Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan


Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan - Bagi generasi yang mengalami masa pergantian pemerintahan Orde Baru menuju Reformasi tentu akan terngiang-ngiang bagaimana suasana mencekam saat itu. Mahasiswa sebagai agen perubahan berhasil merangkul berbagai elemen untuk turun ke jalan, bergerak dan menuntut keadilan. Demonstrasi menghiasi jalan, tergambar di berbagai media yang semula dibungkam.

Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan
Poster Film Koboy Kampus

Sekitar tahun itu saya baru saja menginjak SMP, belum paham betul yang sebenarnya terjadi. Apa yang diperjuangkan oleh para demonstran, namun semangat perubahan dapat saya rasakan sampai ke dasar hati. Diam-diam saya berdoa agar negeri ini mendapat takdir terbaiknya. Saya mendapat kabar bahwa hampir semua mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia menyuarakan hal yang sama. Film Koboy Kampus memberi saya perspektif lain bahwa cara berjuang mahasiswa pada masa itu ternyata tidak seragam.

Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan
Saya nonton Film Koboy Kampus di XXI BTC

Film Koboy Kampus diangkat dari buku karya Pidi Baiq. Film ini hasil produksi kerja sama 69 Production dengan MNC Pictures merupakan kisah nyata Pidi Baiq dan kawan-kawan saat mendirikan suatu negara yang kini orang lebih mengenalnya sebagai grup musik. Pidi Baiq sendiri bertindak sebagai penulis skenario dan sutradara bersama Tubagus Deddy. Bagi Tubagus Deddy film ini merupakan debutnya sebagai sutradara. Menurut saya, duet Pidi-Deddy menghasilkan gaya penyutradaraan yang cukup apik. Saya akan menantikan Deddy menggarap film sendiri.

Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan
Nonton bareng para pemain Koboy Kampus di penayang perdananya tanggal 25 Juli 2019

Adegan dibuka dengan narasi Pidi bahwa ia dulu bukan warga negara NKRI melainkan "Negara Kesatuan Republik The Panasdalam". Semua dimulai pada tahun 1995 ketika ia kuliah di kampus ITB. Saat itu sedang gencar-gencarnya demonstrasi mahasiswa untuk menurunkan Orba yang dikomandoi oleh Ardi dan kawan-kawan. Pacar Ardi, Nova (Danilla Riyadi) merasa gelisah sebab Ardi lebih mencintai Ibu Pertiwi ketimbang dirinya. Ardi bahkan rela diskorsing kampus demi perjuangannya menggulingkan Soeharto. Dalam satu adegan Nova yang curhat pada Pidi (Jason Ranti) mencetuskan ide kalau tidak puas dengan negara lebih baik buat negara sendiri. Ide itu disambut baik Pidi dkk.

Pidi dan keempat kawannya yaitu Ninu (Ricky Harun, From London to Bali - 2017), Erwin (David John Schaap, Talak 3 - 2016), Dikdik (Miqdad Addausy, The Chocolate Chance - 2017), dan Deni (Bisma Karisma, Juara - 2016) membuat Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Selama ini saya adalah salah satu pendengar musik The Panasdalam dan baru tahu akronim nama grup musik itu juga filosofisnya yang kira-kira mirip Bhineka Tunggal Ika. Perbedaannya bahkan atheis mendapat tempat. Bahwa sebuah negara mesti memberi ruang pada keragaman, menembus sekat agama.

Pemberontakan kreatif ala Pidi dan kawan-kawan pada atmosfer politik Indonesia itu menarik untuk dikaji. Seperti bila kita tidak puas membaca buku maka buatlah buku yang ingin kita baca. Kira-kira begitulah pesan yang saya dapat. Negara Kesatuan Republik The Panasdalam sendiri secara teritorial hanya sebatas studio seni mereka. Di dalamnya ada Inggrid (Jennifer Lepas, Hanum dan Rangga – 2018) mahasiswi dari Inggris yang didapuk sebagai duta besar Inggris. Sedang Deni berperan sebagai presiden dan Pidi sebagai Imam Besar yang masih kita kenal sampai sekarang.

Bila ditelaah lebih lanjut, pembentukan negara The Panasdalam ini tidak bersifat keras namun cukup agresif dan provokatif. Di masa sebelum reformasi yang segala sesuatunya diatur dan bila ada yang tidak sesuai dengan pemerintahan akan mengalami nasib yang mengenaskan, anak-anak muda ini menemukan jalan aman sekaligus memperlihatkan sikap politik mereka. Bila kita berkaca pada kondisi sekarang, gerbang kebebasan telah kita kecap, pemberontakan semacam ini akan terasa kurang unik, biasa-biasa saja.

Tidak hanya itu, The Panasdalam menyuarakan gagasannya lewat musik yang menurut saya akan lebih mudah terpenetrasi ke masyarakat, minimal sesama mahasiswa. Tengok saja lagu Sisi Sunyi Nusantara:

Indonesia tumpah darahku
kekayaanmu milik negara
di sanalah aku berdiri
tanpa sandang, pangan, dan papan

Indonesia tanah airku
tanah, sawahku, di gusur orang
kepadamu harus berbakti
maaf sibuk harus cari nasi

Terlihat jelas cara pandang Pidi yang satir terhadap keadaan Indonesia. Barangkali bagi sebagian pihak lagu ini pun masih relevan hingga kini. Saya pikir film ini akan mengurai proses kreatif lahirnya lagu-lagu The Panasdalam, sayangnya sepenglihatan saya lebih sebagai reaksi terhadap suatu kejadian. Contohnya saat Rianto (Anfa Safitri)  patah hati pada Nia (Vienny JKT48), Pidi pun berdendang “Sudah Jangan ke Jatinangor”.

