Sambungan dari artikel sebelumnya
Kiat Menulis Dari Orizuka Bagian 1
![]() |
Sumber dari peserta Nourabooks |
Karakterisasi
Mengembangkan karakter novel
remaja agar dekat di hati pembaca adalah dengan :
Membuat
karakter yang make-believe. Maksudnya yang membuat pembaca percaya
ada karakter seperti itu di dunia. Memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada karakter
yang sangat sempurna sampai-sampai pembaca sulit untuk bersimpati.
Beri
‘jiwa’ dengan cara memberi info tentang hal-hal yang dia suka, hobi, kebiasaan
unik dan lain-lain. Layaknya manusia sesungguhnya, karakter
memiliki hobi, misalnya hobi mengoleksi sesuatu, olah raga atau yang lainnya.
Kebiasaan unik bisa saja seperti karakter Lupus yang suka mengunyah permen
karet. Sampai sekarang karakter Lupus selalu lekat diingatan setiap kali
karakternya bertransformasi menjadi remaja masa kini, bahkan sejak tahun 1986
pertama kali novel tersebut di luncurkan.
Sebaiknya
tidak mendeskripsikan seluruh watak dan penampilan karakter di halaman pertama,
simpan beberapa detail untuk disisipkan di bab-bab selanjutnya.
Tidak perlu terburu-buru mendeskripsikan watak dan penampilan tokoh dalam
sebuah novel remaja. Karena ini adalah novel, kamu memiliki ruang yang cukup
luas untuk mengenalkan karakter. Ibarat kita mengetahui sifat seorang teman,
butuh proses dari hari ke hari, seperti itu juga mengenal suatu tokoh. Berilah proses
yang mengalir lembar demi lembar.
Show
Vs Tell
Show
Kelebihannya
adalah bahasa terdengar luwes, kaya akan deskripsi yang membuat pembaca akan
berimajinasi.
Kekurangannya
adalah kalau tidak cocok dengan situasi yang diinginkan atau penggunaannya
berlebihan, deskripsi bisa jadi cheesy
atau lebay. Alur bisa terasa lambat.
Tell
Kelebihannya
adalah bahasanya lugas, singkat dan to
the point.
Kekurangannya
adalah kurang bisa membangun mood
yang diinginkan, kurang bisa membangun imajinasi pembaca.
Contoh:
High
School Paradise
“Lama amat!” seru Lando
ketika Sid datang dengan napas terengah-engah. “Kita udah main dari tadi!”
Nah kalau versi tell-nya begini: Sid datang terlambat.
Kalau versi show yang lebaynya begini: Sid berlari
menyusuri rerumputan, kakinya sesekali terantuk batu-batu kecil. Jalan terasa
panjang tanpa ujung. Angin kencang yang datang dari arah berlawanan ikut
memperlambat langkahnya. Sid berpacu dengan waktu yang terus berjalan. Dia
yakin teman-temannya telah menunggu dengan kesal. Waktu terus berlalu membuat
Sid makin gelagapan.
So?
To show or to tell?
Berjalan beriringan, sesuai
dengan adegan atau mood yang
diinginkan. Show dan tell saling melengkapi.
Saya sepakat dengan Mba
Orizuka. Show dan tell memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Untuk novel remaja, penggunaan show terlalu banyak bisa
menyebabkan mereka menutup buku tanpa menyelesaikannya karena terlalu
bertele-tele. Penggunaan tell
berlebihan membuat pembaca tidak diajak ke dalam isi bukumu. Jadi gunakan show dan tell sesuai dengan kebutuhan sehingga novel kamu tetap menarik
untuk dibaca.
Dialog
dan Narasi
Dialog membantu untuk
menjelaskan watak dan hubungan antar karakter.
Narasi diperlukan untuk
membangun mood, misalnya romantis,
tegang, lucu dll.
Sering kali kita menemukan dialog
atau percakapan antar dua tokoh atau lebih yang tidak diselingi dengan narasi. Bentuknya
seperti ini:
“Kamu datang telat lagi!”
“Baru juga berapa menit, kan?”
