Bagaikan Alice di Wonderland atau Charlie di pabrik
coklat kepunyaan Willy Wongka, sebungah itulah saya ketika sampai di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember. Kalau kata Kang Arief Pokto,
puslit ini Disneyland-nya saya he he he. Impian saya sejak 2016 terwujud sudah. Impian
yang saya pupuk sejak meriset novel kopi secara mendalam. Saya tidak tahu cara
Tuhan menjawab keinginan saya sebegitu ajaibnya dengan terpilih sebagai peserta
Sueger Camp 2018 yang diselenggarakan oleh Blogger Jember.
![]() |
Wisata Edukasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember |
Setelah sebelumnya menyambangi Pantai Papuma,
rombongan Sueger Camp 2018 beranjak ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia. Saat-saat yang paling saya nantikan. Bahkan kalaupun dalam rangkaian
kegiatan Sueger Camp 2018 tak ada kunjungan ke Puslit Kopi dan Kakao Indonesia,
rencananya saya akan extend sehari untuk datang sendiri ke sana. Kantor Puslit
Kopi dan Kakao Indonesia terletak di Jl. PB Sudirman 90, Jember 68118, Jawa
Timur. Sedangkan untuk berbagai kegiatan penelitian dan lain-lain berlokasi di Desa
Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember sekitar 20 km arah barat daya dari Kota
Jember.
![]() |
Wisata Edukasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember |
Dari gerbang masuk, pandang mata kita sudah
dimanjakan oleh kehijauan pohon-pohon kopi dan kakao dan mungkin pohon-pohon
lainnya. Serasa ada di perkebunan, ya memang perkebunan sih. Lumayan jauh juga
menuju parkiran bus atau mobil dari gerbang itu. Parkiran kendaraan beroda dua
dan empat atau lebih memang terpisah, jadi saya tidak lihat parkiran motor.
![]() |
Papan penunjuk arah di Puslit Kopi dan Kakao Indonesia |
Harga tiket masuk ke Puslit Kopi dan Kakao
Indonesia ini terbilang murah. Hanya Rp3.000,- per orang dan kita sudah bisa
menikmati berbagai fasilitas yang ada.
![]() |
Evi di depan air mancur CCSTP |
Area Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia ini juga ditumbuhi berbagai gedung-gedung besar bahkan ada juga semacam
guest house-nya. Saya kurang paham
apakah itu terbuka untuk umum atau hanya untuk pegawai. Yang paling menarik
adalah air mancur bertuliskan Coffee and
Cocoa Science Techno Park. Semacam monumen khasnya.
Museum
Kopi dan Kakao
Seluruh peserta Sueger Camp 2018 berkumpul di
halaman museum kopi dan kakao. Saya sempat menengok sebentar ke dalam. Selain
ada kopi dan kakao yang diawetkan dalam toples-toples kecil, saya melihat papan
yang besar sekali berisi milestone
atau tonggak sejarahnya Puslit Kopi dan Kakao Indonesia. Ternyata puslit ini
telah berdiri sejak 1 Januari 1911 oleh Besoekisch
Proefstation. Jauh sebelum Indonesia merdeka. Ya, wajar saja sih. Kan, kopi
sendiri sudah masuk ke Nusantara sejak tahun 1696 sedang kakao lebih tua lagi sejak
1560. Lebih lengkapnya mengenai sejarah puslit bisa dilihat di tabel milestone-nya.
![]() |
Milestone Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia |
Di dalam museum ini juga terdapat banyak
buku-buku terbitan Puslit Kopi dan Kakao Indonesia. Bukunya tebal-tebal. Saya
ingin sekali membeli semua buku, sayangnya saya tidak punya dananya. Hiks.
