Etika Menggunakan ATM

Etika menggunakan ATM
Etika menggunakan ATM

Suatu malam, saya datang ke ATM dekat rumah. Seperti biasa antrian pengguna ATM cukup panjang ketika jam makan malam. Mungkin tujuannya sama seperti saya, ngambil uang buat beli makan hehehe ….

Setelah saya perhatikan, antrian panjang itu muaranya di satu ATM yaitu ATM dengan pecahan uang sebesar Rp50.000. Rupanya ada seorang ibu memegang buku kecil seukuran saku sedang bertransaksi dengan asyiknya tanpa menghiraukan antrian panjang di luar. Setelah hampir lima belas menit, saya mulai kesal. Saya terobos antrian dan menepuk bahu si ibu.

“Bu, transfernya masih banyak?” tegur saya.

Tanpa melihat ke arah saya, si ibu menjawab, “Udah kok.”


Oke, saya pun sedikit lega dan mau bersabar lagi. Tapi tahu nggak? Yang kata si-ibu-udah-kok-itu sampai sepuluh menit tetap santai bertransaksi ria. Huft.

“Bu, Ibu tahu nggak kalau ATM pecahan uang lima puluh ribu cuma satu? Mending Ibu pindah ke ATM non tunai atau ke ATM pecahan uang seratus ribu aja,” tegur saya lagi.

Dengan gaya sok cuek dan lagi-lagi tanpa melihat ke arah saya, si Ibu menjawab, “Tahu, kok.”

Errr si Ibu ini manusia apa alien sih nggak ngerti-ngerti dikasih tahu?

Kamu pernah punya pengalaman serupa nggak? Kesel nggak sih? Nah karena itu, tulisan saya ini mau ngebahas tentang etika menggunakan ATM. Menurut saya, ada enam etika dasar menggunakan ATM.

Pertama, antri. Biarpun di ATM nggak ada satpam yang ngawasin, ada kenyamanan bersama yang harus kita jaga. Jadi biasakan antri ya. Suka malesin nggak sih kalau kita udah capek-capek antri, eeeeh … ada orang yang nyerobot?

Kedua, gunakan mesin ATM sesuai dengan fungsinya. Biasanya di kubik ATM itu ada tiga jenis ATM. Satu, ATM biasa yang fungsinya lengkap kecuali buat nyetor uang. Dua, ATM non tunai yang fungsinya buat segala transaksi pembayaran, transfer, dan lain-lain. Tiga, ATM setor tunai yang fungsinya buat masukin uang.

Ketiga, pilih ATM yang pecahannya paling banyak. Maksudnya gini, dalam kasus khusus seperti si Ibu di atas—yang mungkin—kurang mengerti menggunakan ATM non tunai, sementara kamu harus bertransaksi transfer dan pembayaran, coba perhatikan berapa jumlah mesin ATM dalam ruangan tersebut. Katakanlah ada dua mesin ATM pecahan uang seratus ribu dan satu mesin ATM pecahan uang lima puluh ribu. Pilihlah mesin ATM dengan pecahan uang seratus ribu, sehingga pengguna ATM lain nggak tersendat buat ambil uang dengan kedua pecahan tersebut.

Keempat, jika akan bertransaksi dalam jangka waktu yang lama, pilih waktu pada saat ruangan ATM sepi. Kalaupun sangat mendesak, berikan kesempatan dulu pada orang yang transaksinya lebih sedikit sehingga antrian nggak mengular.

Kelima, persiapkan segala sesuatunya sebelum masuk ke ruangan ATM. Misalkan kamu mau setor tunai, biasakan rapikan dulu uang yang akan disetor, atau kamu mau transfer, siapkan dulu catatannya sehingga nggak sibuk ngubek-ngubek tas dulu. Pastikan uang yang kamu setor sudah dicek dengan money detector, siapa tahu ada uang palsu yang nggak sengaja kamu terima. Jika kamu menemukan uang palsu segera lapor polisi atau pihak bank.

Keenam, jangan bergerombol di ruang ATM. Misalnya kamu mau ambil uang bareng teman-temanmu. Cukup kamu saja yang masuk ke ruang ATM sementara teman-temanmu menunggu di luar.

Pada dasarnya, ATM itu fasilitas umum dan bukan milik pribadi. Usahakan kita saling menghargai hak sesama nasabah. Yuk, mulai sekarang tertibkan diri kita ketika menggunakan ATM, agar semua orang sama-sama nyaman ^_^
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

5 comments:

  1. Wah sering juga tuh ketemu yang ginian, tapi sayanya mending balik arah dan cari ATM lain

    ReplyDelete
  2. manusia zaman sekarang makin ilang empatinya.

    ReplyDelete
  3. kalau udah dikasih tahu tapi ngeyel, ya sabar aja mbak, sambil dijinjing kelaut, terus diceburin.... kesel juga saya baca ceritanya,.....

    ReplyDelete