C sampai Z. Tingkat literasi negara kita terbawah ke berapa dari berapa. Okelah kalau itu dipaparkan sebagai data pendamping dan mengetengahkan solusi. Namun lebih sering hanya mengejek dan jadi wacana abadi. Rasanya sudah saatnya kita beranjak fokus ke akar masalah kemudian mencari solusi kemudian menjalankannya.


Menjadi bagian dari penetrasi budaya literasi
Kegiatan kelas menulis di rumah

Sebetulnya literasi itu apa sih? Mari kita samakan definisinya agar ketika berdiskusi tidak ngawur dan kabur. Menurut KBBI, literasi adalah:

1. Kemampuan menulis dan membaca;

2. Pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu:

3. Kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup;

4. Penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata.

 

Dari definisi di atas saya menyimpulkan bahwa literasi bukan sekadar membaca dan menulis lebih dari itu bagaimana manusia mengolah informasi dan pengetahuannya di berbagai bidang untuk hidup.

 

Bila berkaca pada sejarah, Nusantara terdidik dengan sastra lisan yang digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena alam dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Misalnya legenda Tangkuban Perahu, Malin Kundang, dan sebagainya. Sebab leluhur kita terbiasa dengan sastra lisan butuh gradasi untuk menyerap budaya baca tulis, pun ketika era digital menghadang. Gradasi budaya itu masih berjalan saat budaya internet hadir melahirkan nuansa baru.


Kini saatnya kita berpartisipasi untuk percepatan serapan literasi. Lalu bagaimana agar kita bisa jadi agen literasi? Ada berbagai cara. Saya yakin teman-teman punya jalan sendiri untuk membentuk budaya literasi sesuai minat dan profesi. Yang penting bukan berkeluh kesah tetapi menjadi bagian dari solusi.

 

Saya bersama suami dan sahabat-sahabat tengah menyiapkan Pustaka Hijau, sebuah perpustakaan umum untuk anak-anak, remaja, dan ibu-ibu. Ruang ini sebetulnya hanya basis untuk berbagai kegiatan seperti kelas menulis, merajut, dan sebagainya. Kami mengharapkan Pustaka Hijau bisa menjadi kanal berbagi gagasan dan kreativitas. Untuk itu saya membutuhkan asupan ilmu untuk dapat merangkul generasi muda yang akrab dengan dunia digital.

 

Pustaka Hijau, ruang literasi dan hobi
Pustaka Hijau, ruang literasi dan hobi


Webinar KPPPA Mengenai Literasi Digital

Dengan niat mendapatkan ilmu, saya mengikuti webinar yang diinisiasi oleh KPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) mengenai literasi digital. Ada tiga narasumber yang dihadirkan yaitu Teh Amy Kamila (content creator), Teh Ani Berta (blogger), dan Kang Maman Suherman (penulis dan jurnalis).

 

Materi Teh Amy Kamila tentang konten positif
Materi Teh Amy Kamila tentang konten positif


Amy Kamila mengetengahkan materi bagaimana membuat konten positif di berbagai media daring. Teh Ani Berta memaparkan bagaimana berjuang di era media sosial. Sedangkan Kang Maman menjabarkan kunci meningkatkan literasi di era digital.

 

Materi Teh Ani Berta tentang berjuang di era sosial media
Materi Teh Ani Berta tentang berjuang di era sosial media


Patrap Triloka Ki Hajar Dewantara

Selain gradasi budaya lisan menuju tulisan, saya pikir masalah literasi di Indonesia disebabkan tidak meratanya ketersediaan bacaan. Anak-anak tidak dipersilakan untuk membaca buku-buku yang sesuai dengan keinginan hatinya tetapi langsung bertemu buku pelajaran. Buku kemudian identik dengan pelajaran. Bukan sebuah kesenangan.

 

Saya senang membaca sebab saya beruntung berjumpa Majalah Bobo, komik, dan novel yang menggugah hati. Saya tidak serta-merta bersentuhan dengan buku pelajaran sehingga saya tidak antipati pada buku. Namun tidak semua orang semujur saya, kan?

 

Menurut Kang Maman Suherman pendidikan memberikan sumbangsih yang besar pada budaya literasi. Sekolah mesti menjadi tempat yang ramah. Perpustakaan harus menjelma ruang yang menyenangkan. Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah dengan nama Taman Siswa karena murid bebas berekspresi saat belajar.

