Seri Novel Dunia: The Way Of All Flesh Karya Samuel Butler

Seri Novel Dunia: The Way Of All Flesh Karya Samuel Butler
Seri Novel Dunia: The Way Of All Flesh Karya Samuel Butler

Pengaruh pendidikan keluarga pada diri seseorang memang sangat kuat dan mengakar, begitu juga dalam kehidupan para penulis. Tengok saja novel The Way of All Flesh yang menceritakan sebagian kisah hidup penulisnya, Samuel Butler, dalam kehidupan keluarganya. Samuel Bautler adalah seorang penulis dari era Victoria yang menerbitkan berbagai karya yang monumental. Dua karyanya yang paling terkenal adalah Erewhon, sebuah novel campuran dari satir, teori utopis, dan spekulasi yang serius bertopeng imajinasi  dan novel semi-otobiografi yang diterbitkan secara anumerta, The Way of All Flesh  yang ditulis antara tahun 1872 dan 1885. Seri novel dunia kali ini hanya akan membahas novel The Way of All Flesh dan penulisnya, Samuel Butler.


Biografi Singkat Samuel Butler

Seri Novel Dunia: The Way Of All Flesh Karya Samuel Butler
Samuel Butler

Samuel Butler adalah seorang novelis dan penyair asal Inggris yang lahir di Nottinghamshire pada tanggal 4 Desember 1835 dan meninggal dunia pada  tanggal 18 Juni 1902. Dia dibaptis pada 14 Februari 1613, di Strensham, Worcestershire.

Butler juga dikenal sebagai peneliti ortodoksi Kristen, studi substantif pemikiran evolusi, studi seni Italia, dan sejarah sastra dan kritik.  Butler juga membuat terjemahan prosa dari Iliad dan Odyssey yang sampai saat ini masih digunakan oleh para penikmat sastra, kritikus dan para sarjana kesusatraan sebagai bahan referensial. Puisinya berjudul “Hudibras" adalah puisi panjang legendaris yang paling banyak dikaji dan dipelajari di Inggris.

Samuel Butler adalah anak dari Pendeta Thomas Butler, putra Dr. Samuel Butler, seorang kepala sekolah Shrewsbury School dan Uskup Lichfield. Dr. Butler adalah anak dari seorang pedagang dan keturunan dari garis Yeomen, tapi bakat ilmiahnya sudah cukup diakui saat ia masih  berusia muda, lalu dikirim ke Rugby dan Cambridge, dimana ia membedakan dirinya dan mengembangkan karir yang cukup gemilang. Thomas berharap Butler untuk pergi ke Angkatan Laut, tetapi menyerah pada tekanan dari pihak ayah dan akhirnya ia memasuki Gereja, dimana ia melanjutkan karir sepenuhnya secara tidak memuaskan, lebih-lebih ia kontras dengan ayahnya. Ia telah mengemukakan bahwa dinamika keluarganya memiliki beberapa dampak pada diri Samuel Butler, menciptakan satu lingkungan rumah yang menindas (ini juga dicatat dalam The Way of All Flesh).

Pada tahun 1839 kakeknya Dr Butler telah meninggalkan
untuk Samuel properti yang dimilikinya di Whitehall di Shrewsbury dengan beberapa syarat dari kakeknya.

Setelah mengambil gelar di Cambridge, ia masuk ke dalam konflik terbuka dengan ayahnya mengenai pertanyaan profesi masa depannya, dan akhirnya ia pergi ke Selandia Baru untuk menjadi peternak domba. Tapi meskipun bebas dari ayahnya, ia tidak bebas dari pemberontakan, dan semangat pemberontakannya ditandai oleh banyak kehidupan di kemudian hari dan hal itu tercermin disebagian novelnya. Di Selandia Baru ia membaca Charles Darwin, Origin of Species dan menulis serangkaian artikel surat kabar yang mengatur ide-ide Darwin dan menerapkan hipotesis evolusi untuk mesin dengan sangat brilian. Lalu Butler kembali ke Inggris pada tahun 1864. Menetap di sebuah kamar di Clifford Inn (dekat Fleet Street), di mana ia tinggal selama sisa hidupnya. Pada tahun 1872, novel utopis Erewhon muncul secara anonim, menyebabkan beberapa spekulasi mengenai identitas siapa sang penulis. Ketika Butler mengungkapkan dirinya, novel Erewhon membuatnya menjadi penulis terkenal. Novel Erewhon mengungkapkan minat panjang Butler tentang teori evolusi biologis Darwin.

Dalam hal apa pun, hubungan Samuel Butler dengan orang tuanya, dan terutama dengan ayahnya, sebagian besar tidak harmonis. Di masa kecilnya tidak jarang ia mengalami pemukulan. Samuel, bagaimanapun, menemukan orang tuanya sangat "brutal dan bodoh" dan hubungan mereka berdua tidak pernah akur bahkan melampaui permusuhan. Butler kemudian mencatat tentang ayahnya bahwa ayahnya tidak pernah menyukai dirinya sebagai anak. Di bawah pengaruh orang tuanya, ia diputuskan untuk mengikuti ayahnya di Imamat. Lalu ia dikirim ke Shrewsbury pada usia dua belas tahun  dimana ia sangat tidak menikmati hidupnya di bawah kepala sekolah, Benjamin Hall Kennedy yang kemudian hari ia mengambarkannya sebagai "Dr Skinner" di The Way of All Flesh. Selama akhirnya hayatnya, Samuel Butler tidak pernah menikah, meskipun ia selama bertahun-tahun melakukan kunjungan rutin setiap minggu pada seorang pelacur perempuan bernama Lucie Dumas.

