LARI
Semalam, hujan jatuh seperti
dikayuh. Segelas kopi tandas dalam sekejap. Sekedar penghangat sambil lalu. Aku
masih di depan layar komputer sampai kabar itu tiba. Dia kembali. Mimpi buruk.
Sejauh apa, aku harus lari? Lari dari bayanganku sendiri, jelas mustahil.
Sebuah pesan singkat, sebuah
penanda ancaman mimpi buruk baru saja dimulai. Aku ke tempatmu, besok. Begitu katanya.
Ke tempatku? Besok? Memangnya dia tahu dari mana keberadaanku? Aku mulai merasa
serupa hewan buruan. Kami bermain petak umpet, hanya saja, aku selalu jadi
pihak yang bersembunyi, dia pihak yang mencari. Sungguh ini bukan sekedar
pencarian biasa. Dia telah menjadikanku sebagai bulan-bulanan.
LARI Semalam, hujan jatuh seperti dikayuh. Segelas kopi tandas dalam sekejap. Sekedar penghangat sambil lalu. Aku masih di depan layar...