Novel Remedy |
Judul: Remedy
Penulis: Biondy Alfian
Penerbit: Ice Cube – Imprint KPG
Tebal: 208 Halaman
Penyunting: Katrine Gabby Kusuma
ISBN: 978-979-91-0818-0
Blurb:
“Lo yang nemuin dompet gue, kan?” tanya
Navin.
“Ya,” jawabku.
“Berarti lo sudah–“
“Melihat kedua KTP-mu?” tanyaku. “Sudah.”
Navin menarik napas panjang. Kedua matanya
melotot padaku. Rahangnya tampak mengeras.
Ada yang aneh dalam diri Navin, si anak baru
itu. Tania tidak sengaja menemukan dompet Navin di tangga sekolah dan melihat
di dalamnya ada dua KTP dengan data-data yang sama, hanya berbeda nama. Satunya
tertera nama Navin Naftali, satunya tertera nama Budi Sanjaya. Selain itu,
ternyata Navin sudah berumur 20 tahun. Apa yang dilakukan seorang pria berusia
20 tahun di SMA? Sebagai seorang murid pula. Tania memutuskan untuk mencari
tahu kebenaran tentang identitas ganda Navin. Sementara itu, Navin juga
penasaran dengan sosok Tania yang kini mengetahui rahasianya. Karena sepertinya
gadis penyendiri itu punya rahasia yang lebih besar darinya.
Sudah lama sekali saya tidak membuat review buku. Review novel Remedy adalah yang pertama buat tahun ini. Saya
tertarik dengan karya Biondy Alfian yang saya kenal di Goodreads. Ketajaman review Biondy menghipnotis saya kemudian
melahirkan ketertarikan saya terhadap karyanya.
Kover
Paduan warna kover antara biru dan putih
sebetulnya manis dan memberi efek tenang. Gambar kover sebetulnya cukup
mewakili isi novel dimana ada lelaki dan perempuan saling bergandengan ditambah
grafis sulur-sulur putih menciptakan kesan ketegangan. Sayangnya pemilihan
warna melemahkan gambar membuat kolaborasi ini unik jika tidak mau dibilang
aneh.
EYD
Saya tidak menemukan typo dalam novel ini.
Karakter
Tokoh Navin sebagai tokoh utama cukup kuat.
Sifatnya yang lentur membuat tokoh Navin ini loveable. Navin cukup ceria, mau bersosialisasi, kendati introvert
untuk hal-hal tertentu, Navin juga cukup ekstrovert, dan yang paling penting,
Navin tahu bagaimana memperlakukan perempuan.
Berbeda dengan tokoh Tania yang menurut saya
agak sedikit ganjil. Tania yang pemurung, tertutup, dan introvert diceritakan bahwa
Tania memiliki rahasia besar. Dan untuk seukuran seseorang yang punya rahasia
sebesar Tania, saya pikir tidak akan suka mengunjungi mall di mana akan
berinteraksi dengan banyak orang, mau tidak mau, suka tidak suka.
Tokoh Viki, sahabat Navin dan Tania menjadi
penyegar dalam novel Remedy. Sosoknya yang enerjik, penuh impian, dan mudah
bergaul membuat tokoh ini begitu hidup.
Perihal
Rahasia
Membaca Remedy adalah membaca dunia remaja
yang pelik. Biondy mengusung tema cukup berat tentang psikologi remaja dan
keluarga. Tentang tokoh-tokoh dalam usia dini memiliki beban berat dalam hidup.
Titik berat novel Remedy adalah bagaimana bagian hidup menjadi rahasia,
bagaimana rahasia terungkap, dan kepada siapa rahasia itu memunculkan diri.
Setiap manusia punya rahasia. Rahasia lahir
dari perjalanan kehidupan, menjadi bagian dari masa lalu yang dianggap aib atau
dapat mengancam masa depan. Rahasia berkelindan dengan kenangan manis dan
pahit. Tak heran, manusia cenderung menyimpan kenang-kenangan berupa fisik
maupun nonfisik atas rahasia tersebut.
