Phanie - Eva - Evi |
Untuk @phanieq
Dear Phanie,
Apakah kau ingat kapan
pertama kali kita bertemu? Kalau tidak salah, di sebuah warung steak daerah
Dipati Ukur. Kau yang datang menebar keceriaan. Mengabadikan momen dengan
sebuah kamera. Tingkahmu lincah dan semarak. Tak heran, kau begitu cepat dekat
dengan teman-teman sekantor. Yah, kita barangkali punya mantan kantor yang
sama. Sayangnya, kita tidak pernah benar-benar sekantor. Ketika aku keluar
kerja, kau masuk ke sana.
Aku menyukaimu pada
pandangan pertama. Sebenarnya kita bisa menjadi sahabat dalam waktu yang tidak
lama. Sekali lagi, sayangnya, ada sebuah peristiwa yang membuat kita menjauh. Sudah
lama ku-ungkit peristiwa itu, sekedar meminta maaf atas perlakuan yang mungkin
berdampak buruk buatmu. Kau dengan bijak menyingkirkan kejadian buruk itu.
Entahlah, barangkali kejadian buruk yang sama-sama mendewasakan kita.
Phanie,
Dulu sekali, aku punya
keinginan membuat sebuah grup kecil perempuan. Grup kecil penikmat kopi. Setiap
datang petang, grup itu akan bertemu untuk berdiskusi apa saja. Membagi semangat
dan impian. Dalam benakku, grup kecil itu adalah kamu, Eva dan aku sendiri.
Tapi, kita semakin sulit bertemu. Grup kecil itu tertinggal dalam kenangan.
Phanie,
Kau adalah salah satu
perempuan istimewa yang kutemui. Kau penuh semangat, bisa berkomunikasi dengan
baik, dan yang paling penting, kau memiliki tujuan. Matamu memancarkan
kesungguhan. Siapapun yang melihatnya pasti akan percaya, kau bisa meraih apa
yang kau inginkan.
Umurmu masih kebilang muda. Dan
lihatlah apa yang telah kau capai? Tidak ada satupun bakat yang kau sia-siakan.
Kau melangkah dengan percaya diri. Jika ada rintangan, hanya serupa kerikil. Tidak
ada petualangan tanpa hambatan. Disitulah letak menyenangkannya.
Barangkali banyak orang
telah lupa nikmatnya berproses. Kamu, tidak begitu. Ya, proses akan terasa
nikmat jika kita akhirnya mencapai finish.
Tapi finish setiap orang berbeda. Orang
lebih suka menikmati hasil. Percayalah, hasil tak seindah itu. Pernahkah kau
mengalami, setelah mencapai sesuatu, kemudian bertanya, “lalu apa lagi setelah
ini?”
Ah Phanie,
Aku rindu obrolan-obrolan di
antara manisnya kopi dan kepulan asap. Dimana kita akan berbagi segala kesah. Berceloteh
ringan tentang hobi. Sambil sesekali melemparkan ejekan. Kemudian tawa kita
berderai.
Apakah kedai kopi itu
menanti kita untuk meramaikannya? Kedai tempat kita selalu bersua. Hei
perempuan penuh semangat, mari kita ceriakan kedai itu. menyesap kopi dari
petang hingga malam menderang.
Salam kangen,
Dari Evi
Ouhh gitukkk jadi selama ini kamuh selingkuh ama si panci. Pfffttt
ReplyDeleteYang lebih sering selingkuh sama si panci, sapah coba? (ih si panci berasa di perebutin deh) heuheu
DeleteLagi berselancar di X, ketemu tweet tentang "cobain deh search nama akunmu di google, siapa tau ada berita aneh tentang kamu".
ReplyDeleteI tried it, then I found this.
Teteeeh..this is such a nice letter..I am so flattered. :')
Aku baru baca setelah lebih dari 10 tahun tulisan ini dipublikasi. Sungguh pembangkit memori kekuatan tinggi.
jadi kangeeeeen..
kapan kumpul bareng?