Seri Novel Dunia: Invisible Man Karya Ralph Elisson

Seri Novel Dunia: Invisible Man Karya Ralph Elisson
Seri Novel Dunia: Invisible Man Karya Ralph Elisson

Novel Invisible Man karya Ralp Elisson menjadi buku kedua seri novel dunia yang saya bahas sekaligus masuk dalam daftar book wish list saya tahun 2016. Mari mengenal siapa itu Ralp Elisson dan kisah Invisible Man.


Biografi Singkat Ralp Elisson

Ralph Ellison
Ralph Ellison

Ralp Elisson adalah salah sastrawan kulit hitam yang dihormati di Amerika Serikat, sekaligus juga seorang kritikus sastra, sarjana, dan penulis. Dia lahir pada tanggal 1 Maret 1914 di Oklahoma City, Amerika, dan meninggal pada tahun 1994 di New York. Saat berusia 80 tahun. Menurut penulis biografinya, Elisson terlahir pada tahun 1913, setahun lebih cepat dari data yang terdaftar selama ini. Elisson adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sang ayah yang bernama Lewis Alfred Ellison, sangat mencintai sastra dan memanjakan anak-anaknya dengan literatur-literatur bermutu. Ayahnya berharap kelak saat dewasa nanti, Elisson tumbuh menjadi seorang penyair papan atas Amerika.  Dia juga  belajar musik dan patung, kuliah tentang budaya Negro dan James Joyce.

Sebuah monumen dengan menggunakan namanya terbentang di depan 730 Riverside Drive, New York, sebagai bentuk hormat Amerika mengenang Elisson sebagai sastrawan. Beberapa seniman sempat mempengaruhi kehidupan Elisson seperti Romare Bearden dan penulis novel Richard Wright, setelah Ellison menulis review buku untuk Wright. Wrightlah yang  mendorong Elisson untuk menulis fiksi sebagai karier di masa depan. Hal itu, menjadi dorongan untuk Elisson dikemudian hari.  Dari tahun 1937 sampai 1944, Elisson banyak menulis tentang ulasan-ulasan, review, dan artikel di majalah-majalah yang terbit di Amerika. Pada tahun 1938 dia bertemu pendampingnya yang bernama Rose Poindexter, seorang aktris panggung. Mereka pindah ke sebuah apertemen dan menikah pada akhir tahun 1938.  Ellison adalah seorang novelis yang menggunakan kata-kata dengan keahlian, yang menulis dengan intensitas puitis, dan narasi besar. Termasuk narasi yang dia tuangkan dalam masterpiece-nya, yaitu Invisble Man.

Novel Invisble Man adalah novel terbaik dari Ralp Elisson dan berhasil melambungkan namanya di jagat kesusastraan dunia. Invisible Man ditulis oleh Elisson  pada tahun 1945 saat musim panas, di dalam sebuah gudang di Waitsfield, Vermont. Diterbitkan secara penuh dan nasional pada tahun 1952. Novel Invisible Man mengeksplorasi tema manusia mencari identitas dan tempat di masyarakat, seperti yang terlihat dari perspektif seorang pria kulit hitam yang tidak disebutkan namanya di New York City pada 1930-an.

Berbeda dengan novelis sezamannya seperti penulis Richard Wright dan James Baldwin. Ellison menciptakan karakter yang tidak memihak, berpendidikan, mengartikulasikan, dan sadar diri. Melalui protagonis, Ellison mengeksplorasi kontras antara utara dan selatan varietas rasisme dan efek mengasingkan mereka. Narator adalah "tak terlihat" dalam arti kiasan, bahwa "orang menolak untuk melihat" sang narator, dan juga mengalami semacam disosiasi. Novel yang mengetengahkan tentang isu-isu tabu dan subjek kontroversial komunisme, kehidupan ras kulit hitam yang berhubungan dengan paham-paham Marxisme waktu itu, seraya menyinggung politik reformis dari pemimpin hak sipil Afika-Amerika yaitu Booker T. Washington. Menurut pengakuannya sendiri, dia menulis novel Invisble Man selama lima tahun.

Novel Invisible Man
Kisah Invisble Man dibuka dengan cara yang cerdas oleh sang novelis. Dibuka dari sudut pandang orang pertama Si Pencerita (Narator) yang menceritakan tentang dirinya. Seorang pria Afrika-Amerika. Tidak mengenalkan siapa namanya. Dia hanya menjelaskan di mana tempatnya tinggal dan kegelisahan yang selama ini menganggunya.

"Aku tinggal gratis di sebuah gedung sewaan yang banyak dihuni orang kulit putih, aku tinggal di ruang bawah tanah yang gelap, dan dilupakan selama abad kesembilan belas."

Lalu Sang Pencerita berbicara lagi, "Tempat saya hangat dan penuh cahaya. Ya, Penuh cahaya. Aku ragu jika ada tempat yang lebih cerah di seluruh New York dari pada tempat ini, terkecuali Broadway.” Si Pencerita itu hanya bisa menunggu sesuatu terjadi pada aktifitasnya selama ini juga sebagai pembicara publik yang bertalenta, mengkritik pelbagai isu yang berkembang di awal abad ke-20.