Meskipun nama Butler sudah cukup terkenal sebagai sastrawan di Inggris, karena puisi Hudibras-nya dan novel Erewhon, ada pekerjaan kreatif lainnya yang membuat Butler harus fokus dan detail, yaitu saat ia menulis novel agungnya The Way of All Flesh.

Samuel Butler meninggal di usia 66 tahun pada tanggal 18 Juni 1902 di sebuah panti jompo di St John Wood Road, London. Pesan terakhirnya, ia ingin dikremasi di Woking Krematoriumdan terkubur dalam makam tak bertanda.

Cerita Novel The Way of All Flesh
Novel The Way of All Flesh, sesungguhnya adalah novel semi-otobiografis yang ditulis pada antara tahun 1872 sampai 1885, mencoba menelusuri empat generasi dari keluarga Pontifex. Novel ini pada dasarnya, mengkritik keras zaman era Victoria. Novel ini mengambil setting latar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-18, untuk melacak munculnya tokoh karakter bernama Ernest dari generasi sebelumnya dari keluarga Pontifex. John Pontifex adalah seorang tukang kayu, anaknya bernama George lahir di dunia untuk menjadi seorang penerbit; George Theobald, ditekan oleh ayahnya untuk menjadi seorang menteri, dimanipulasi untuk menikahi Christina, putri seorang pendeta; dan Ernest Pontifex adalah anak tertua dari Theobald dan Cristina.

Samuel Butler menggambarkan hubungan antagonis antara Ernest dan orang tuanya yang munafik yang mencoba mendominasinya. Bibinya yang bernama Alethea menyadari hal ini, tapi meninggal sebelum ia bisa memenuhi tujuannya untuk menjadi penengah untuk Ernest, akibat  pengaruh buruk orang tuanya.

Namun tak lama sebelum kematiannya, ia diam-diam melewati sebuah keberuntungan kecil dalam menjaga Overton dengan perjanjian bahwa setelah Ernest berumur dua puluh depalan tahun, ia bisa menerimanya kelak.

Sebagai seorang pemuda Ernest berkembang, ia melakukan perjalananan teologis secara berangsur-angsur, mencerminkan visi dan kontroversi dalam Gereja Inggris di era Victoria. Mudah dipengaruhi oleh orang-orang lain di universitas, ia pun mulai keluar sebagai seorang Kristen Injil dan segera menjadi seorang pendeta tapi ia akhirnya ditipu oleh sesama pendeta. Ia memutuskan bahwa cara untuk menumbuhkembangkan Gereja Inggris adalah hidup di antara orang miskin, tetapi hasilnya, pertama, bahwa imannya dalam integritas Alkitab rusak parah oleh percakapan dengan satu orang miskin dan ia berharap untuk menebus dosanya itu. Kedua, dibawah tekanan kemiskinan dan keraguan secara teologis, ia mencoba melakukan hubungan seksual dengan wanita.

Hal ini menyebabkan Ernest di penjara. Orang tuanya tidak mengakui dia sebagai anak. Kesehatannya memburuk. Saat ia telah pulih dari gejolak di dalam dirinya, ia belajar bagaimana menyesuaikan dan memutuskan untuk menjalankan sebuah profesi setelah keluar dari penjara. Ia kehilangan iman Kristennya. Ia menikahi Ellen, mantan pembantu rumah tangga orang tuanya dan mereka memiliki dua anak kemudian mendirikan toko bersama-sama dalam industri pakaian bekas.

Namun, pada waktunya, Ernest menemukan bahwa Ellen kurang baik, dan seorang pecandu alkohol. Overton pada saat itu campur tangan dan membayar uang saku Ellen dan ia dengan senang hati meninggalkannya demi orang lain untuk pergi Amerika. Ia memberikan Ernest pekerjaan dan membawanya pada perjalanan ke benua Eropa. Pada waktu Ernest berusia dua puluh delapan tahun, ia menerima hadiah wasiat dari Bibi Alethea. Ia kembali ke rumah keluarganya sampai orang tuanya meninggal: pengaruh ayahnya atas dirinya berkurang, lalu Ernest menjadi seorang penulis sastra kontroversial.

The Way of All Flesh tidak pernah dipublikasikan saat Samuel Butler masih hidup karena banyaknya tekanan di masa itu. Ia belum berani untuk mempublishnya ke publik. Barulah setelah setahun kematiannya, pada tahun 1903, novel The Way Of All Flesh, dirilis untuk pertama kalinya. Sesaat setelah novel itu diluncurkan, terjadi reaksi secara umum. Karena novel ini menyerang kemunafikan moralitas pada era Victoria.

Pada tahun 1999, Modern Library memasukkan The Way of All Flesh sebagai peringkat ke-12, pada daftar 100 novel berbahasa Inggris terbaik abad 20. Dramawan terkemuka George Bernard Shaw menyebut Samuel Butler sebagai  seorang yang jenius dan memuji novel The Way of All Flesh sebagai salah satu novel terbesar yang pernah ditulis.

Sumber referensi dan gambar:
wikipedia.org
modernlibrary.com
biography.yourdictionary.com/samuel-butler
http://www.cliffsnotes.com/literature/the-way-of-all-flesh/book-summary
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

3 comments:

  1. Hmmm, belum pernah dengar novelnya. Dari sinopsisnya sepertinya menarik, thanks yah.

    ReplyDelete
  2. http://elfebri.blogspot.co.id/2016/05/rantaiqqcom-agen-bandarq-dan-judi_21.html

    ReplyDelete