Untuk Yunis Kartika
Sista sayang, kita memiliki jiwa-jiwa yang
bebas. Selalu ingin terbang bertualang. Telah banyak yang kita lihat, dengar,
dan rasakan. Telah banyak yang kita ciptakan. Tulisan-tulisan dan karya rupa
merupakan jejakmu. Berbahagialah Cistelita, karena hidupmu meninggalkan artefak.
Sista sayang, seringkali kita bertanya,
apakah persaudaraan ini merupakan kutukan ataukah berkah? Hidup kita kadang
serupa cahaya dan bayangan. Tak terhitung kita bertukar peran menjadi cahaya
dan bayangan. Bukankah itulah letak keindahannya? Tidak seorang pun dari kita selalu
tetap ingin jadi cahaya, betapa kita menyadari menjadi bayangan merupakan berkah
tersendiri.
Sista sayang, kita mungkin tidak pernah
berhitung berapa kali pertengkaran terjadi. Berapa banyak air mata yang tumpah,
pedih, kekecewaan yang hadir. Semua itu terbayar dengan kehangatan,
kebersamaan, dan kasih sayang. Setiap kali ego menguasai, kita akan tetap kembali
bergandengan tangan. Betapa semua rasa tumpah ruah di meja makan, dengan
bergelas-gelas kopi hingga matahari menampakkan
rupanya. Tak ada rahasia, kadang tak ada kata, cukup pelukan, tawa riang kala
kita membicarakan hal-hal remeh yang terjadi dalam keseharian.
Sista sayang, hidup begitu indah, jangan
pernah sia-siakan itu. mungkin kau tak pernah membayangkan, ketika kaupergi
berapa banyak hati yang terluka. Jangan pernah berpikir untuk mati, karena ia
pasti datang. Hanya waktu tersisa untuk kita, mari nikmati, hayati.
Sista sayang, pernahkah kausadari berapa
pasang mata memandang iri atas persaudaraan kita? Betapa dekat dan kompaknya
kita. Kau dan si kembar. kadang kita lari pada orang lain, bukan berarti kita
tidak pernah pulang. Kita tahu, hanya lingkaran kecil inilah yang benar-benar
memaknai keberadaan kita. Tetaplah menjadi dirimu sendiri, tak ada yang mesti
dibuktikan pada dunia, mereka tidak pernah benar-benar peduli.
Sista sayang, mari terbang, mencari rumah
yang sejati. Bukan berarti rumah kita bukanlah rumah. Rumah tetaplah rumah
di mana ada ibu kita yang mulai ringkih dan tak bisa melakukan pekerjaan sambil
berjongkok, ada ayah yang masuk angin setiap malam. Dalam rumah itu, kita
tetaplah berperan sebagai seorang anak. Sista mari kita terbang, bukan untuk
keluar dari rumah namun untuk menemukan rumah, di mana kau bisa beristirahat
dengan tenang, berbagi mimpi dengan Athaya, menjadi sosok dewasa.
Terbang untuk kita bukan lagi sekedar
bertualang, bukan sekedar menggapai impian. Terbang untuk kita sekarang adalah
berbagi impian. Percayalah Sista, ada saatnya kita berkumpul kembali bersama,
menceritakan banyak hal sambil menikmati malam. Hati kita tetap sama, hati yang
mencintai satu sama lain. Hati yang tak pernah berjarak oleh waktu dan ribuan
mil. Karena hati kita adalah rumah yang sejati.
No comments:
Post a Comment