Seri Novel Dunia: To The Lighthouse Karya Virginia Woolf

Seri Novel Dunia: To The Lighthouse Karya Virginia Woolf
Seri Novel Dunia: To The Lighthouse Karya Virginia Woolf 
                                                                          
Seorang wanita harus memiliki uang dan ruang dari sendiri jika ia ingin menulis fiksi. –Virginia Woolf—

Akhir tahun 2015 ini saya memutuskan untuk membuat artikel tentang seri novel dunia. Seri artikel ini semacam penyemangat saya untuk terus menelurkan karya-karya berupa novel. Saya mesti belajar banyak pada penulis-penulis novel mendunia. Tentu saja saya punya cita-cita besar membuat karya novel yang diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Sesungguhnya seri novel dunia ini belum saya baca dan menjadi books wish list saya untuk tahun 2016. Saya akan mulai seri novel dunia ini dari buku To the Lighthouse karya Virginia Woolf.


Biografi Singkat Virginia Woolf

Virginia Woolf
Virginia Woolf

To the Lighthouse, salah satu novel terbaik dari yang pernah ditulis Virginia Woolf (1882-1941). Sastrawan perempuan kebangsaan Inggris. To the Lighthouse ditulis pada tahun 1927 dengan setting latar pada tahun-tahun genting perang dunia pertama yaitu tahun 1910 dan 1920. Woolf mengatakan, kalau novel tersebut sebagai karya terbaiknya dan yang mengubah kondisi keuangannya menjadi stabil. Selama periode antar perang dunia pertama, Virgina Woolf adalah seorang tokoh penting dalam masyarakat sastra London dan tokoh sentral dalam Bloomsbury, kelompok intelektual berpengaruh. Ayahnya yang bernama Sir Leslie Stephen adalah seorang sejarawan terkenal Inggris, penulis, kritikus dan pendaki gunung. Sang Ayah adalah editor pendiri kamus Nasional Biography yang terkenal, sebuah karya yang akan mempengaruhi biografi eksperimental yang kelak mempengaruhi jalan kesusatraan Woolf.

Karya Woolf telah diterjemahkan kedalam lebih dari 50 bahasa oleh para penulis seperti Jorge Luis Borges dan Marguerite Yourcenar. Karya-karya legendarisnya meliputi Mrs Dalloway (1925), Orlando (1928), dan The Book-Length Essay A Room of One's Own (1929). Keanehan Virginia Woolf sebagai penulis fiksi cenderung mengaburkan kekuatan sentral, dan mempunyai intensitas puitis yang kuat. Woolf memang mempunyai jiwa yang terus menerus gelisah, memaknai hidup dengan caranya sendiri, dan ia juga menderita penyakit mental sepanjang hayatnya. Bipolar. Pada tahun 1941, sastrawan perempuan berbakat itu akhirnya bunuh diri di Sungai Ouse dekat rumahnya. Tubuh Woolf tidak ditemukan sampai tanggal 18 April 1941. Saat usia 59 tahun.

Sepanjang hidupnya, Virginia Woolf diganggu oleh perubahan-perubahan suasana hati secara berkala dan penyakit mental yang berkait. Pada tahun-tahun kelamnya yaitu periode 1910, 1912, dan 1913, ia menghabiskan waktu di sebuah panti jompo khusus wanita dengan fokus pada penyakit gangguan saraf. Persoalan kejiwaan ini, sering berdampak pada kehidupan sosial pergaulan, ekonomi, dan produktifitas sastranya.

Ia dipandang sebagai seorang novelis abad kedua puluh garda depan dan salah satu modernis terkemuka dunia. Virginia Woolf dan suaminya yang Yahudi, Leonard dibenci, dincar dan ditakuti pada tahun 1930 oleh kaum fasis dengan antisemitisme. Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Mereka berada di daftar draft kematian Adolf Hitler untuk Inggris.