“Tetap aja terlambat!”
“Cuma bentar juga!”
Tanpa adanya narasi rasanya
jadi garing. Tidak terbayang bagaimana ekspresi tokoh-tokoh dalam novelmu. Coba
kalau begini:
“Kamu datang telat lagi!”
hardik Arya pada Kia, hidung kembang kempis saking kesalnya.
“Baru juga berapa menit,
kan?” ucap Kia santai sambil melengos menuju bangku. Kia tidak memedulikan
tatapan sangar semua orang dalam ruangan OSIS tersebut.
“Tetap aja terlambat!”
sengit Arya kembali. Dilemparkan tatapan setajam pisau dapur ke arah Kia.
“Cuma bentar juga!” balas
Kia dengan nada suara meninggi.
Proporsi
Dialog dan Narasi
Dialog dan narasi harus
saling melengkapi, sesuai dengan adegan dan pesan yang ingin disampaikan
penulis. Jangan lupa untuk menyesuaikan dialog dengan karakter dan setting.
Contoh:
Infinitely
Yours
Jingga: ceria,
ceplas-ceplos, cepat akrab, kekanakan. Hobi main PSP. Kpopper sejati.
Menggunakan cologne bayi.
Rayan: kaku, serius, gila
bekerja, cinta Indonesia. Jenis cowok yang jaman sekolahnya selalu pake seragam
rapi dan memilih untuk pergi les daripada ke mal.
Infinitely
Yours
“Om,” kata Jingga lagi,
membuat Rayan memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum akhirnya menengok
dengan enggan. Jingga masih tampak ceria, sama sekali tak terganggu dengan
penjelasan Rayan tadi. “Golongan darah Om pasti A deh.”
Rayan mengernyit. “Apa yang
membuatmu berpikir begitu?”
“Om orangnya serius,
sensitif, terus kayaknya introvert gitu,” jawab Jingga membuat Rayan sedikit
menganga.
Setting
Latar
cerita
Kunci utama latar cerita
adalah riset. Riset bisa dilakukan tanpa beranjak dari tempat dudukmu dengan
membuka laman Google, membaca majalah buku travelling, dan blog. Bisa juga
dengan nonton film dan drama teater. Atau Interview dengan orang yang pernah
datang ke tempat yang kamu jadikan latar cerita. Kalau punya waktu dan biaya,
kamu bisa langsung datang tempat aslinya.
Deskripsikanlah latar dengan
luwes dan bertahap, sebaiknya tidak mendeskripsikan sebuah bangunan dalam satu
paragraf panjang. Deskripsi juga bisa diselipkan sebagai pendapat di dalam
dialog.
Contoh:
With
You
Lyla tampak memisahkan diri.
Ia menghadap laut yang jernih dengan tiga gradasi biru yang mengagumkan, luas
membentang di atas hamparan pasir putih bersih. Langit biru dengan beberapa
gumpal awan putih pun membuatnya jadi semakin indah. Juna menatap pemandangan
yang menyilaukan itu, lalu bangkit dan menghampirinya. Lyla seperti terhipnotis
pada apa yang dilihatnya hingga lupa makan siangnya.
“You were right about this
place,” Lyla bergumam. “It’s a piece of heaven.”
Bab
Pertama
Bab pertama adalah hidup
matinya sebuah novel. Maka pada kalimat pembuka, gunakan kalimat yang catchy dan mudah dicerna.
Prolog bisa digunakan untuk
membuka cerita. Fungsinya untuk memberikan gambaran awal dari cerita, sehingga
pembaca bisa merasa penasaran.
Contoh:
Our
Story
“YASMINE!!!”
Seorang anak perempuan
bernama Yasmine menengok cepat, napasnya memburu. Air mata sudah menggenang di
pelupuk matanya, menghalanginya untuk melihat dengan jelas. Di tangannya
tergenggam sebuah tongkat baseball.
Writer’s
Block
Apa itu writer’s block? Kondisi di mana penulis tidak bisa
menghasilkan karya baru. Sebenarnya kita mungkin hanya malas untuk menulis.
