Naga kecil meliuk-liuk di udara, warnanya
merah dengan motif rumit yang cantik. Wah ternyata naganya banyak, ada juga
yang berwarna kuning, hijau, dan hitam. Naga-naga kecil itu sebagian
melompat-lompat riang. Hei, saya tidak sedang di dunia fantasi, kan? Bukan,
bukan, saya sedang menonton kirab budaya “Cap Go Meh”.
Sudah lama saya ingin menyaksikan kirab
budaya Cap Go Meh itu. Setahun silam, saya melewati daerah pasir kaliki dan
terjebak macet. Saat itu, saya enggak tahu sedang ada pawai. Saya menyesal
kenapa enggak nonton, padahal kirab ini hanya setahun sekali. Makanya tahun
ini, saya bela-belain nonton.
Tahun ini, kirab budaya Cap Go Meh
dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 14 Maret silam. Sejak sore polisi lalu
lintas sudah mengamankan jalan yang dilalui kirab yaitu sekitar jalan Cibadak,
Oto Iskandardinata, Gardujati, Astananyar, dan Sudirman. Pastinya Bandung
bakalan macet, nggak ada acara juga Bandung macet melulu. Jalan juga diramaikan
oleh para pedagang atribut kirab, terutama hiasan liong. Ya ampun, Liong naga
kecil itu gemesin banget.
Berhubung ada acara keluarga, saya enggak
nonton parade Cap Go Meh ini dari awal. Saya baru bisa ikut bergabung dengan
ribuan penonton lain sekitar jam delapan malam. Syukurlah kirab budaya ini
masih berlangsung, soalnya kirab ini udah mulai dari jam tiga sore. Titik awal
kirab ini di Vihara Dharma Ramsi dan nantinya akan berakhir di sana juga.
Kirab ini adalah penanda akhir perayaan tahun
baru Imlek yang biasa dilakukan pada hari kelima belas atau lebih dikenal
sebagai Cap Go Meh, sekaligus juga merayakan keberagaman budaya. Pesertanya
sendiri berasal dari seluruh Indonesia, lho!
Ternyata kirab budaya yang sudah dilaksanakan
empat kali ini seru dan keren banget. Saya melihat berbagai macam barongsai dan
tari naga. Setiap kontingan juga membawa joli yang menandu para dewa. Beberapa
orang ada yang membawa atribut bendera dan lampion. Ada juga memainkan musik seperti
perkusi. Yang bikin saya merasa luar biasa, kirab ini juga memasukan unsur
sunda.
Saking meriahnya, setiap kontingan berlalu
dengan cepat karena enggak mau bikin kontingan di belakangnya nunggu lama. Saya
jadi kesulitan buat mengambil foto. Untunglah, kebetulan di sebelah saya ada
dua orang ibu yang membagikan amplop angpao pada setiap barongsai atau setiap
kali tandu dewa lewat. Momen itu saya pakai untuk memotret hehehe …. Amplop angpao
ini dipercaya dapat melancarkan rejeki bagi yang membagikannya.
Setelah puas foto-foto barongsai, saya baru
mikir, saya kan juga pengin narsis sama barongsai. Kapan lagi coba bisa kayak
gitu? Susahnya minta ampun bisa foto sama mereka. Untungnya lagi nih, ada
seorang ibu-ibu yang getol banget menyetop barongsai terus minta foto. Ya udah,
tiap kali ibu itu foto, saya nyelip di sebelahnya. Sumpah deh sampai akhir
parade, saya enggak kenal ibu-ibu itu. Berkat ibu itu, saya juga jadi ikutan
caranya buat bisa menyetop barongsai, akhirnya saya bisa narsis tanpa ibu-ibu
itu di sebelah saya. Hohoho!
Foto bareng barongsai dan Ibu-ibu yang sampai sekarang enggak tahu siapa namanya |
Yeay, foto lagi sama barongsai |
Tiba-tiba anak-anak kecil pada lari-lari dan
jerit-jerit. Kenapa ya? Apa ada yang kecelakaan atau … oh, ternyata ada satu
boneka besar berwarna hitam. Apa ya itu? Bapak-bapak sebelah saya berbisik
kalau itu diambil dari budaya sunda. Waduh kayaknya saya kurang gaul sama
budaya sendiri nih, sampai sekarang saya enggak ngerti itu apa.
Sayangnya karena besoknya saya harus keluar
kota, saya enggak bisa ikut perhelatan akhirnya. Padahal di situ ada
pertunjukan ratusan barungsai dan tarian naga yang lebih spektakuler, Hmm …
tahun depan harus nonton lagi. Kamu yang di luar kota Bandung juga kalau
penasaran, kosongkan jadwal buat bergabung tahun depan, ya ^_^
Seru banget ya mak. Aku jg memasukkan beberapa tradisi Tiongkok di novelku, Dag, Dig, Dugderan #ehmalahpromo :D
ReplyDeleteHuaaa bukunya pasti seru! ^^
DeleteTahun ini aku gak sempat nonton Cap Go Meh >.< Padahal setiap tahun pasti pergi nonton u.u
ReplyDeleteTahun depan nonton bareng, yuk :)
DeleteRame dan seru, ya teh. Pengen nonton tahun depan aaah, biar bisa foto sama barongsai. :))
ReplyDeleteIya ayo Teh Uwien, kita nonton bareng :)
Deleteaku suka banget dg budaya Cina yang sudah dipadukan dg budaya indonesia.Warna yang digunakan membuat tambah terlihat meriah
ReplyDeleteIya sama, Mbak Tira *toss
Deletegambar yang caption ini apa ya... sumpah itu serem banget...
ReplyDeleteSama, saya juga penasaran. Nggak tahu apa deh itu -_-*
Delete