Novel To the Lighthouse
To the Lighthouse, memiliki plot yang berpusat pada antisipasi keluarga Ramsay dan refleksi atas kunjungan ke Mercusuar. Ketegangan keluarga yang saling terhubung. Salah satu tema utama dari novel ini adalah perjuangan dalam proses kreatif yang menimpa pelukis Lily Briscoe. Ia berjuang untuk melukis di tengah-tengah drama keluarga Mr. Ramsay yang menghabiskan waktu musim panas di sebuah tempat yang bernama Hebride, Pulau Skye, Skotlania.

Novel ini dibuka dengan keributan kecil tentang keinginan James untuk pergi ke mercusuar, tapi tidak iamini oleh Mr Ramsay. Mereka bersitegang. Tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang mempunyai hobi menulis prosa dan melukis, bernama Lily Briscoe. Briscoe tak yakin dengan tulisan-tulisan prosanya selama ini karena dipengaruhi oleh ucapan sinis dari Tansley yang menilai kalau seorang wanita tak berbakat dalam menulis maupun melukis. Briscoe bersedih diri dengan ucapan Tansley. Sementara itu Mr Ramsay juga punya ketertarikan yang cukup tinggi pada kejeniusan seorang penyair muda, Augustus Carmichael yang juga seorang pengembara, ketika penyair itu berkunjung untuk menikmati sup malam hari.

Kegembiraan dan kesedihan berlangsung secara bersamaan, kematian demi kematian terus menghantui Mr Ramsay. Beberapa tahun kemuian, Mr. Ramsay benar-benar merasa kesepian. Istri Ramsay meninggal dunia. Disusul, Andrew yang meninggal karena perang dunia pertama, Prue juga menyusul karena melahirkan. Iakhir cerita, Lily Briscoe yang mempunyai bakat melukis, mencoba melukis kegelisahan Mr. Ramsay dan almarhumah istrinya, saat keluarga Ramsay memutuskan untuk ke mercusuar bersama dua orang anaknya. Keluarga Mr Ramsay juga ditemani seorang pelaut bernama Macalister dan anak perempuannya. Lukisan Lily Briscoe akhirnya selesai, saat Mr. Ramsay akhirnya sampai ke mercusuar. Lukisan Lily Briscoe tersebut mencoba menafsirkan dan menangkap romantisme Mr Ramsay dan istrinya. Memunculkan kenangan-kenangan mereka berdua.

Novel ini juga merupakan meditasi pada kehidupan penduduk suatu negara di tengah-tengah perang dan orang-orang yang ditinggalkan. Novel ini berhasil menjajaki perjalanan waktu dan bagaimana kekuatan emosional perempuan direnggut paksa oleh masyarakat.

Novel To the Lighthouse yang terdiri dari 300 halaman lebih ini, benar-benar novel psikologis yang sebagian besar diilhami dari kisah hidup Virgina Woolf, sang penulis. Salah satu cara ia bersimpati pada kondisi orang tuanya. Tidak seperti penulis kenamaan lainnya yaitu James Joyce, Woolf tidak menggunakan fragmen-fragmen untuk menjelaskan jalan proses filosofis para tokoh dan karakternya, Woolf mengunakan parafrase lirik yang kuat. Pengembangan tokoh-tokoh dalam novel ini dibiarkan mengalir dan menjadi jembatan antara pembaca dan tokoh itu sendiri. Banyak kejutan, letupan, ledakan dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa membuat pembaca mengerti kegelisahan pribadi dari Virginia Woolf. Novelnya sangat eksperimental: narasi, dibiaskan dan kadang-kadang hampir terlarut dalam kesadaran reseptif karakter. Lirik intens, plot yang merangsang, dan gaya keahliannya untuk menciptakan adegan seolah hadir secara audiovisual. Virginia Woolf identik dengan arus kesadaran penulis modern seperti James Joyce dan Joseph Conrad. Woolf dianggap sebagai inovator utama dalam bahasa Inggris. Dalam karya-karyanya, ia bereksperimen dengan arus kesadaran dan motif psikologis serta emosi yang mendasari karakter. Reputasi Woolf menurun tajam setelah Perang Dunia II, namun pengaruhnya kembali menanjak dengan pertumbuhan kritik feminis pada tahun 1970-an.