Saya pernah menonton riwayat
hidup penulis kesukaan saya yaitu Margaret
Mitchell –penulis Gone With The Wind-. Kisahnya sungguh tragis sebagai
penulis, bukan karena hidupnya diakhiri dengan sebuah kecelakaan mobil tapi
karena sepanjang hidupnya hanya BERANI menelurkan sebuah novel! Kenapa saya
menekankah hal tersebut? Yah memang karena Margaret mengalami writer’s block
dan tidak mencoba keluar dari situasi itu. Margaret tidak menulis novel kembali
karena ketakutan karyanya tidak se-booming Gone With The Wind. Maukah kamu
seperti itu? Saya sih, tidak mau!
Bagaimana
mengatasinya?
Setiap penulis punya cara
sendiri untuk keluar dari writer’s block. Saran Mba Orizuka adalah me-refresh
diri kamu dengan melakukan berbagai hobi. Kamu bisa menyelingi nulis dengan
bermain game, berkebun atau apa pun yang membuat kamu senang.
Lawan
kemalasan dan bangkitkan motivasi dengan cara membaca buku penulis lain. Ini benar-benar
mujarab loh! Coba kamu mulai berpikir, kapan ya karyamu dibaca orang lain? Karya
kamu juga akan menginspirasi banyak orang!
Jangan tinggalkan naskah
terlalu lama. Kalau ditinggal terlalu lama, kamu akan lupa dan kemudian punya
lebih banyak alasan untuk menunda kegiatan menulis.
Ini saran saya, sebelum kamu
mengalami writer’s block cobalah cari
first reader yang sesuai dengan novelmu. Kalau kamu menulis novel remaja,
carilah first reader anak SMA atau awal kuliah. Kamu bisa mengirim novelmu bab
per bab, mintalah pada mereka untuk menagih karyamu. Secara tidak langsung kamu
akan merasa ada orang yang menunggu karyamu. Semangat akan terpacu kembali!
Semoga artikelnya bermanfaat
dan memacumu menulis, karena artikel ini tidak akan berguna kalau kamu tidak
mulai merangkai kata.
Profil Orizuka
Bernama lengkap Okke Rizka
Septani, gadis kelahiran Palembang penyuka pantai ini sangat enjoy dalam
menulis cerita-cerita remaja. Orizuka telah menulis lebih dari 20 karya yang
diterbitkan oleh berbagai penerbit seperti Me & My Prince Charming, Summer
Brezee (diangkat ke layar lebar tahun 2008), Fight for Love, High School
paradise, Love United, 17 Years of Love Song, Our Story dan lainnya.
Contact Orizuka!
Facebook Fanpage: Orizuka
Twiiter: @authorizuka
numpang nge-RANT!!
ReplyDeleteterus cuma gini doang?!!
IX.VIII.IX
makasih kak evii :D
ReplyDeleteSama-sama Ovie :)
DeleteKeren banget sharenya, kebetulan aku sdg ngebet pengen belajar nulis fiksi/ buku. makasiih ya mba :)
ReplyDeleteSama-sama Mba Irma ^^
Deletemakasih sharenya yaa :D
ReplyDeleteSama-sama Hanifa :)
DeleteMusti baca berulang-ulang nih biar nyantol ^^
ReplyDeletetrims secangkir semangatnya!
ReplyDeleteTerima kasih, infonya bermanfaat sekali ^^
ReplyDeleteKenal lebih dekat sama sang penulis yuk. Sapa sih orizuka? Orizuka adalah pengarang novel remaja yang telah menghasilkan 22 karya. Satu di antaranya yaitu Summer Breeze telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2008. cooming soon, novel karyaya yang berjudul "THE CHRONICLES OF AUDY 4R" akan diangkat ke layar lebar juga. penasaran mengenai isi buku dan sang penulis? yuk ikutan di acara BEDAH BUKU POLINES with ORIZUKA | 22 Maret 2015 | @ gedung RSG Polines| 30K | more info 089638569282, 081994925117 | buy 5 tickets get 1 FREE
ReplyDelete