“Hal yang paling mengganggunya saat ini adalah benda itu. Navin rasanya ingin membenturkan kepala ke tembok kalau memikirkan kebodohannya menyimpan benda itu sebagai ‘kenang-kenangan’ di dompetnya.” -Hal 11-
Rahasia berupa luka atau prahara tak ubahnya
teka-teki yang ingin tersingkap, yang ingin tersembuhkan. Dalam kasus Navin dan
Tania, rahasia serupa racun yang butuh penawar. Bagaimana rasa sakit akan
menjumpai obatnya jika sakitnya saja tidak teridentifikasi? Remedy berusaha
membangkitkan keberanian ‘mengetahui’ dan ‘menyembuhkan’ salah satu bentuk
traumatis manusia.
Perihal
Keluarga
Manusia butuh bantuan kekuatan lain, orang
lain untuk sembuh. Minimal dalam tataran asupan semangat. Kembali lagi, rahasia
berupa aib membuat subjek berhati-hati. Akan menjadi celaka ketika rahasia
terbongkar pada orang yang salah.
Seharusnya atau biasanya, manusia mendapatkan
dukungan menghadapi masalah dari keluarga dan sahabat terdekat. Lalu bagaimana
jika sumber masalah justru datang dari pihak keluarga? Novel Remedy menyajikan
drama keluarga yang patah. Hubungan antara orangtua dan anak, hubungan antara
perempuan dan laki-laki dalam ikatan perkawinan, hubungan cinta yang karena
keegoisan sewaktu-waktu bisa hancur.
Orangtua Tania merupakan contoh hubungan
suami istri yang kehilangan cinta. Saya kurang bisa menangkap alasannya kenapa.
Yang jelas, Tania sebagai anak melihat figur orangtuanya hingga enggan percaya
pada kekuatan cinta.
Sejujurnya aku tidak percaya dengan cinta. Cinta membuat seseorang berpura-pura. Cinta membuat seseorang berusaha tampil lebih dari diri sesungguhnya. Semua demi menarik perhatian orang yang dia ‘cintai’. –Hal 106-
Sementara orangtua Navin merupakan contoh
keberhasilan perkawinan, walaupun tidak dibarengi dengan keberhasilan hubungan
saling memahami antara orangtua dan anak. Beruntung Navin masih memiliki
kakaknya, Mbak Ratna yang siap sedia membantu dan mendukungnya.
Perihal
Ketertarikan
Pada dasarnya, manusia tidak bisa sendirian. Dengan
siapa manusia ingin bersama merupakan pilihan. Saya selalu percaya pepatah yang
mengatakan, serigala akan berkumpul dengan serigala. Dalam novel Remedy, Biondy
mencoba mengungkapkan hal tersebut secara implisit. Kenapa Navin harus tertarik
pada Tania, begitu sebaliknya? Saya pikir bukan sekadar penasaran atau
keingintahuan, ada frekuensi yang sama, gelombang tarik menarik antara
keduanya. Frekuensi itulah yang menciptakan saling pengertian.
“Terkadang tidak melakukan apa-apa justru membantu. Cukup menjadi temannya saja sudah banyak menolong bagi Navin,” kata Mbak Ratna tertawa. –Hal 137-
Navin memelankan suaranya. Dia tidak lagi mengetuk pintu. Navin tahu persaan itu. Saat seseorang hanya ingin berdiam diri, menjauh dari makhluk hidup lainnya. Dia pernah berada di posisi gadis itu. Dia ingat betapa bencinya dia akan suara ketukan pintu, juga suara orang-orang yang memanggil-manggil namanya. –Hal 156-
Perihal
Gaya Bahasa
Dalam novel Remedy, Biondy memakai gaya
bahasa ringan namun tidak kehilangan sentuhan ‘gelap’. Cocok dengan segmentasi
pembaca novel ini. Biondy menitikberatkan pada hubungan antar tokoh sehingga
latar tempat tidak menjadi penting. Biondy tidak bersusah payah mengupas sisi
kota Surabaya dengan segala pernak-pernik kehidupannya.
Novel Remedy memotret masa-masa SMA dengan
cukup baik. Informasi mengenai kehidupan remaja di SMA mengalir deras seperti
deskripsi tentang posisi bangku, tugas sekolah, ujian, nama jurusan yang up to date, dan PORSENI.
