Koperasi Riwayatmu Kini, Masihkah Relevan dan Menjadi Andalan Ekonomi Kerakyatan?

 

Webinar Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?
Webinar Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?

“… pada koperasi tidak ada majikan dan tidak ada buruh,” ucap Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia.

 

Saya punya kenangan manis dengan koperasi. Pertama, waktu saya SMA tepatnya kelas dua dan tiga. Di sekolah saya—dan mungkin pada umumnya setiap sekolah—SMAN 1 Bandung, ada koperasi yang tempatnya mungil sekali. Sepetak lahan di sebelah sekretariat Gideon yang diisi berbagai macam kebutuhan siswa mulai dari alat tulis, makanan, dan fotokopian.

 

Saya senang berbelanja ke sana karena harganya murah dan kalau butuh fotokopi tidak usah ke luar sekolah. Saya menjadi anggota koperasi tapi saya lupa apakah setiap siswa diharuskan atau atas dasar kesadaran sendiri. Sebetulnya saya bergabung dengan koperasi sejak kelas satu. Setiap bulan saya rajin menyetor angsuran wajib. Sebagai anak bau kencur saya tidak paham sama sekali soal ekonomi kerakyatan, saya hanya mengerti koperasi produknya terjangkau.

 

Di tahun pertama, saya tidak mengambil sisa hasil usaha. Lalu pada tahun kedua saya melihat ada pengumuman tentang SHU. Saya beranikan diri untuk mengambil hak saya tersebut. Dan saya mendapat uang. Senangnya tiada tara. Sebab waktu itu saya termasuk siswa yang kere. Tahun ketiga sejumlah uang lagi didapat dari SHU. Uangnya saya pakai untuk menambah biaya les intensif menjelang SPMB.

 

Kenangan manis lainnya datang pada 2016. Waktu itu saya sedang mengunjungi perkebunan kopi Kiwari Farmer. Andri, teman saya ternyata ada janji dengan seorang bapak dari koperasi. Selama beberapa jam kami berbincang. Bapak tersebut mengedukasi saya tentang koperasi yang berasas kekeluargaan dan gotong royong.

 

Bapak simpatik itu—saya lupa namanya—memberikan nomor What’sApp bila saya hendak bergabung. Sayangnya, hape saya rusak sebelum bisa ikut koperasi.

 

Tahun-tahun berlalu hingga saya menikah. Saya dan suami merintis usaha mikro kecil menengah di bidang kriya. Tentu kami membutuhkan suntikan modal. Saya teringat koperasi. Bukankah koperasi ada simpan pinjam? Mengacu pada azas dan prinsip koperasi seharusnya praktiknya tidak jelimet dan meringankan UMKM. Namun saya bingung, di manakah koperasi terdekat?

 

Covid 19 menabuh genderang perang ke seantero jagad. PSBB diberlakukan di mana-mana. Pandemi ini memberi batasan gerak yang berdampak pada perekonomian. Manusia dipaksa untuk memanfaatkan segala yang dekat dengan dirinya. Setiap daerah ditantang memaksimalkan potensi lokal. Positifnya, di beberapa wilayah masyarakat jadi guyub. Pandemi ini semacam gong bagi saya untuk tergabung bersama koperasi.

 

Kabar baik meluncur dari sahabat yang sudah seperti keluarga di Kalisat. Mas Hakim, Mbak Hanna, dan kawan-kawan Ruang Ingatan membentuk koperasi. Saya dan suami diajak turut serta. Tentu kami menyambut hangat tawaran tersebut. Sepengetahuan saya keluarga Ruang Ingatan memang visioner dan sangat prorakyat.

 

Webinar “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?”

Untuk mengimbangi pengetahuan saya tentang koperasi dengan keluarga Kalisat, saya putuskan mengikuti webinar yang diinsiasi ICCI (Indonesian Consortium For Cooperatives Innovation) pada tanggal 13 Agustus 2020 lalu. Webinar bertajuk “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan?” tersebut menghadirkan beberapa narasumber yang mumpuni.

 

Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia

Para pemapar adalah Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi, Bapak Ahmad Zabadi dari Deputi Pengawasan Koperasi, Bapak Firdaus Putra sebagai Executive Committee ICCI, Bapak Ceppy Y Mulyana sebagai Ketua KSP Sahabat Mitra Sejati, dan Bapak Sugeng Priyono sebagai Direktur Operasional Komida. Berperan sebagai keynote speech adalah Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

 

Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi
Bapak Rully Nuryanto dari Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi

Menarik menyimak paparan Pak Rully Nuryanto sebab saya seperti diingatkan kembali pada pelajaran sekolah tentang koperasi. Kini saya lebih siap menerima materi tersebut ketimbang dulu.

 

Menurut sejarahnya, cikal bakal koperasi didirikan di Purwokerto oleh R. Aria Wiria Atmadja pada 1896 dengan nama Hulp en Spaar Bank. Tujuan utama terbentuk lembaga tersebut adalah membantu pegawai pribumi untuk mengurus hal-hal yang terkait birokrasi di pemerintahan kolonial. Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia membentuk koperasi bernama Perkumpulan Banda Muda (Perbamoe) di Banda Neira bersama Sutan Sjahrir dan Iwa Kusuma Sumantri saat diasingkan tahun 1930-an. Pada masa itu, koperasi menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lalu bagaimana Riwayat koperasi di masa kini?