 

Ki Hajar Dewantara sedang mengajar di Taman Siswa - Sumber KITLV
Ki Hajar Dewantara sedang mengajar di Taman Siswa - Sumber KITLV


Ki Hajar Dewantara mewariskan konsep Patrap Triloka yang masih relevan hingga hari ini. Kamu pasti pernah mendengar ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya “di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi, di belakang memberikan dukungan.” Kang Maman juga menjelaskan bahwa konsep tersebut bagaimana kita mengerti, merasakan, dan melakoni. Bagaimana kita mengembangkan sisi afeksi, kognitif, dan psikomotorik.

 

6 Kunci Meningkatkan Literasi di Era Digital

Apa yang berbahaya ketika gradasi literasi belum terserap sempurna sementara era digital telah menyingsing? Hoaks. Siapa pun bisa jadi agen hoaks bila tidak terbiasa membaca dan mengolah data. Menurut Teh Ani Berta perjuangan di era media sosial adalah memerangi hoaks, mengawal informasi yang benar, kemudian mempersenjatai diri dengan edukasi.

 

Sejalan dengan pemikiran Teh Ani, Kang Maman memperingatkan kita untuk selalu menyaring sebelum memberikan segala informasi di internet. Caranya bagaimana? Merujuk pada kaidah jurnalistik cermati 5W dan 1H. What, where, who, when, why, how.

Misalnya, ada informasi tentang sepak terjang bakal calon gubernur. Teliti siapa yang memberi informasi. Apakah dari media yang terpercaya atau media abal-abal.

 

Untuk meningkatkan literasi di era digital ada 6 kunci, ujar Kang Maman. 6 kunci itu adalah literasi baca tulis, numerik, digital, finansial, sains, dan kebudayaan. 6 kunci berkaitan erat dengan 5R yaitu Read, Research, Reliable, Reflecting dan (w)Rite.

 

Literasi baca tulis dimulai dari kegiatan membaca. Mendekatkan anak terhadap bacaan yang sesuai. Caranya bagaimana? Read load. Mengeraskan suara saat membaca, bisa menjelang tidur dengan buku dongeng atau kegiatan membaca bersama. Kegemaran membaca dapat melahirkan kesenangan atau gairah menulis. Penulis yang baik akan membaca berulang-ulang sesuatu berulang-ulang termasuk karyanya sebelum dipublikasikan. 

 

Sebelum menulis sebaiknya melakukan riset. Berbicara tentang data, baru fakta. Reliable, ketika menulis tingkat kesalahan harus mendekati nol sebab salah nulis akan salah penyampaian. Reflecting, memperkaya sudut pandang dan melihat sesuatu secara keseluruhan. wRite, dengan terbiasa menulis akan membuat pikiran kita terstruktur. Berkaca pada 5R ini fungsi literasi juga membuat pikiran kita terstruktur dan holistik.

 

Numerik, seperti data statistik. Saya pikir sekarang semua informasi dijadikan data statistik. Dari sana kita akan belajar membaca tren, kebutuhan masyarakat, dan terutama kecenderungan sosial budaya. Merujuk pada dunia digital, data statistik ini menjadi penting sebab berkaitan dengan algoritma media sosial maupun website.

 

Digital, segala sesuatu di era internet ini menyangkut digital. Kita harus menguasai digital agar literasi dapat ditujukan pada sasaran yang tepat.

 

Finansial. Literasi membutuhkan dukungan finansial. Apakah itu untuk penyediaan buku, perangkat komputer, dan sebagainya.

 

Sains. Literasi sebetulnya cara kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang nantinya harus diteruskan. Diikat ke dalam sebuah tulisan atau media lain sehingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi banyak orang.

 

Kebudayaan. Literasi harus bisa melebur dengan kebudayaan. Seperti yang saya tulis di atas bahwa Indonesia terbiasa dengan sastra lisan. Percepatan gradasi sastra lisan ke tulisan kemudian ke era digital hanya akan terjadi jika pendekatan literasi disesuaikan dengan budaya dan kondisi sosial suatu daerah.

 

Setelah mendapat asupan gizi dari ketiga pembicara dalam webinar KPPA, saya merasa lebih siap untuk menjalankan Pustaka Hijau. Meski sekarang secara finansial dan ketersediaan perangkat digital belum ada, saya optimis ada jalan untuk menjadi agen literasi di masa kini. Semoga.

 

Referensi:

https://historia.id/politik/articles/ki-hajar-dan-sekolah-liar-v5zoP

https://min.wikipedia.org/wiki/Taman_Siswa


Saya sudah bosan kalau tidak mau dibilang jengah ketika mendengar bahwa budaya literasi di Indonesia rendah dibanding negara A, B, C sampai ...