Bab-bab awal novel Remedy begitu powerfull membuat saya enggan melepaskan
buku ini. Menuju pertengahan, tone
novel agak mengendor, cenderung berlama-lama bermain teka-teki dengan pembaca. Chemistry antar tokoh juga agak kurang,
seperti berdiri sendiri-sendiri, mungkin karena Biondy menghadirkan dua POV
yaitu POV 1 dan POV 3. Dua POV ini seharusnya bisa melebur dan meningkatkan
gereget pembaca. Saya benar-benar bisa merasakan chemistry kuat antara Navin dan Tania di bab 25.
Kelebihan lain dari novel Remedy adalah
memberi edukasi penyakit kejiwaan lewat tokoh psikiater. Informasi psikologi
menjadi sahih dan berdasar. Sebagian dari kita mungkin hanya mengenal bahwa
seseorang mengiris atau melukai dirinya untuk ‘membunuh’ bukan ‘ingin hidup’. Lewat
karya ini, Biondy memberikan perspektif lain. Karena ‘sakit’ yang ditanggung
tokoh-tokohnya, saya merasa melihat sendiri pertumbuhan karakter tokoh novel
Remedy.
Sejak malam itulah aku menjadi seorang pengiris. –Hal 4-
Ini nyata, batinku. Rasa sakit ini. Juga seluruh kehidupan ini. –Hal 10-
Aku merasa lebih baik setelah melakukan salah satu sesi ‘ritualku’. Keheningan rumah ini dan juga masalah Navin yang membingungkan membuat kepalaku nyaris meledak. Sekarang pikiranku sudah jauh lebih tenang. –Hal 40-
Tapi masalanya tetap ada. Masalahnya tidak pergi. –Hal 40-
“Dalam artian melukai diri sendiri, ya,” kata Dokter Marwati. “Tapi kasusnya berbeda. Yang temanmu lakukan bertujuan untuk melepaskan perasaan dalam bentuk fisik. Biasanya prang yang melakukan self-harm justru tidak ingin mati.” –Hal 171-
Kembali pada soal rahasia yang dianggap aib,
manusia harus rela menerima masa lalunya. Pada akhirnya, rahasia akan
mengungkapkan dirinya pada orang yang tepat, bersiaplah saling menyembuhkan, saling memperbaiki. Seperti judul novel ini, Remedy.
Navin tersenyum saat sadar bahwa pembicaraan mengenai kisah mereka hanya berputar dalam alur waktu yang telah lalu. Sementara bersama Will, Dewi akan merajut masa depannya. –Hal 146-
Saya merekomendasikan buku ini pada kamu yang
tertarik dunia psikologi dan bagi kamu yang ingin terlepas dari beban ‘rahasia’.
Giveaway
Mau dapetin novel ini gratis dan bertanda
tangan? Yuk, ikutan giveaway-nya. Caranya:
1. Follow twitter penulisnya @biodyalfian
2. Twit-kan info giveaway ini dengan format
bebas yang penting memberitahukan giveaway-nya. Pakai tagar #GiveawayRemedy dan
mention penulisnya juga saya di @EviSriRezeki (kalau kurang karakter bisa
dipecah dalam dua twit).
3. Jawab pertanyaan ini di kolom komentar
postingan: Ceritakan satu pengalaman berkesan bersama keluargamu. Cantumkan
akun twitter-mu di bawah jawaban ya.
Hari itu aku adalah seorang anak smp yg baru, kejadiannya sudah lama sekitar 3 tahun yang lalu, sekarang aku meripakan siswi SMA.