![]() |
Pak Didik dari Puslit Kopi dan Kakao Indonesia |
Pak Didik sebagai perwakilan Puslit Kopi dan
Kakao Indonesia bercerita pada kami bagaimana proses puslit menjadi Coffee and Cocoa Science Techno Park. Berawal
dari ide Pak Jowoki melalui program Nawacita lebih spesifiknya poin no 6 untuk
mengembangkan ilmu bahwa belajar tidak harus bangku sekolahan. Pada 20 mei 2016
CCSTP diresmikan oleh Menristek. Sejak 2009, bibit-bibit kopi dan kakao disebar
dari sini ke seluruh Indonesia. Semua masyarakat Indonesia dipersilakan untuk
belajar komoditas kopi dan kakao di sini mulai dari hulu hingga hilir. Wisata
edukasi ini cocok untuk berbagai kalangan. Buat liburan keluarga atau sekadar
jalan-jalan sama teman-teman juga pilihan yang menyenangkan.
Berkeliling
Perkebunan Kopi dan Kakao Indonesia Menggunakan Kereta Flinstones
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini
luasnya sekitar 160 hektar yang terdiri dari perkantoran, perumahan, dan
sisanya untuk tanaman perkebunan kopi dan kakao. Kebayang kan, segimana besarnya
lahan puslit? Tidak mungkin untuk mengelilinya dengan jalan kaki. Bisa-bisa
harus bermalam di sana. Jadi pihak puslit menyediakan kendaraan khusus yang
disebut kereta Flinstones. Kereta ini terbuat dari kayu dan terbuka yang
terbelah menjadi dua bagian. Seperti kereta gandeng gitulah. Mungkin karena
itulah dinamai Flinstones he he he. Oh ya, untuk naik kereta ini kita harus
bayar Rp10.000,-.
![]() |
Kereta Flinstones di Puslit Kopi dan Kakao Indonesia |
Seorang bapak memakai kaos putih dan bertopi
menjadi tour guide kami mengelilingi
lahan puslit. Menurut keterangan bapak tersebut, kakao yang sekarang tumbuh di
puslit merupakan tanaman peremajaan. Ditanam dengan metode sambung samping.
Pohon penaung kakaonya adalah pohon lamtoro. Saya pikir cuma tanaman kopi yang
butuh pohon penaung, ternyata kakao juga. Setahu saya pohon lamtoro memang
sering didampingkan dengan kopi. Di puslit lamtoro berfungsi ganda menjadi
pohon penaung kopi dan kakao. Efektif, ya. Jenis lamtoro yang digunakan adalah
jenis yang berbunga tapi tidak berbiji. Di sepanjang jalan berjajar pohon
mahoni yang berfungsi sebagai pematah angin. Amanlah kopi dan kakao.
![]() |
Pohon kopi di kebun Puslit Kopi dan Kakao Indonesia |
Di lahan puslit terdapat kakao jenis super. Keunggulannya
dari perakarannya, tahan terhadap kekeringan, dan pertumbuhannya lebih cepat.
Akarnya ganda sehingga jumlahnya banyak dan memicu pertumbuhan. Usianya
kira-kira 2 tahun. Kata bapaknya lagi belajar berbuah.
![]() |
Buah kopi matang |
Ketinggian lahan puslit berkisar 45 mdpl
sehingga cocok untuk membudidayakan varietas kopi robusta. Yang menarik adalah
kehadiran robusta super. Perlakuannya sama seperti kakao super yaitu
perakarannya digandakan. Usia tanamannya sekitar 3 tahun dan sudah berbuah.
Ketinggiannya dibatasi sampai 2 meter saja untuk memudahkan pemetikan dan
mengenali bila ada serangan hama. Panen kopi hanya dilakukan satu kali setahun
berbeda dengan kakao bisa panen kapan saja karena termasuk tanaman tidak
mengenal musim.
![]() |
Biji kopi yang telah dikupas lapisan buahnya |
Ternyata di area puslit juga ada kawasan
konservasi yang di dalamnya ada rusa tutul dan rusa timur. Kalau ingin main,
ada juga playground-nya seperti flying fox. Yang uniknya ada tempat
karaoke di tengah-tengah kebun. Agak tidak nyambung, sih. Barangkali buat area gathering biar menghibur para pelancong.
Sayangnya karena kelelahan, kami tidak menyambangi kawasan konservasi.