 

Definisi Koperasi

Apa sebetulnya koperasi? Menurut UU 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asa kekeluargaan.

 

Sedang definisi menurut ICA (International Co-Operative Alliance), koperasi merupakan himpunan orang-orang yang bersatu secara sukarela dan otonom dalam rangka mencukupi kebutuhan dan aspirasi sosial, ekonomi, dan budaya secara bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikelola secara demokratis.

 

Jadi kata kuncinya adalah orang-orang, sukarela, dan demokratis. Seperti ucapan Bung Hatta yang saya kutip di awal artikel. Definisi ini juga menjabarkan nilai dan prinsip koperasi.

Nilai dan prinsip koperasi
Nilai dan prinsip koperasi
 

Peran Koperasi

Peran koperasi yang utama dibagi tiga yaitu sebagai lembaga ekonomi, sosial, dan pendidikan. Sebagai lembaga ekonomi, koperasi harus dikelola sebagai usaha secara profesional yang memberikan manfaat ekonomi bagi anggotanya.

 

Sebagai lembaga sosial, koperasi harus memposisikan anggota sebagai modal sosial untuk mencapai kesejahteraan bersama dan dikelola secara demokrasi. Sedang sebagai lembaga pendidikan, koperasi mesti membudayakan pendidikan, pelatihan, dan transfer informasi dalam kehidupan berkoperasi anggotanya.

 

Peran anggota koperasi
Peran anggota koperasi

Sejalan dengan penuturan Pak Rully, Pak Teten Masduki menegaskan bahwa kehidupan koperasi berkunci pada komitmen anggotanya. Koperasi harus dapat memberdayakan anggotanya terutama di sektor riil. Artinya anggota berproduksi kemudian digunakan atau dibeli juga oleh anggota lain. Bukan menjadi perpanjangan distribusi produk kapitalis.

 

Relevansi Koperasi

Pertanyaan besarnya, apakah koperasi masih relevan di masa sekarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Pak Rully menjabarkan kondisi hari ini. Dunia telah sampai pada revolusi industri 4.0 yang berpusat pada teknologi digital dan internet. Pada tahun 2030 hingga 2040 menurut data Bappenas, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Sebanyak 64% penduduk Indonesia memasuki usia produktif yang punya karakteristik sendiri.

 

Bonus demografi ini bisa jadi keuntungan atau kerugian. Bila penduduk usia produktif bersama-sama terlibat membangun ekonomi, Indonesia diramalkan mencapai kejayaan. Sebaliknya bila tidak produktif justru jadi beban. Di sisi lain, sumber daya alam Indonesia yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan jika berkelanjutan atau sustainability tergantung SDMnya.

 

Data koperasi di Indonesia
Data koperasi di Indonesia

Di masa pandemi atau di waktu bonus demografi, koperasi menjadi solusi kesejahteraan rakyat sebab dimiliki bersama-sama tidak seperti korporasi. Seharusnya koperasi masih relevan.

 

Bagi saya sendiri, berpegang pada prinsip dan azasnya, koperasi akan selalu relevandan menjadi andalan ekonomi kerakyatan kapan pun. Namun dengan berbagai adaptasi dan inovasi yang mengikuti karakter manusia pada zamannya. Sebab kembali lagi pada kunci koperasi yaitu anggotanya. Bagaimana koperasi akan hidup jika tidak bisa merangkul anggota?

 

 

Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

8 comments:

  1. Koperasi selalu lekat dengan aku, evi cerita SMA aku jadi inget pas SMA masuk OSIS kepilih jadi seksi Koperasi , tugasnya ngurusin koperasi kantin hahaa. Dan emang jaman now juga alhamdulillah gaung koperasi buat aku mah masih ada manfaatnya, sole ikutann dari jaman gadis sampe sekarang dan banyak banget manfaatnya.

    Merangkul anggota, mendengarkan masukannya agar koperasi dimanapun tetep berjaya ya Vi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebentar, sebentar, Teh Nchie, ari tugasnya seksi koperasi teh nanaonan? Jadi pramuniaga, juru stockist, atau gimana?

      Delete
  2. Koperasi memang dekat dg masyarakatv.Tapi perlu pembaharuhan management dan pelayanan

    ReplyDelete
  3. Eksistensi koperasi kudu ditingkatkan lagi beneran Teh, kalahkan pinjol2 liar itu supaya koperasi bisa berfungsi kembali sesuai fungsi dan manfaatnya. Koperasi deket banget ke rakyat kecil menengah soalnya

    ReplyDelete
  4. Ternyata cikal bakal koperasi udah ada dari lama banget yah mba. Semoga koperasi di Indonesia semakin bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, terlebih di situasi dan kondisi seperti sekarang ini.

    ReplyDelete
  5. Data koperasinya cukup tinggi angka rupiahnya. Artinya keberadaan koperasi masih relevan dengan gaya hidup masyarakat zaman sekarang.

    ReplyDelete
  6. Aku masih ikut koperasi juga nih, tapi ngikut suami. Bahkan belanja kebutuhan di Koperasi juga, harganya lebih terjangkau banget.

    ReplyDelete
  7. Lovely post, thanks for posting

    ReplyDelete