ReplyDeleteMenjadi siswi SMP, tentu merupakan cita-cita anak SD, apalagi ketika keinginanmu untuk masuk ke sekolah yang terbaik di kota terlaksana dan aku termasuk anak yang sangat tidak sabar untuk mencoba rasanya menjadi siswi SMP. Saat hari sekolah tiba aku merasa sangat senang sekali, walau masih memakai seragam sd, akan tetapi mengingat aku akan menginjakkan kaki ku di SMP membuatku bersemangat. Pagi itu merupakan hari pertama sekolah, mamaku menguncir rambutku karena hari pertama adalah MOS. Lalu mengatakan padaku,"Wah, Nadia udah SMP nih. Selamat ya sayang," dan seingatku ayahku tidak berkata apapun hanya wajah bahagia yang terpampang di wajahnya, pada pagi itu semua merasa senang. Bahkan, sebelum berangkat Keluarga kami berfoto terlebih dahulu untuk mengenang saat pertama kali aku masuk SMP. Ketika aku melihat wajah mamaku, wajahnya tampak berseri-seri. Aku sangat bahagia.
Ayahku mengantarku ke sekolah, tidak memakai mobil ataupun motor. Kami berangkat memakai angkutan umum, dan yang membuatku sangat terharu adalah beliau sengaja ikut denganku dan mengantarkanku ke sekolah memakai angkutan umum agar aku dapat belajar naik angkutan umum. Mungkin untuk orangtua kebanyakan memilih mengantarkan anaknya memakai mobil ataupun motor agar dapat menghemat waktu, tapi mungkin beberapa dari mereka tidak tahu bahwa yang dibutuhkan untuk kami adalah pengalaman dan pembelajaran. Aku merasa sangat senang beliau rela menghabiskan waktu lebih lama untuk mengantarkanku ke sekolah pada hari pertama.
Dan hari itu, karena kebodohanku sendiri ayahku rela menempuh dari jarak yang sudah sangat jauh yang awalnya sedang berangkat ke kantornya, hingga putar balik untuk pergi ke sekolahku yang pada siang itu sangat macet hanya karena telepon dariku yang mengatakan ada rapat orang tua di sekolah pada hari pertama. Mungkin kalian akan bertanya kebodohanku apa, kebodohanku ialah tidak menkonfirmasikan terlebih dahulu berita ini ke guru. Karena, setelah aku berkata ke guruku bahwa ayahku tidak dapat datang, beliau memperbolehkan tidak mengikuti rapat orang tua. Dan dapat ditebak, aku menelepon ayahku untuk memberitahunya untuk membatalkan kepergiannya ke sekolahku. Kemudian, ayahku berkata beliau sudah dekat dengan sekolahku, tapi beliau berkata tidak apa apa dan menasehatiku untuk menkonfirmasikan terlebih dahulu. Aku merasa bersalah kepada ayahku, tapi aku senang ayah sangat peduli terhadapku.
Mungkin menurut kalian pengalaman ini adalah pengalaman yg sangat biasa, tapi menurutku ini sangat berharga, karena untuk pertama kali dan terakhir kalinya keluargaku dapat seperti ini. Ketika aku SMA semuanya berubah, hari pertama sekolah justru merupakan hari yang paling tersial, tak ada senyum.
@putnanadia
Ketika aku sudah tidak bekerja, menganggur hampir setahun. Dua adikku masih ekolah, bapak buruh serabutan dan ibu buruh tani. Ibu rela gabah dari hasil buruh di sawah dijual untuk membayar kekurangan uang sekolah yang ditagihkan pihak sekolah. Berintung kita kebagian beras bulog bantuan pemerintah. Aku merasa tak berguna tapi meereka tetap menerimaku
ReplyDelete@Jkhoyul
ReplyDeleteKesan keluarga adalah ketika saat keluarga kai masih lengkap. Kakek nenek masih ada. Ketika kakek nenek masih pasti setiap lebaran di kampung pasti ramai. Sedangkan saat ini, setiap lebaran pasti sepi. Anak kakek nenek jarang pulkam. Tinggal Ibu dan Budhe, dan itu masih belum menyembuhkan kerinduanku pada saat nenek dan kakek masih.
ReplyDelete@_ShantyAry
ReplyDeleteSetiap moment bersama keluarga adalah moment yang berkesan bagiku. Tapi ada satu moment yang tidak akan pernah terlupan.
ReplyDeleteDua tahun lalu, aku diterima PTN di Malang. Seumur-umur tuh gak pernah pergi jauh dari rumah dan ninggalin keluarga dalam waktu yang lama. Bener-bener gak pernah di prediksi sebelumnya bahwa jalan hidupku bakal begini. Awalnya emang ragu untuk berangkat, tapi aku dapat restu dan dukungan keluarga sehingga tekadku makin bulat.