![]() |
Sehabis memetik buah kopi |
Selain berkeliling dengan kereta Flinstones,
kami juga diberi kesempatan untuk terjun langsung ke kebun. Pertama-tama, saya
masuk ke kebun kopi. Musim panen buah kopi sudah berlalu tapi masih ada
sisa-sisa ceri merah. Tangan saya gatal buat memetikinya. Kalau waktunya
panjang, kayaknya saya mau deh petik semuanya he he.
Sebetulnya yang paling berkesan adalah
menjejak di kebun kakao. Seumur hidup inilah pengalaman pertama saya. Buah
kakao ukurannya besar dan lancip ujungnya. Berkebalikan dengan kopi yang buah
muda ke matang berwarna hijau-kuning-merah, buah kakao muda berwarnanya merah
kecokelatan, matangnya menjadi oranye. Buah kakao muda berwarna hijau semakin matang buahnya berubah kekuningan. Daging yang membalut
bijinya cukup tebal. Bila dibelah nampaklah biji-biji yang berbalut daging
berwarna putih. Saya makan daging putih tersebut. Ternyata rasanya manis asam
kesat, mirip manggis, sirsak, atau srikaya. Biji di dalamnyalah yang diolah
menjadi cokelat. .
![]() |
Buah kakao |
.
Bagi saya buah kakao ini agak asing. Jarang
menemukan. Barangkali di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao ini kali kedua saya
bersentuhan langsung dengan buah kakao. Betapa ajaibnya buah ini ketika telah
diproses menjadi bubuk, cokelat batangan, bahan es krim, dan sebagainya.
Cokelat juga mood booster yang baik.
.
![]() |
Saya memetik buah kakao |
.
Dari komik Barista karya Muronaga Kumi dan
Hanagata Rei, saya mendapat pengetahuan bahwa kopi dan kakao sangat cocok
disatukan karena memiliki berbagai persamaan. Seperti aroma yang kuat dan khas,
tingkat keasaman, dan rasa pahit. Sama-sama dihasilkan dari pemanggangan
bijinya. Kopi dan kakao tumbuh dan berkembang di sekitar jalur merah, termasuk Indonesia.
Lama-lama saya jadi penasaran ingin menggulik kakao, nih.
Bertualang
di Pabrik Pengolahan Kopi dan Kakao
Oke, sekarang saya resmi jadi Charlie di
pabrik coklat Willy Wongka. Untuk pengolahan kopi dari buah menjadi berasan
kemudian disangrai dan dikemas, saya sudah melihatnya beberapa kali jadi tidak
kaget. Kalau pengolahan kakao jadi cokelat sih, beda lagi. Saya excited lihatnya.
![]() |
Mesin pengupas kakao |
![]() |
Kotak fermentasi kakao |
Pada dasarnya pengolahan kopi dan kakao
mirip. Pertama-tama buah kopi atau kakao disortasi kemudian dipisahkan buah dan
bijinya dengan cara dikupas. Hasilnya difermentasi kemudian dikupas. Sehabis
itu dikeringkan sampai mencapai kadar air tertentu. Biji kering dikupas lagi
untuk kulit tanduk atau ari kemudian disortasi lagi. Barulah biji-biji pilihan
tersebut disangrai. Kalau pada kopi, banyak juga yang menjual dalam bentuk biji
hijau. Dalam kakao saya kurang paham, ya. Mungkin ada juga. Proses panjang
tersebut menggunakan beragam mesin-mesin dan bak-bak besar. Di puslit ini,
pengunjung bisa melihat dan menyentuh mesin-mesin tersebut.
![]() |
Mesin pengolah biji kopi |
![]() |
Mesin penyortir biji kopi |
Omong-omong, pabrik pengolahan kopi dan
kakaonya puslit dibikin seperti rumah kaca. Kaca-kaca mengelilingi bangunan
tersebut sehingga pengunjung bisa melongok ke dalam. Di dalam ruangan tersebut
ada pegawai-pegawai yang bekerja mengolah kopi dan kakao sampai jadi produk
akhir. Mesin-mesin pengolah kakao sepenglihatan saya lebih banyak dari kopi.