Dalam catatan terakhir kepada suaminya ia menulis, tentang kegelisahan dirinya:

"Yang Tersayang, saya merasa yakin bahwa saya akan gila lagi. Aku merasa kita tidak bisa melalui satu dari mereka yang mengerikan. Dan aku tidak akan pulih saat ini. Aku mulai mendengar suara-suara, dan aku tidak bisa berkonsentrasi. Jadi aku melakukan apa yang tampaknya hal terbaik untuk dilakukan. Kamu telah memberiku kebahagiaan terbesar dalam segala hal. Aku tidak berpikir dua orang bisa lebih bahagia sampai penyakit yang mengerikan ini datang. Aku tidak bisa melawan lagi. Aku tahu bahwa aku merusak hidupmu, bahwa tanpa aku bisa bekerja. Dan kamu akan aku tahu. Kamu lihat aku bahkan tidak bisa menulis ini dengan benar. Aku tidak bisa membaca. Yang ingin kukatakan adalah aku berutang semua kebahagiaan hidupku kepadamu. Kamu telah sangat baik. Aku ingin mengatakan bahwa semua orang tahu itu. Jika ada yang bisa menyelamatkanku itu akan adalah kamu. Semuanya telah pergi dariku, kecuali kepastian kebaikan kamu Aku tidak bisa terus merusak kehidupan kamu lagi. Aku tidak berpikir dua orang bisa lebih bahagia dari yang kita telah lalui.”

Saya tidak bisa tidak mengamini quotes milik Virginia Woolf yang saya tulis di awal artikel ini, bahwa seorang wanita memang harus memiliki uang dan ruang untuk menghasilkan fiksi. Betapapun saya bisa menulis di rumah, ada ruang sunyi yang saya butuhkan saat menulis. Ruang khusus hanya milik saya sendiri. Dan tentu saja uang, kadang untuk riset karya kita butuh modal, kan?

Sekilas membaca perjalanan hidup Virginia Woolf dan novelnya To the Lighthouse mengukuhkan kesadaran saya bahwa pengalaman empiris seorang penulis telah memperkaya karyanya. Kenangan-kenangan terkecil pun bisa menjadi karya yang besar selama kita mau menggalinya lebih dalam.  

Referensi:
http://www.biography.com/people/virginia-woolf-9536773#early-life
https://en.wikipedia.org/wiki/Virginia_Woolf
http://dennyja-world.com/ensiklopedia_inspirasi/post/649
https://id.wikipedia.org/wiki/Antisemitisme
https://www.goodreads.com/book/photo/18517.To_the_Lighthouse

Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

10 comments:

  1. Novelnya menarik nih, ada terjemahannya nggak ya mupeng baca :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama nih Mbak, saya juga lagi nyari terjemahan Bahasa Indonesianya :D
      Nanti kalau ketemu, saya infokan ya

      Delete
  2. Karya virginia woolf emang keren2. Beberapa aku udh baca yg ni belom pengen cari ah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya baru mau baca karya-karyanya Virginia Woolf, Mbak :D

      Delete
  3. Jadi ini udah ada versi terjemahannya belom Mak? Sepertinya cukup berat ya novelnya, tapi kata-katanya pasti keren banget.. Makasi reviewnya Maaaak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum nemu yang terjemahannya, Mbak.
      Nanti kalau ketemu, saya infokan ya :)

      Delete
  4. Lagi nyari referensi eh sampai ke sini. Kirain udah baca novelnya mba. Pasti butuh dibaca pelan2 nih novelnya.

    ReplyDelete
  5. Halo pengen nanya, waktu itu kakak baca versi inggrisnya apa indonesianya? kalo eng ver, apa gampang dimengerti? makasi!

    ReplyDelete