Clara Ng sedang memberi materi di kelas GWP |
“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.” ― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara.
Siapa di antara kamu yang ingin jadi penulis?
Belajar pada ahlinya adalah salah satu jalan menjadi penulis. Paling tidak
itulah yang saya pahami selama ini. Hal itu juga yang menggerakan saya untuk
ikut Gramedia Writing Project. GWP memberikan kelas gratis bagi finalisnya.
Namun jangan sedih karena harus menunggu tahun depan untuk ikut program ini.
Saya ingin sedikit berbagi resep rahasia menulis yang diberikan oleh Clara Ng. Materi di bawah
ini telah saya sarikan, sesuai dengan pemahaman saya. Jika ada kesalahan, itu
murni semata-mata kekurangan daya tangkap saya :D
So
You Want To Write!
Prepare
the Journey
Sebelum kita mulai menulis fiksi, Clara Ng
menyarankan kita untuk merenungkan tiga hal ini:
Kenapa
mau menulis fiksi?
Semacam motivasi menulismu agar tidak cepat
menyerah.
Alasan saya menulis fiksi adalah ingin
menginspirasi banyak orang seperti Margaret Mitchell dengan karyanya Gone with the
Wind mempengaruhi hidup saya. Saya percaya, sebuah karya fiksi bisa mengubah
peradaban. Bagaimana denganmu?
Menulis
novel BUKAN pertandingan adu cepat.
Saya sangat setuju dengan pernyataan ini.
Terkadang saya melihat si A atau si B bisa menyelesaikan novel dengan waktu
sebulan bahkan dua minggu, lalu saya jadi minder dan merasa tidak kompeten
menulis. Clara Ng mengingatkan kita bahwa membuat novel bukan lomba lari. Menulis
novel bukan masalah seberapa cepat, namun seberapa baik.
Berapa
banyak buku yang sudah kamu baca? Buku apa saja?
Pernahkah kamu dengar bahwa kemampuan menulis
seseorang berbanding lurus dengan kemampuan membaca?
Hmm … menurut keterangan di Goodreads, seumur
hidup, saya baru membaca 1358 buku. Minim banget ya? Bukunya beragam, mulai
dari komik, novel, buku motivasi, sampai buku sekolah dulu (yang ini tidak terhitung di Goodreads). Kalau kamu gimana?
What
to write?
Setelah merenungkan tiga hal tersebut,
saatnya memikirkan apa saja yang bisa kamu tulis. Kamu pasti sering mendengar
atau membaca istilah ‘genre’? Genre adalah istilah untuk kategori yang ada pada
fiksi atau bentuk seni lainnya, misalnya musik.
Pada zaman Aristotle ada empat genre klasik
yaitu: tragedi, epik, komedi, dan parodi.
Menutip Wikipedia, pengertian empat genre
tersebut adalah: tragedi adalah genre sastra yang menceritakan kisah yang
menyedihkan. Dalam tragedi, tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang
baik namun mengalami nasib yang buruk dan menyebabkan dirinya, atau kerabat dan
sahabatnya, mengalami masalah. Contohnya karya-karya William Shakespeare;
Genre epik adalah sebuah genre sastra yang
menekankan drama manusia dalam skala besar. Epik lebih ambisius dalam lingkup
dari genre sastra lainnya, dan sifat ambisius mereka membantu untuk membedakan
mereka dari genre yang sama seperti bagian periode atau cerita petualangan. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia: genre epic adalah cerita kepahlawanan; syair panjang yg
menceritakan riwayat perjuangan seorang pahlawan; wiracarita. Contohnya novel
Majapahit dan Mahabaratha;
Genre komedi adalah genre sastra di mana
penekanan utama adalah pada humor. Contohnya karya-karya Raditya Dika;
Genre parodi adalah karya sastra atau seni yang
dengan sengaja menirukan gaya, kata penulis, atau pencipta lain dengan maksud
mencari efek kejenakaan; contohnya Arus Bawah karya Emha Ainun Andjib
Genre buku anak-anak, contohnya: drama,
fabel, dongeng, fantasi, fiksi sejarah, horor, misteri, mitos, dan lain-lain.
Genre dan subgenre lainnya: petualangan
(epik, petualangan imajinasi, dunia yang hilang, dll), fiksi pendidikan (novel
kampus, misteri kampus, cerita anak sekolah), fiksi sejarah (historical
romance, holocaust), dll.
Begitu banyak genre dalam karya sastra, kamu
mau menulis yang mana?
