Review Buku Tetangga Kok Gitu, Manis Pahit Kehidupan Bertetangga |
Sejak
tinggal sendiri, terpisah dari orang tua tahun 2012, saya menyadari betapa pentingnya
hidup bertetangga. Mau tidak mau, tetangga adalah orang terdekat yang bisa saya
minta bantuannya. Misalnya, ketika harus mengangkut barang berat atau merasa
tidak aman. Saya rasa hampir semua orang punya pengalaman hidup bertetangga.
Baik itu manis ataupun pahit. Rasanya tepat ketika Annie Nugraha mengangkat isu hidup
bertetangga ini ke dalam sebuah buku berjudul Tetangga Kok Gitu.
Keterangan Buku Tetangga Kok Gitu
Judul:
Tetangga Kok Gitu
Penulis:
Annie Nugraha
Penerbit:
Stiletto Indie Book
Tebal:
131 halaman
Ilustrasi:
Rini Uzegan dan Annie Nugraha
Perancang
Sampul: Tim Stiletto Indie Book
ISBN:
978-623-6400-88-3
Uraian Singkat:
Hidup
bertetangga itu banyak cerita, dinamika, dan lika-likunya. Mulai dari hal remeh
temeh hingga sesuatu yang serius untuk dibahas. Semua seru untuk diceritakan
tanpa terkecuali. Topiknya juga beragam. Bisa soal anak, kehidupan percintaan
suami istri, sampai beberapa kejadian yang bikin heboh orang sekompleks. Yang
pasti, dari apa yang sudah kita alami, tentu banyak hikmah yang bisa didapat
dari bergaul dan hidup bersama dengan tetangga.
Beberapa
di antaranya keseruan itu terekam dengan baik dalam ingatan saya dan begitu
menggoda untuk dihadirkan ke hadapan publik. Jadi, sewaktu menuliskan kisanya
satu demi satu, saya diliputi oleh nostalgia berkepanjangan diiringi dengan
senyum semringah, dada berdebar, bahkan merinding takut akan sebuah kejadian
mistis yang di luar nalar.
Review Buku Tetangga Kok Gitu, Manis Pahit Kehidupan Bertetangga
Review Buku Tetangga Kok Gitu, Manis Pahit Kehidupan Bertetangga |
Tetangga
Kok Gitu karya Annie Nugraha mengangkat sekelumit relasi kehidupan bertetangga
dalam 12 cerita dari sudut pandang orang pertama. Kali ini saya akan meriview
buku manis tersebut.
Desain
kaver buku Tetangga Kok Gitu didominasi oleh warna kuning dan hijau. Menggambarkan
sebuah pemukiman lebih mirip kompleks. Paduan gambar dan warna membawa saya
pada suasana nostalgia.
Gaya
bahasa yang digunakan Annie Nugraha ini campur aduk antara baku dan tidak baku.
Sebagai contoh, “gak” – “tak” – “tidak” tersebar hampir di seluruh tulisan. Bisa
saja penulis memilih “gak” dalam sebuah cerita lalu “tidak” dalam cerita lain
sebagai sebuah konsistensi. Atau “gak” sebagai kalimat langsung dan “tidak”
sebagai kalimat tidak langsung. Namun penulis memilih untuk mencampurkannya
saja. Saya curiga pemilihan ini disebabkan agar tulisan terasa cair.
Meski
campur aduk begitu, saya masih bisa menikmatinya sebagai seorang yang bercerita
langsung pada saya. Ya, seperti seorang teman yang curhat di depan saya.
Cerita-cerita
yang diangkat oleh Annie Nugraha saya pikir akan related pada hampir
semua orang. Misalnya Anak Berantem Orang Tua Geger yang menceritakan peristiwa
ada dua anak-anak yang berantem lalu orang tuanya ikut-ikutan. Sementara
anak-anak segera berbaikan dan seolah tidak terjadi apa-apa, permusuhan orang
tua kian memuncak.
Annie
Nugraha dengan lihai memaparkan persoalan-persoalan kecil hingga besar.
Permasalahan sepele yang menjadi besar dan permasalahan besar dianggap kecil. Cerita
tidak hanya berpusar pada relasi bertetangga melainkan relasi yang lebih dalam
seperti persahabatan, percintaan, perselingkuhan, bahkan yang bersifat mistis.
Manis pahitnya kehidupan bertetangga tergambar pada cerita Saat Ibu Tiada yang menceritakan anak-anak yang ditinggal mati ibunya. Bagaimana para tetangga bahu-membahu mengurus anak-anak tersebut akan tetapi terjegal oleh perilaku bapaknya sendiri. Sebetulnya setiap cerita punya relasi manis dan pahitnya sendiri-sendiri.
Gambar ilustrasi yang manis dalam buku Tetangga Kok Gitu |
Tetangga
Kok Gitu berhasil mengaduk-ngaduk emosi saya. Senang, sedih, marah, dan miris. Diperkuat
dengan gambar ilustrasi yang manis dan berwarna. Saya suka sekali
gambar-gambarnya. Terasa hangat dan akrab. Tidak sampai di situ, Annie Nugraha
juga menyelipkan kalimat-kalimat positif hampir di setiap akhir ceritanya.
Manusia dikaruniai akal dan kemampuan berpikir yang baik untuk bertahan hidup. Tapi, kadang kala, dua hal tersebut berubah menjadi wujud lain saat mereka berada dalam kesempitan. -hal 56-
Kalimat-kalimat positif dalam buku Tetangga Kok Gitu |
Sebab
kedua belas cerita ini tidak bersambung, kita sebagai pembaca dapat
menikmatinya satu per satu di sela-sela waktu santai. Saya sendiri dapat menyelesaikan
buku ini dalam waktu dua jam. Cukup ringan tapi bukan berarti tanpa perenungan.
Dari
12 cerita yang disuguhkan ada empat cerita favorit saya yaitu:
- Anto dan Dodo
- Balada Parkiran Mobil
- Rumah Kontrakan: Cerita tentang Dea
- Saat Ibu Tiada
Saya
pikir, Annie Nugraha punya potensi untuk membuat buku sekuel Tetangga Kok Gitu
sebab masih banyak cerita di sekitar kehidupan bertetangga yang dapat disuguhkan.
Sebagai buku pertama, saya rasa Annie Nugraha punya kemampuan bercerita yang
menarik dan bikin betah.
Saya
merekomendasikan buku Tetangga Kok Gitu untuk kamu yang ingin mendalami
kehidupan bertetangga. Manis pahit kehidupan bertetangga toh akan selalu kita
alami selama masih hidup.
Alhamdulillah. Terimakasih untuk reviewnya yang padat berisi Mbak Evi. Semoga buku ini membawa manfaat terutama agar kita mampu menelaah hubungan bertetangga, di lingkungan manapun kita berada.
ReplyDeletejadi inget series Tetangga Masa Gitu. Memang kehidupan berumah tangga ternyata banyak rasanya ya :D
ReplyDelete