Ada mesin pembuat pasta, berbagai mesin pencetak cokelat, dll. Ampas kopi dan
kakao pun diolah lagi menjadi produk. Hampir tak ada yang terbuang. Para
pegawai menggunakan seragam putih seperti di lab dan penutup wajah. Area steril
tersebut tidak boleh dijamah karena itu kita hanya bisa memperhatikan dari
luar.
![]() |
Berasan kopi |
Mesin-mesin pengolahan kopi dan kakao ini
dijual kepada pengunjung. Misalnya mesin sangria kopi setengah kilogram
harganya 9 juta dan satu kilogram harganya 22,5 juta. Lumayan sih, harganya.
![]() |
Mesin sangrai kopi setengah kilogram |
Outlet
Kopi dan Kakao
Kopi dan kakao yang telah diolah menjadi
produk dijual di outlet kopi dan kakao. Beragam produk dapat kita beli seperti
biji kopi, bubuk kopi, beragam coklat berbagai bentuk, dan sabun. Harganya juga
termasuk murah, mulai dari belasan ribu sampai puluhan ribu tergantung merek
dan gramasinya.
![]() |
Beli oleh-oleh kopi robusta |
Outlet kopi dan kakao ini juga semacam kafe
yang menyediakan minuman dan makanan ringan berbahan dasar kopi maupun cokelat.
Yang menyajikannya juga barista. Karena keterbatasan waktu (dan dana), saya cuma
beli kopi-kopi robusta buat oleh-oleh.
![]() |
Peta penyebaran negara penghasil kopi dan kakao |
Sebagai negara penghasil kopi keempat dan penghasil kakao ketiga terbesar di dunia, kehadiran wisata edukasi kopi dan kakao ini sangatlah tepat. Jangan sampai kita sebagai warga negara tidak mengetahui kekayaan bangsa sendiri.
Wisata edukasi Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia di Jember ini paket lengkap untuk membuka cakrawala wawasan,
hiburan, dan inspirasi bisnis. Kalau kamu berniat ke puslit yang letaknya di
Jember ini, bisa memanfaatkan cuti bersama tahun 2019. Ada baiknya cek dulu jadwal
cuti bersama tahun 2019 biar kamu bisa pesan transportasi dan hotel jauh-jauh
hari. Ajaklah keluarga, sahabat, dan orang terkasih ke sini. Apalagi kalau
orang terdekatmu sangat menyukai kopi dan cokelat. Tempatnya sungguh nyaman dan
ramah anak. Dijamin tidak bakal menyesal.
sebagai penyuka kopi, sepertinya saya harus mewajibkan diri untuk mengunjungi tempat ini suatu saat.
ReplyDeletesalam kenal mbak Evi. sepertinya kita sudah berteman di FB :D
Ke jember sekakian liburan bisa juga kunjungi wisata edukasi kopi sama kakao ini ya teh pasti seger deh cium aroma nya bisa sekalian belanja juga
ReplyDeleteOWalah aku penisirin banget sama buah kakao euy.. takjub, dari buah yg asem itu pas udah diolah jadi makanan kesukaan bermilyar ummat hihihi...
ReplyDeleteDuh, jadi pengen banget berkunjung ke sana, Teh. Sebagai penyuka kopi gitu lho. Baru tahu buah kakao ada daging putih gitu yah... Apa ga diolah/dimanfaatkan?
ReplyDeleteMembayangkan wangi kopi dan coklat bercampur-baur ketika mengunjungi tempat ini. Atau malah tidak tercium sama sekali
ReplyDeleteDi Bandung kan banyak ya kafe buat ngopi tapi kalau pusat penelitian kayaknya belum ada kan ya. Aku bukan coffee freak tapi suka sama aromanya. Kebayang tuh sensasinya pas Evi datang ke pusat pengolanhannya. Bisa betah aku di sana
ReplyDeleteNumpang ya min ^^
ReplyDeleteAyo buruan bergabung di www,kenaripoker
Bonus 50% hanya deposit Rp 10.000 sudah bisa mainkan banyak game disini, TO rendah tidak menyekik player, server baru dengan keamanan dan kenyamanan yang lebih!
hanya di kenaripoker
WHATSAPP : +855966139323
LIVE CHAT : KENARIPOKER COM
ALTERNATIVE LINK : KENARIPOKER COM