Koperasi Riwayatmu Kini, Masihkah Relevan dan Menjadi Andalan Ekonomi Kerakyatan?

 

Webinar Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?
Webinar Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?

“… pada koperasi tidak ada majikan dan tidak ada buruh,” ucap Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia.

 

Saya punya kenangan manis dengan koperasi. Pertama, waktu saya SMA tepatnya kelas dua dan tiga. Di sekolah saya—dan mungkin pada umumnya setiap sekolah—SMAN 1 Bandung, ada koperasi yang tempatnya mungil sekali. Sepetak lahan di sebelah sekretariat Gideon yang diisi berbagai macam kebutuhan siswa mulai dari alat tulis, makanan, dan fotokopian.

 

Saya senang berbelanja ke sana karena harganya murah dan kalau butuh fotokopi tidak usah ke luar sekolah. Saya menjadi anggota koperasi tapi saya lupa apakah setiap siswa diharuskan atau atas dasar kesadaran sendiri. Sebetulnya saya bergabung dengan koperasi sejak kelas satu. Setiap bulan saya rajin menyetor angsuran wajib. Sebagai anak bau kencur saya tidak paham sama sekali soal ekonomi kerakyatan, saya hanya mengerti koperasi produknya terjangkau.

 

Di tahun pertama, saya tidak mengambil sisa hasil usaha. Lalu pada tahun kedua saya melihat ada pengumuman tentang SHU. Saya beranikan diri untuk mengambil hak saya tersebut. Dan saya mendapat uang. Senangnya tiada tara. Sebab waktu itu saya termasuk siswa yang kere. Tahun ketiga sejumlah uang lagi didapat dari SHU. Uangnya saya pakai untuk menambah biaya les intensif menjelang SPMB.

 

Kenangan manis lainnya datang pada 2016. Waktu itu saya sedang mengunjungi perkebunan kopi Kiwari Farmer. Andri, teman saya ternyata ada janji dengan seorang bapak dari koperasi. Selama beberapa jam kami berbincang. Bapak tersebut mengedukasi saya tentang koperasi yang berasas kekeluargaan dan gotong royong.

 

Bapak simpatik itu—saya lupa namanya—memberikan nomor What’sApp bila saya hendak bergabung. Sayangnya, hape saya rusak sebelum bisa ikut koperasi.

 

Tahun-tahun berlalu hingga saya menikah. Saya dan suami merintis usaha mikro kecil menengah di bidang kriya. Tentu kami membutuhkan suntikan modal. Saya teringat koperasi. Bukankah koperasi ada simpan pinjam? Mengacu pada azas dan prinsip koperasi seharusnya praktiknya tidak jelimet dan meringankan UMKM. Namun saya bingung, di manakah koperasi terdekat?

 

Covid 19 menabuh genderang perang ke seantero jagad. PSBB diberlakukan di mana-mana. Pandemi ini memberi batasan gerak yang berdampak pada perekonomian. Manusia dipaksa untuk memanfaatkan segala yang dekat dengan dirinya. Setiap daerah ditantang memaksimalkan potensi lokal. Positifnya, di beberapa wilayah masyarakat jadi guyub. Pandemi ini semacam gong bagi saya untuk tergabung bersama koperasi.

 

Kabar baik meluncur dari sahabat yang sudah seperti keluarga di Kalisat. Mas Hakim, Mbak Hanna, dan kawan-kawan Ruang Ingatan membentuk koperasi. Saya dan suami diajak turut serta. Tentu kami menyambut hangat tawaran tersebut. Sepengetahuan saya keluarga Ruang Ingatan memang visioner dan sangat prorakyat.

 

Webinar “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?”

Untuk mengimbangi pengetahuan saya tentang koperasi dengan keluarga Kalisat, saya putuskan mengikuti webinar yang diinsiasi ICCI (Indonesian Consortium For Cooperatives Innovation) pada tanggal 13 Agustus 2020 lalu. Webinar bertajuk “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?” tersebut menghadirkan beberapa narasumber yang mumpuni.

 

Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Para pemapar adalah Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi, Bapak Ahmad Zabadi dari Deputi Pengawasan Koperasi, Bapak Firdaus Putra sebagai Executive Committee ICCI, Bapak Ceppy Y Mulyana sebagai Ketua KSP Sahabat Mitra Sejati, dan Bapak Sugeng Priyono sebagai Direktur Operasional Komida. Berperan sebagai keynote speech adalah Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

 

Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi
Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi

Menarik menyimak paparan Pak Rully Nuryanto sebab saya seperti diingatkan kembali pada pelajaran sekolah tentang koperasi. Kini saya lebih siap menerima materi tersebut ketimbang dulu.