Saat daftar ulang sih memang cuma diantar sama bapak tapi pas pindahan untuk menetap, ortu dan kedua adikku ikut mengantar. Itu perjalanan paling rempong deh! Kalau teman yang lain pindahan sendiri atau hanya dengan salah satu orang tuanya, kalau aku sih pindah sekeluarga jadi dapat tenaga ekstra untuk ngurus kosan pertama kalinya. Bangga banget, keluarga kami sangat kompak :)
Keluargaku menginap selama 3 hari, ketika mereka kembali pulang. Aku gak biaa menahan tangis, sedih rasanya melepas mereka untuk pergi. Tiba-tiba saat itu ngerasa kesepian, gak punya temen. Homesick dan rasanya pengin ikut pulang juga. Semalaman aku terjaga sambil nangis, baru lega ketika mereka bilang udah aampai di rumah.
Walaupun sudah terbiasa, hingga saat ini kami tetep berkomunikasi tiap hari. kalau gak sempat telepon berjam-jam, setidaknya pasti ngabarinlah.
@rinicipta
Haiii kak Evi^^
ReplyDeleteSalam kenal yaa!
Sebenarnya ini bukan hanya tentang keluargaku,melainkan juga tentang guruku.Ini adalah pengalaman paling berkesan buat keluargaku.
..
Nama beliau adlh Bpk.Sutejo,S.Pd,M.Si beliau adalah guru ibuku semasa SD yg juga menjadi guru SDku karena beliau saat itu belum pensiun.Dulu ketika beliau masih hidup,ibukulah yang selalu setia merawatnya.Ibuku mnjadi satu-satunya murid SD beliau yg masih sering mengunjunginya.Ibuku sangat menghormati beliau karena beliau adalah guru terbaik semasa sd menurut ibuku "Tanpa beliau,Za.Ibu tidak akan punya piagam ini"Kata ibuku sambil menunjukkan piagam usang semasa SDnya.Disana tertulis 'PiAGAM PENGHARGAAN JUARA 1 LOMBA SAINS se-KABUPATEN DEMAK' "Beliau lah yang membimbing ibu dan mengajari ibu dengan sabar dan penuh kasih sayang.Beliau mengajari ibu banyak hal yg tak pernah ibu ketahui sebelumnya.Hingga ibu mendapat pigam ini." kata ibu saat akuu masih sd dulu.Jarak rumah kami dan rumah beliau tidak begitu jauh,oleh karena itu aku sering diantar ibuku untuk belajar dirumah beliau,beliau dengan senang hati mengajariku diluar jam pelajaran.Beliau adalah guru yg lembut,yang sabar,dan penuh pengorbanan.Jika marah,beliau tdkk akan membentak dan menyeru pada muridnya,caranya marah adalah dengan tersenyum dan bertanya pada kami "Bapak tanya,apa kesalahanmu?" begitu terus sampai kami menjawab.Beliau hidup sendirian,istrinya telah meniggal karena infeksi saluran pencernaan thn 2012 lalu dan anaknya telah menikah dikota lalu menetap disana.Rumahnya juga sangat sederhana,sangat tradisional.Macam romah joglo zaman dahulu.Dulu saat ibu mengantarkanku untuk belajar dirumah beliau,ibuku sering membawakannya makanan,sayuran,buah-buahan,dan obat untuk beliau.Aku masih ingat,saat ibu memberi itu pada baliau (bapak sutejo) aku bertanya "Buat apa itu bu?Mau ibu kasihkan ke pak Tejo?Beliau kan iklhas mengajariku bu.." Ibuku menjawab "Kau sayang bapak Tejo kan?" lalu aku mengangguk "Kalau sayang,kita harus menghormatinya dan membuatnya senang dengan memberi sedikit rejeki kitaa ke beliau.Kau mengerti" aku mengangguk lagi.Hampir setiap 2 hari sekali aku berkunjung kesana.Tapi kini,saat aku sudah SMP aku semakin jarang mengunjungi beliau,aku takut pergi sendiri dan ibuku juga sibuk dengan sawahnya.Saat