Monolog dalam Teater |
Senangnya udah dua kali
dikunjungi di rumah *\^^/*
Va,
setelah Cuap-cuap tentang keuangan. Hari ini, aku mau cerita
tentang monolog dalam teater. Kamu pasti ngerti, kan? Secara kita berdua
sama-sama menggeluti teater. Oke, kita mulai dari mana?
Secara pengertian, monolog adalah
istilah keilmuan yang
diambil dari kata mono yang artinya satu dan log dari kata logi yang artinya ilmu. Secara harfiah monolog
adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana
hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan / sketsanya. Kata
monolog lebih banyak ditujukan untuk kegiatan seni terutama seni perandan teater (diambil dari Wikipedia).
Kamu pernah main teater
monolog?
Aku sudah beberapa kali main
monolog. Kalau dihitung sudah mencapai lima kali. Bahkan pernah menyutradarai
monolog. Monolog memang lebih sulit daripada main teater biasa. Bisa kamu
bayangkan, kita adalah satu-satunya aktor yang berada di panggung. Hidup matinya
pertunjukan berada di tangan kita. Kalau mainnya bagus, penonton akan terhibur,
kalau jelek, penonton akan beranjak lebih awal.
Proses monolog tidak ada
bedanya dari main teater yang memiliki pemain banyak. Pertama, bedah naskah
dengan sutradara, jika diperlukan bisa menghadirkan dramaturgi. Setelah aktor
dan sutradara memiliki persamaan persepsi dalam melihat naskah, barulah proses
reading.
Proses kedua yaitu Reading. Reading
itu membaca naskah, mulai memberi arti dalam setiap kalimat yang diucapkan. Sulitnya
monolog terletak disini, dalam naskah, kadang tidak hanya ada satu tokoh, tapi
banyak tokoh.
Ketiga, mulai masuk ke
blocking. Bagaimana gerakan si aktor dalam memainkan watak tokohnya. Dia akan
bergerak kemana di panggung. Akan memakai bisnis acting apa saja? Si aktor
harus pandai membawakan aktingnya, sehingga intonasi, gestur dan lainnya
terasa berbeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.
Keempat, penyatuan antar
berbagai unsur dalam panggung. Seperti kehadiran lighting, musik, kostum, make
up, dan lainnya. Meski monolog, teater tetaplah kerja ensamble. Teater telah
menyutakan banyak unsur seni ke dalamnya.
Jangan lupa, proses dasar
harus kita lakukan seperti olah tubuh, olah sukma, dan olah vocal. Kau tahu
fungsinya, kan? Olah tubuh membuat badan kita lentur sehingga tidak kaku dan
stamina kita tetap terjaga di panggung. Olah sukma membuat kita menyatu dan
mengerti tokoh yang kita mainkan. Olah vocal
membuat suara kita tetap terdengar sampai penonton yang duduk di belakang
walaupun berbisik.
Ada satu kejadian yang
sangat berkesan buatku ketika main monolog. Waktu itu tahun 2005. Aku mengikuti
sebuah lomba di STSI Bandung, judulnya Masmirah. Masmirah bercerita tentang
seorang perempuan yang memiliki kelebihan (six sense). Perjalanan spiritualnya
begitu pahit, hingga ditinggal oleh suaminya.
Sutradara mengaharuskanku menyanyi langgam Jawa. Bisa kau bayangkan, aku yang cacat nada ini mesti melakukan itu! Pelatih vocalku hampir menyerah. Katanya setiap tiga detik, nada lagunya berubah terus. Hiks….
Akhirnya pertunjukan
dimulai. Semua mata penonton tertuju padaku. Aku meliuk-liuk dengan kain
samping yang panjang. Semua terpana! Sampai aku menatap mata seorang penonton,
dan tiba-tiba saja aku demam panggung. Dialog yang seharusnya diucapkan tidak
kuingat sama sekali. Aku menari-nari tiada arah, melirik sutradara dan pemain
musik, meminta tolong. Tak ada satupun yang mengerti maksudnya.
Dengan rasa malu yang luar
biasa, akhirnya aku berkata “Ya itulah tadi, sepenggal adegan dari monolog
Masmirah.”
Aku pun ngeloyor ke belakang
panggung. Rasanya malu dan ingin menangis! OMG! Mana ada monolog atau
pertunjukan teater memakai adegan penggalan segala! Memangnya trailer film!
Setelah kejadian itu, aku
banyak belajar. Aku harus menguasai diri lebih baik. Menghilangkan demam
panggung secepat mungkin dan memperlajari improvisasi dalam teater.
Begitulah sepenggal kisahku
dengan monolog. Hehehehe….
Kutunggu monologmu ya, Va!
Bye Eva,
Evi yang sedang mengenang.
evi... monolog ini... hiks... teh ima malah lupa pernah garap monolog masmirah. nice memory.
ReplyDeleteT Imaaa.... Inilah sang sutradara yang emm... pasti frustrasi banged deh hihihi
Deletemaaf mbak.. dulu durasi lomba berapa menit ya?
ReplyDeleteSaat pemain dihadapkan pada tuntutan peran dalam kondisi batin yang gelisah dalam sebuah pertunjukan monolog, manakah eksplorasi blocking yang tepat?
ReplyDeleteTokoh diam dan melihat ke segala arah? / tokoh diam dan hanya memandangi satu arah? / tokoh bergerak dan melihat kesekeliling?/ tokoh bergerak dan memandang satu arah?/ tokoh bergerak tidak melihat apapun?