LITERARY FICTION atau SASTRA adalah istilah
yang digunakan untuk fiksi yang menggapai kualitas kesusastraan tinggi.
Jenis-jenis karya sastra:
Novel
Puisi
Drama
Cerita pendek
Novella
Steps to write a novel
Ada tiga tahap dalam menulis novel. Ketiga
merupakan hal yang sistematis.
Merencanakan
Tahap ini adalah merancang ide, bisa membuat outline, membuat karater-karakter, dan
riset.
Menuliskan
Setelah semua bahan terkumpul, mulailah
menuliskan karya fiksimu. Tulis dari awal sampai akhir hingga menjadi draft
pertama.
Merevisi
Menurut saya, tahap ini yang paling sulit.
Jika pada tahap menuliskan kamu bisa menulis secara bebas, maka pada tahap
revisi, kamu harus bisa melihat celah-celah bolong dalam naskahmu. Clara Ng
menyarankan agar kamu punya first reader
yang bisa memberimu masukan. Jangan lupa sebelum merevisi ambil jarak terlebih
dahulu sebelum kamu membaca ulang. Misalkan diamkan karyamu selama satu minggu,
baru teliti kembali. Kamu akan punya pandangan berbeda terhadap karyamu.
STORYTELLING
AND WRITING ARE DIFFERENT
Menulis novel mudah.
Yang susah, menulis novel yang bagus. Kamu bisa saja menulis seenakmu dengan
begitu menulis novel terasa gampang. Pertanyaannya, apakah novelmu itu bagus? Novel
yang bagus tidak begitu saja jatuh dari langit. Menulis adalah aksi perjuangan
tersendiri, berbeda dengan penceritaan.
1358? wow.. saya cuma beberapa biji. :(
ReplyDeleteAyo, Mbak tambah lagi bacaannya ^^
Deletesetuju mba, menulis novel adalah mudah, yg tidak mudah adalah menulis novel yg bagus. mksh sharingnya, lanjut ah... :)
ReplyDeleteSama-sama Mbak Santi ^^
DeleteMakasih teh Evi :)
ReplyDeleteSama-sama Teh Tetty :)
Deleteaku kagum bingit nih evi dengan Clara Ng, penulis serba bisa, metropop, fantasi, buku anak, ah ngiriii hihihi...makasih sharingnya yaa :*
ReplyDeleteSama-sama, Mbak Dewi :)
DeleteSaya suka buku2nya mbak Clara Ng, untuk menulis fiksi kayanya butuh passion ya, kalo saya mah belum kepikiran sampai nulis fiksi mbak. Nulis diari aja acak adul, hehe. Thanks 4 sharing ya :)
ReplyDeleteBermula dari menulis diari buat nulis fiksi, Mbak Prima.
DeleteSama-sama ya :)
menulis tidak mudah tapi bisa selalu dilatih yaaa..passion selalu menjadi ingredient penting nih..sementara ini saya jadi penikmat tulisan duluu deh :)
ReplyDeleteSaya juga penikmat tulisan dan foto Mbak Indah :)
DeleteAku enggak lolos kemarin, tapi baca ini udah jadi pelipur dukaku.
ReplyDeleteBikin novel itu mudah, etapi napa naskahku belum ada yg goal diterbitin, hahahaaa
Thanks sharing-nya mbak :)
Tiap naskah akan menemukan rezekinya, Mbak. Tetap semangat ya ^^
Deletekalo soal goodreads mah aku angkat tangan mbak.. ga masuk kualifikasi heheh.. habisnya buku2 bacaanku ga terdaftar di sono hiks.. tfs ya mbak.. makin semangat nulis nih.. moga2 tahun depan satu karyaku bisa terbit ..aamiin
ReplyDeleteMbak bisa masukin buku yang Mbak baca secara manual :)
DeleteAamiin, semoga tahun depan buku Mbak terbit ya
Aku suka menulis fiksi karena bisa 'nyinyirin' kondisi sosial di sekitar dengan halus dan tidak terlalu kentara :D Suka sama resepnya ^^ makasih telah berbagi mbak Evi ;)
ReplyDeleteSama-sama Mbak Haya Nufus. Nggak sabar baca fiksi, Mbak :)
DeleteAkhirnya mampir juga ke rumah maya tEvi hihi.... Saya seneng banget sama buku anaknya Clara yg berjudul Dongeng Sekolah Tebing.... hmmm keren ^_^
ReplyDeleteMakasih udah mampir, Teh Ida :)
DeleteEvi malah belum pernah baca buku anak Clara Ng hehe