aku dan ibuku mendengar kabar jika beliau,bapak Sutejo sedang sakit maka barulah kami berdua mengunjungi ibu.Saat sudah sampai aku melihat beliau sedang terbaring lemah,beliau agak kurusan dibanding saat aku SD dulu,dia langsung tersenyum saat kami datang.Ibu mencium tangannya dan berkata "Maaf pak guru.Aku sudah jarang kesini" beliau hanya tersenyum,kemudian giliranku untuk mencium tangannya.Sejak aku dan ibu mendengar kabar beliau sakit,ibuku sering tidur disana menemani beliau,ayahku juga tak keberatan dan sesekali menjenguknya.Ayahku tahu kalau beliau adalah guru yg paling dihormati oleh ibuku,ayah juga tahu kalau beliaulah yang sering mengajariku.Ayahku pernah bilang padaku kalau jasa guru itu tidak boleh dilupakan,harus selalu dikenang dihati.Karena guru itu pahlawan,pahlawan tanpa tanda jasa.Ayahku jugaa tak keberatan jika harus menginap menemani ibu disana juga untuk mengantar beliau ke Puskesmas untuk periksa.Tapi kini,beliau sudah tak ada.Beliau menghembuskan nafas yg terakhir dihadapan ibuku,ayahku,dan aku.Beliau sempat berpesan "Beljarlah!Belajarlah dgn tekun.Doa pak guru selalu bersamamu" kemudian beliau melafazdkan syahadat dan menutup matanya untuk selamanya.Aku,ibuku,dan ayahku tak akan pernah bisa melupakanya,jasa beliau terlalu berharga untuk dilupakan.Untuk menghormati dan mengenang jasa beliau,setiap hari jum'at sore aku dan keluargaku berziarah kemakamnya untuk mendo'akan beliau.Di rumahku terpasang foto beliau,kata ayah supaya kita senantiasa mengingat jasa beliau
....
Itulah pengalaman yang paling berkesan buatku dan keluargaku..
Pengalaman yang tak akan pernah bisa untuk dilupakan begitu saja...
.
.
Twitterku @riqzanainiee
Pengalaman berkesanku bersama kekuarga yaitu waktu mandi di sungai Lematang, di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Lahat itu kampung halaman ibuku. Jadi ceritanya waktu itu keluarga besar lagi kumpul rame banget. Yang pake kamar kamar mandi di rumah nenek otomatis pada ngantri kan. Jadi daripada nunggu lama dan takutnya persediaan air nggak cukup, jadinya semua pada pergi ke sungai lematang buat mandi. Termasuk aku. Ah, itu pertama kalinya aku nyoba mandi di sungai lematang. Tapi ini di bagian sungai yang airnya masih jernih, bebatuan didasanya masih pada kelihatan dengan jelas.
ReplyDeleteKami pada sibuk mandi tiba-tiba sepupuku pengin poop, jadi dia jauh-jauh ke ujung buat buang hajat. Lagi khusyuk poop, dia malah teriak ke mamanya,
"Ma, eeknya nggak ngalir. Tapi, kok pada dimakanin sama ikan-ikan ya, Ma?"
Seketika tawa kami pecah semua. Soalnya menurut kami ngomongin soal eek yang dimakanin ikan tu kan ya nggak penting. Bukan hal aneh lagi sebenarnya. Tapi, jadinya lawak aja pas dia bilang gitu, pake teriak pulak. XD
Tapi, sebelum selesai mandi, kami juga sibuk nyuci mobil yang di parkir di batuan yang lebih tinggi. Daripada bayar mahal buat ke jasa cuci mobil, mending cuci sendiri di sungai. Persiapan mobilnya biar wangi buat pulang ke Palembang lagi. Gosok sana, gosok sini, saling siram-siraman sama saudara lainnya. Cuci mobil di sungai ternyata jauh lebih seru daripada cuma pake semprotan selang air di rumah. Huehehe.