Masih banyak Ost Film Koboy Kampus yang mengajak penonton bernyanyi riang lagu-lagu The Panasdalam yang hits di tahun 2000an. Seingat saya saat kuliah lagu-lagu ini diperdengarkan di berbagai kampus. Seperti Gundah Gulana Pacar Aktivis, Sisi Sunyi Nusantara, Dunia tanpa Nia, Sudah Jangan ke Jatinagor, dll.

Film Koboy Kampus bergenre komedi, kaya akan humor nyeleneh khas Pidi Baiq. Sederhana, keseharian, dan menggambarkan suasana tahun 90an. Misalnya adegan Rianto saat mengapeli Nia di rumahnya. 5 koboy kampus sengaja menelepon Rianto ke telepon rumah Nia yang waktu itu sedang ada syukuran keluarga sehingga mau tidak mau Rianto harus melewati ruangan demi ruangan sembari ditatap penuh tanya oleh paman, bibi, sepupu, dan sederet anggota keluarga besar. Sumpah adegan itu kocak banget!

Akting para pemain cukup natural. Jason Ranti berhasil memerankan sosok Pidi yang santai dan celatak-celetuk. Diperkuat jajaran pemain lain yang meski debut bermain cukup pas, menghidupkan peran demi peran. Seperti Vienny JKT48, Anfa Safitri, dan Danilla Riyadi. Ada satu tokoh menarik yaitu Boris MD, mahasiswa ITB asal Batak yang diperankan oleh Kamal Ocon. Boris tidak sepakat dengan adanya negara The Panasdalam sehingga terus-menerus mengejar Pidi. Tokoh ini seperti Donal Bebek yang bersuara nyaring meski selalu berakhir sial.

Review Film Koboy Kampus: Pemberontakan Kreatif Ala Pidi dan Kawan-kawan
Saya bersama Kamal Ocon, pemeran Boris MD

Konsep film Koboy Kampus nampaknya merupakan fragmen-fragmen lika-liku kehidupan mahasiswa saat idealisme merajai pemikiran dan tindakan yang terbentur persoalan kuliah dan terancam DO. Dibenangmerahi kisah cinta antar angkatan, antar kampus, dan antar negara yang menjadi bumbu menarik untuk menggerakan cerita. Konfliknya sendiri kurang tajam, sih. Sebagai sebuah perlawanan kreatif motifnya juga kurang terejawantahkan. Selain Pidi, keempat kawannya tidak memikirkan secara mendalam mengenai negara tersebut selain solidaritas sahabat kalau tidak mau dibilang hanya ikut-ikutan saja.

5 pendiri negara The Panasdalam sendiri tidak mendapat porsi yang cukup dalam cerita. Hanya Ninuk yang punya kisah sendiri selain Pidi. Selebihnya peran mereka tak lebih dari anak ayam yang mengikuti induknya ke sana ke mari. Malah peran lain yang mencolok seperti Boris MD dan Rianto.

Secara keseluruhan film ini menghibur, tidak membuat kening berkerut, tidak mengumbar setting Bandung tahun 1990an secara berlebihan. Humornya cukup berbobot, bukan slapstick sehingga ada saatnya penonton tertawa sambil merenung. Dan yang terpenting adalah bahwa setiap kondisi yang kita hadapi selalu memiliki celah untuk mengubah keadaan dengan cara-cara kreatif, seberat apa pun itu.



Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

10 comments:

  1. edun euy the panas dalam udah nyampe taraf dibikin filmnya gini hahaha dulu waktu denger lagunya mikir ini siapa lagi yang bakal denger lagunya pidi baiq hahaha. mantap!

    ReplyDelete
  2. Pidi Baiq itu memang unik ya kalau menyampaikan sesuatu.
    Jadi inget jaman2 98 itu pas rame2nya demo, jalanan tengah kota penuh sama mahasiswa yang duduk2 dan susah dapet angkot 😁

    ReplyDelete
  3. Sukak sama surayah Pidi. Emang betul, tulisan2 beliau bodor pisan tapi bikin ngahuleng, ihiks...

    ReplyDelete
  4. Tulisan Surayah memang selalu oke, apalagi kalau dibuatkan film sudah tentu seru. Penasaean juga jadi ingin nonton film Koboy Kampus

    ReplyDelete
  5. Sukses di bidangnya.
    Keren banget Ayah Pidi kalau berkarya.
    Berbeda.
    Tapi tetap menunjukkan siapa Ayah Pidi yang sebenarnya.

    ReplyDelete
  6. Ulasan film Epi selalu mengena! Suka!
    Film ini seru juga, melewati ekspektasi dari liat trailer-nya.

    ReplyDelete
  7. Oh ternyata Pidi yang punya gawe Koboy Kampus
    Nonton ah ...

    ReplyDelete
  8. Kalo denger lagu2nya The Panas Dalam bikin enak begadang dan kerja dengan riang gembira. Menikmati jiwa-jiwa satir sambil makan nasi goreng di tengah malam. Hahahaaaa...

    ReplyDelete
  9. Emang ya Ayah Pidi Baiq mah juaranya bikin film beginian, hihihi

    ReplyDelete
  10. Seru ceritanya. Jadi pengen nonton film Koboy Kampus

    ReplyDelete