Si Pencerita memilih untuk tetap tidak terlihat atau memberi nama pada dirinya, dia hanya bercerita lewat autobiografi tulisannya dari bawah tanah. Suara sunyi dari lubuk hati Si Pencerita. Si Pencerita dengan nada yang sedikit cemas kembali menulis dan memilih untuk hidup dari bilik-bilik sepi bawah tanah, menggugat dunia luar.  

Sang narator merupakan pemuda yang tinggal di wilayah Selatan Amerika pada akhir tahun 1920 atau awal 1930-an. Karena dia adalah seorang pembicara publik yang berbakat, dia diundang untuk memberikan pidato kepada sekelompok orang kulit putih yang penting di kotanya. Mereka menghargai prestasinya dengan memberikannya beasiswa ke perguruan tinggi bergengsi untuk orang kulit hitam, tetapi hanya setelah mereka mempermalukan dia dengan memaksanya bertarung dalam sebuah pertempuran kerajaan, dimana dia harus berhadapan dengan seorang pemuda kulit hitam lainnya. Mereka bertarung dengan mata tertutup di atas ring tinju. Setelah itu, orang kulit putih memaksa para pemuda kulit hitam berebut koin emas palsu di karpet listrik. Narator menilai surat beasiswa itu sebenarnya hanya selembar kertas bertuliskan: Kepada yang Berkepentingan. Biarkan Anak Negro Ini Tetap Melangkah. Pencerita berikhtiar menjelaskan jati diri dan posisinya dalam masyarakat kehidupan Amerika.

Di akhir cerita pembaca diajak masuk ke dalam pengakuan diri tentang dirinya yang merasa siap tinggal di bawah tanah. Si Pencerita juga menerangkan tentang kenapa dia tinggal di bawah tanah.  Akhir cerita tersebut juga merupakan bagian awal cerita. Dia menyadari bahwa dia harus menghormati kepentingan individu dan loyal pada identitasnya sendiri tanpa mengorbankan tanggung jawab sosialnya.  

Novel Invisible Man juga sering mendapat pujian dari para kritikus di Amerika, sebagai patron atas kebangkitan kesusastraan Amerika. Pada tahun 1953, National Book Award memberikan penghargaan kepada Ralp Elisson untuk karya fiksi. Penghargaan itu suatu kesempatan tiketnya ke dalam pembentukan sastra Amerika. Dia yang kecewa dengan pengalamannya dengan Partai Komunis. Lalu dia menggunakan ketenaran barunya sebagai novelis untuk berbicara sastra sebagai instrumen moralitas.

"Jika mereka ingin bermain bola dengan kaum borjuis, mereka tidak perlu berpikir kalau mereka bisa lolos dengan hal tersebut. Mungkin kita tidak dapat menghancurkan atom, tapi kita bisa, dengan kata-kata yang dipilih dengan baik, ditulis dengan baik, menghancurkan semua kekotoran ini," kata Ellison dengan nada marah. Kekecewaannya terhadap komunisme dia gambarkan juga dalam novelnya. Surat itu Elisson tujukan untuk Richrad Wright pada 18 Agustus 1945. Pada tahun 1955 dia melakukan perjalanan ke Eropa, mengunjungi, dan mengajar. Menetap untuk beberapa waktu di Roma dan menulis beberapa esai.

Gaya tutur cerita Elisson pada Invisble Man terbuka bagi setiap kemungkinan, sehingga lumbung ide dan pesan yang ingin Elisson disampaikan bisa dipahami. Invisible Man adalah salah satu novel paling berani dan mempesona dari abad kita. Ellison berhasil menulis dengan formula dan format gaya baru yang berdasarkan simbolisme modern garda depan. Dia mengatakan bahwa dirinya terpengaruh oleh simbolisme modern dari puisi The Waste Land karya penyair legendaris T.S Eliot, penyair yang sangat mempengaruhi karir awal kesusatraan Elisson.

Berkali-kali saya katakan, sepenuhnya saya percaya bahwa lewat buku biarpun itu fiksi dapat mengubah peradaban. Suara kita terdengar lebih lantang dan panjang, menyeru sanubari benak-benak pembaca hingga mereka tergerak membuat perubahan. Karya-karya semacam itu tidak lahir dalam rentang waktu yang pendek dan jalan yang instan. Ralp Ellison adalah salah satu penulis yang membuktikan diri lewat kesungguhan prosesnya.

Referensi dan gambar:
https://www.goodreads.com/book/show/16981.Invisible_Man
https://www.nytimes.com/books/99/06/20/specials/ellison-invisible2.html
http://dennyja-world.com/ensiklopedia_inspirasi/summary/557
http://www.biography.com/people/ralph-ellison-9286702
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

4 comments:

  1. Aku suka baca2 novel dunia karena membuka cakrawala, tidak populis.

    ReplyDelete
  2. Keren Mba Evi jadi pengen baca novel dunia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk, jadi pembaca novel yang mendunia juga ^_^

      Delete