@murniaya
pengalaman paling berkesan bersama keluarga adalah ketika aku dan kakakku masih kecil, bapak dan mama mengajak kami pergi ke sawah untuk menanam padi.Selain cuaca pagi itu yang cukup cerah, udara di areal persawahan juga sangat segar. Aku masih ingat betul saat kami tertawa bersama akibat ulah kakakku yang kakinya menancap di lumpur tapi dengan riangnya malah berpura-pura tiduran di lumpur. Kemudian aku yang menanam padi tidak sesuai jalur membuat mama harus menatanya lagi. Selain asik main di lumpur kami juga sibuk menangkap ikan-ikan kecil di sana. Setelah itu membersihkan diri dipancuran, berganti pakaian dan makan siang bersama sambil menikmati pemandangan alam di sekelilingnya. Di temani riak air, selimir angin serta kicauan burung.
ReplyDelete@gemaulani
salah satu pengalaman berkesan bersama keluargaku adalah waktu kami sekeluarga mudik dari Malang ke Jogja. dulu waktu masih kecil, itu adalah rutinitas tiap lebaran. biasanya kami rundingan dulu perginya naik apa. kadang naik bus, kadang naik kereta. nah, ada pengalaman yang tak terlupakan waktu naik kereta. kalo libur lebaran, pasti yang mudik banyak. alhasil, kereta pun penuh. susah banget nyari kursi yang udah dipesan, soalnya orangnya berjubelan dalam kereta. ada yang berdiri, duduk, bahkan gelar tikar. akhirnya, aku dan adikku dititipkan ke orang entah siapa, sementara ayah dan ibuku nyari kursi yang sudah dipesan, biar gak didudukin orang lain. ayahku jadi sering mondar-mandir gitu mastiin apa aku dan adikku gak ke mana2. soalnya pernah nih kejadian kakakku ngacir entah ke mana gara2 main di kereta. dia jalan2 gitu dari gerbong ke gerbong lain :v oya, karena aku naiknya dari stasiun di Malang, jadi ketika sudah sampai beberapa stasiun yang dilewatin, penumpangnya bakal berkurang satu demi satu. kalau sudah sampai Solo, penumpangnya tinggal dikit (stasiun pemberhentian terakhir di Jogja). saat itulah biasanya aku dan saudara2ku bakal menginvasi kursi di kereta. kadang satu tempat aku pakai buat tiduran. gak ada yang marahin juga sih soalnya yang lain juga pada gitu xDD nah, begitu sampai stasiun di Jogja, berhubung sampainya dini hari, susah nyari angkot. pilihannya cuma taksi atau becak. berhubung pengin hemat, alhasil milih becak. supaya makin hemat lagi (buset) satu becak dinaikin lima orang (aku, adikku, kakakku, ayahku, sama ibuku). kebayang kan si abang becak ngos2an nggenjot becaknya? wkwkwkw. sebenernya gak tega juga sih. tapi abang becaknya mau kok, kan sebelumnya ditawar dulu harganya berapa. untunglah waktu itu aku masih kecil, jadi gak berat2 amat. tapi tetep sih abang becaknya keberatan. aku inget banget soalnya naik becaknya pelaaaaann banget. kira2 nyampenya setengah jam kemudian. emang tempatnya jauh sih xDD
ReplyDeletehihihihi kalau diinget2 lagi kejadiannya lucu banget. saking berkesannya terus keinget sampai sekarang. terutama yang naik becak itu xDD
@dust_pain
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2009 yang lalu. Saat itu, aku dan keluarga besarku pergi menjenguk keponakan baruku yang baru lahir di daerah Magelang. Kami pergi dengan menyewa sebuah mini bus agar semua orang bisa ikut.
ReplyDeleteSejak awal keberangkatan, aku dan sepupuku sudah merasa ada yang tidak beres dengan kendaraan kami. Karena beberapa kali bus sempat mogok dan tercium bau karet yang terbakar.
Puncaknya, saat kami dalam perjalanan pulang dan baru sampai setengah jalan, bau itu semakin kuat tercium. Dan sumpah! Itu bau bikin sesak napas. Di bagian depan mobil pun mulai mengeluarkan asap. Dan itu semua terjadi gara-gara air radiator kering dan bus tidak kuat melaju di jalan yang menanjak.