 

Menurut sejarahnya, cikal bakal koperasi didirikan di Purwokerto oleh R. Aria Wiria Atmadja pada 1896 dengan nama Hulp en Spaar Bank. Tujuan utama terbentuk lembaga tersebut adalah membantu pegawai pribumi untuk mengurus hal-hal yang terkait birokrasi di pemerintahan kolonial. Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia membentuk koperasi bernama Perkumpulan Banda Muda (Perbamoe) di Banda Neira bersama Sutan Sjahrir dan Iwa Kusuma Sumantri saat diasingkan tahun 1930-an. Pada masa itu, koperasi menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lalu bagaimana Riwayat koperasi di masa kini?

 

Definisi Koperasi

Apa sebetulnya koperasi? Menurut UU 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asa kekeluargaan.

 

Sedang definisi menurut ICA (International Co-Operative Alliance), koperasi merupakan himpunan orang-orang yang bersatu secara sukarela dan otonom dalam rangka mencukupi kebutuhan dan aspirasi sosial, ekonomi, dan budaya secara bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikelola secara demokratis.

 

Jadi kata kuncinya adalah orang-orang, sukarela, dan demokratis. Seperti ucapan Bung Hatta yang saya kutip di awal artikel. Definisi ini juga menjabarkan nilai dan prinsip koperasi.

Nilai dan prinsip koperasi
Nilai dan prinsip koperasi
 

Peran Koperasi

Peran koperasi yang utama dibagi tiga yaitu sebagai lembaga ekonomi, sosial, dan pendidikan. Sebagai lembaga ekonomi, koperasi harus dikelola sebagai usaha secara profesional yang memberikan manfaat ekonomi bagi anggotanya.

 

Sebagai lembaga sosial, koperasi harus memposisikan anggota sebagai modal sosial untuk mencapai kesejahteraan bersama dan dikelola secara demokrasi. Sedang sebagai lembaga pendidikan, koperasi mesti membudayakan pendidikan, pelatihan, dan transfer informasi dalam kehidupan berkoperasi anggotanya.

 

Peran anggota koperasi
Peran anggota koperasi

Sejalan dengan penuturan Pak Rully, Pak Teten Masduki menegaskan bahwa kehidupan koperasi berkunci pada komitmen anggotanya. Koperasi harus dapat memberdayakan anggotanya terutama di sektor riil. Artinya anggota berproduksi kemudian digunakan atau dibeli juga oleh anggota lain. Bukan menjadi perpanjangan distribusi produk kapitalis.

 

Relevansi Koperasi

Pertanyaan besarnya, apakah koperasi masih relevan di masa sekarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Pak Rully menjabarkan kondisi hari ini. Dunia telah sampai pada revolusi industri 4.0 yang berpusat pada teknologi digital dan internet. Pada tahun 2030 hingga 2040 menurut data Bappenas, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Sebanyak 64% penduduk Indonesia memasuki usia produktif yang punya karakteristik sendiri.

 

Bonus demografi ini bisa jadi keuntungan atau kerugian. Bila penduduk usia produktif bersama-sama terlibat membangun ekonomi, Indonesia diramalkan mencapai kejayaan. Sebaliknya bila tidak produktif justru jadi beban. Di sisi lain, sumber daya alam Indonesia yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan jika berkelanjutan atau sustainability tergantung SDMnya.

 

Data koperasi di Indonesia
Data koperasi di Indonesia

Di masa pandemi atau di waktu bonus demografi, koperasi menjadi solusi kesejahteraan rakyat sebab dimiliki bersama-sama tidak seperti korporasi. Seharusnya koperasi masih relevan.

 

Bagi saya sendiri, berpegang pada prinsip dan azasnya, koperasi akan selalu relevandan menjadi andalan ekonomi kerakyatan kapan pun. Namun dengan berbagai adaptasi dan inovasi yang mengikuti karakter manusia pada zamannya. Sebab kembali lagi pada kunci koperasi yaitu anggotanya. Bagaimana koperasi akan hidup jika tidak bisa merangkul anggota?

 

 

  Webinar Masihkah Koperasi Menjadi Andalan? “… pada koperasi tidak ada majikan dan tidak ada buruh,” ucap Bung Hatta, Bapak Koperasi Indone...