Karena kondisi bus yang memang sudah agak tua, akhirnya bus tersebut mogok di tempat antah berantah! Kami cukup panik karena bus berhenti di tengah jalan yang hanya ada hutan di kanan kirinya. Tidak ada satu pun rumah penduduk yang kami lihat. Padahal mobil butuh air untuk mendinginkan mesin, dan air minum yang kami bawa tidak akan cukup untuk mendinginkannya.
Terpaksa kami mendorong mobil tersebut bersama-sama. Akhirnya setelah beberapa puluh meter, kami menemukan sebuah jalan kecil yang mengarah ke sebuah desa.
Desa itu terletak cukup jauh dari jalan raya, dan terlihat sedikit terpencil. Namun pemandangan di sana itu bagus banget! Apalagi ada efek-efek kabut gitu, padahal hari itu sudah siang menjelang sore.
Pikiran pertamaku yang muncul pas di sana tuh, "horor nih! Jangan-jangan ini desa hantu!" haha. Itulah pikiran parnoku dan sepupu-sepupuku.
Tapi setelah itu ada beberapa penduduk yang mendatangi dan menanyakan masalah kami.
Saat para orang tua dibantu penduduk sekitar berusaha membuat mobil berjalan lagi, kami yang masih anak-anak memanfaatkan waktu dengan ber-selfie ria. Hehe. Eh tapi jaman itu belum ngetren selfie dan tongsis ya :p
@dabelyuphi
Satu pengalaman yang paling berkesan dan satu-satunya momen yang berhasil menciptakan kebersamaan di keluarga Saya seutuhnya adalah ketika Wedding Party Mas Saya. Karena kita semua nggak pernah sama sekali berkumpul bersama dalam satu rumah, biasanya selalu saja Mas Saya absen meskipun pada saat lebaran. Jujur saja, dari kecil sekitaran usia 1 tahun Mas Saya sudah terbiasa pisah dari kedua orangtua, dia lebih suka tinggal di rumah nenek. Bahkan orang pertama yang akan dicarinya saat sedang sakit cuma nenek. Kalau pun pernah tinggal sebanyak-banyaknya hanya 1 atau 2 hari, alasannya ya nggak betah tinggal di kampung. Apalagi kalau di rumah nenek, dia bisa bebas-sebebas-bebasnya, maklum saja nenek Saya sudah terlalu buat ngontrolin kelakuannya. Pada saat Wedding Party-nya lah kami bisa duduk bersama satu keluarga. Terlebih Mas Saya sendiri yang meminta kami untuk hadir. Saya bahkan dipaksa hadir, ya demi utuhnya perkumpulan satu keluarga yang mungkin entah kapan akan terulang kembali ya Saya mau nggak mau harus hadir, walaupun pada hari tersebut sebenarnya Saya harus daftar kuliah di periode pendaftaran terakhir, tapi dengan alasan kebersamaan Saya memilih men-cancel pendaftaran kuliah Saya. Di hari tersebut Saya sangat bahagia menyaksikan Abah, Emak, Mas dan adik-adik duduk sejajar menikmati kebersamaan, makan di satu meja sambil saling melepas rindu, tidur di satu rumah, tertawa bersama, berbagi cerita de el el. Saya masih sangat berharap momen kebersamaan seperti itu bisa terulang kembali.
ReplyDelete@DiddySyaputra
Terima kasih!
Satu pengalaman paling berkesan bersama keluarga saya adalah ketika kami sekeluarga touring mulai dari daerah Berastagi sampai ke Danau Toba. Saat itu kami melakukan perjalanan dimulai dari mengunjungu Taman Lumbini yang terletak didekat taman kota Berastagi, kemudian bertolak ke Air Terjun Sipiso-Piso dan berakhir di Danau Toba. Kami mengitari gunung Sinabung yang saat itu meskipun sudah meletus tapi belum separah sekarang. Rasanya sangat menyenangkan. Jadi perjalanan yang awalnya kami mulai dari Barat, kami akhiri dari Timur dan itu semua dilakukan dengan touring :D
ReplyDelete@n0v4ip
https://twitter.com/n0v4ip/status/675717583337746432