Film Koki-koki Cilik
2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak - Ada banyak alasan
untuk saya mempertahankan jiwa kanak-kanak. Jiwa kanak-kanak itu bukan berarti
kekanakan, loh. Jiwa anak-anak yang murni menyimpan semangat dan energi yang
seolah tak pernah habis. Begitu polosnya hingga tak mengenal rasa takut.
Kecuali kalau anaknya dididik sejak kecil dengan cara ditakut-takuti, ya. Kalau
kata Alan Walker, ”While
we're still young and fearless.” Contoh sederhananya, anak-anak tidak takut
mencoba dan tidak takut gagal.
Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak |
Rencananya saya akan menonton film Koki-koki Cilik 2 bersama
Eva, Rasi, dan teman-teman pada tayang perdananya. Sayangnya karena saya mesti
bertugas ke luar kota, jadilah nonton sendiri. Hiks.
XXI di Cibinong City Mall penuh sesak. Untungnya saya masih
dapat satu kursi di depan untuk jam tayang 17.15 WIB. Sembari menunggu masuk
ruangan, saya memerhatikan sekitar. Ada banyak keluarga duduk-duduk di kursi
atau di lantai. Yang paling mengejutkan sekaligus bikin terharu adalah
kehadiran satu keluarga besar untuk menonton film Koki-koki Cilik 2. Bukan saja
ibu, bapak, dan anak namun ada nenek. Sungguh saya tersentuh.
Nonton Film Koki-koki Cilik 2 |
Sebelum lampu bioskop padam, saya sempat menyisir ruangan. Saya
diapit dua anak-anak yang menonton film bersama ibunya. Saya sedikit iri karena
seumur hidup belum pernah nonton ke bioskop bareng Mama. Memang sih, Mama saya
bukan orang yang suka nonton film.
Film Koki-koki Cilik dibuka dengan adegan anak-anak menaiki bak
terbuka sambil bernyanyi riang. Bagi yang pernah menonton film pertamanya pasti
sudah mengenal tokoh-tokohnya. Tapi kalau belum juga bakalan nyambung dan tidak
bingung nontonnya. Anak-anak itu adalah Bima (Farras Fatik, Dear Love 2016), Melly
(Alifa Lubis, Koki-koki Cilik 1 2018), Kevin (Marcello Mahesa, Koki-koki Cilik
1 2018), Alfa (Ali Fikry, Koki-koki Cilik 1 2018), dan Niki (Clarice Cutie, Koki-koki
Cilik 1 2018). Mereka hendak mendatangi Cooking
Camp untuk reunian. Betapa terkejutnya mereka ketika sampai di Cooking Camp pemandangan yang terlihat
adalah wilayah yang tak terurus. Bahkan papan Cooking Camp sudah lapuk dan jatuh tepat di depan mereka.
Keceriaan mereka kembali begitu bertemu Chef Grant (Ringgo Agus Rahman, Keluarga Cemara 2019) yang
merupakan kepala sekolah Cooking Camp.
Chef Grant menjelaskan pada anak-anak
bahwa Cooking Camp sudah tutup sejak Chef Evan (Christian Sugiono, Sabrina
2018) menyatakan bahwa Chef Grant
tidak layak melanjutkan camp
tersebut. Suasana menjadi muram. Anak-anak pun mengajak Key (Romaria Magdalena
Simbolon, The Gift 2018), cucu Pak Malik, pendiri Cooking Camp terlibat sebuah misi.
Bahu-membahu anak-anak membereskan kediaman Chef Grant dan area Cooking
Camp. Mereka juga mencetuskan ide untuk membangun kembali Cooking Camp dengan cara berjualan food truck namun masih bingung makanan
apa yang hendak dijual? Di tengah kegalauan itu, datanglah Adel (Kimberly Ryder,
Mantan 2017) dan keponakannya, Adit (Muhammad Adhiyat, Kulari ke Pantai 2018).
Adit yang jago memasak berinisiatif untuk membuat sandwich istimewa 3 layer. Mulailah petualangan mereka mewujudkan
impian membangun Cooking Camp
kembali. Siapakah Adit? Mengapa ia pandai memasak? Apa hubungannya Chef Grant dengan Chef Evan? Dan berhasilkah mereka membangun Cooking Camp? Nonton sendiri, yak. He he he.
Berbeda dengan Koki-koki Cilik 1, MNC Pictures menggandeng Viva
Westi (Jenderal Soedirman, 2015) sebagai sutradara seri kedua. Sementara dari penulis
skenarionya Vera Varadia (Surat Cinta untuk Kartini, 2016) tetap dipertahankan.
Sebetulnya duet antara sutradara dan penulis skenario yang mumpuni ini cukup
menjanjikan. Apalagi didukung oleh aktor-aktor yang telah melanglang buana di
dunia perfilman untuk pemeran karakter dewasa. Namun sungguh selama 91 menit
duduk di bioskop ini saya dibuat sedikit bosan. Bila diibaratkan makanan, film
ini kurang garam.
Saya kemudian membandingkan antara Koki-koki Cilik 1 dan 2.
Kualitas agak jomlang. Padahal cerita yang disuguhkan sekuel kedua ini
seharusnya seru. Saya berharap banyak adegan memasak atau ilmu memasak di film
kedua ini. Namun saya harus menelan kekecewaan karena hanya satu resep yang
muncul yaitu sandwich 3 layer punya
Adit. Bima yang di film pertama begitu bersemangat memasak seolah tidak
memiliki kemampuan dan hanya pasrah saja.
Film yang bernuansa ceria ini sebetulnya cukup menghibur. Beberapa
jokes memang kurang mengena sehingga
terasa hambar. Cobaan demi cobaan yang menimpa kurang membangun rasa haru. Film
ini terselamatkan oleh kehadiran tokoh Melly yang selalu mengundang tawa. Artis
cilik Alifa berhasil menjadi primadona di film ini. Perkembangan karakter Melly
tidak diikuti oleh pertumbuhan karakter anak lain. Mereka tak ubahnya ikan yang
berenang kian-kemari tanpa tahu tujuan. Atau bisa diibaratkan seperti penonton
yang hanya berkomentar secukupnya. Begitupun dengan karakter-karakter dewasanya
yang flat. Misalnya Kimberly Ryder yang berperan sebagai Adel, dari trade
record-nya, Kimberly tak pernah dapat peran perempuan lembut nan penyayang
seperti Adel. Saking lembut dan penyayangnya, peran Adel begitu datar.
Secara garis besar, sekuel film Koki-koki Cilik ini punya benang
merah dengan yang pertama yaitu hubungan orang tua dan anak juga persahabatan.
Bagi anak-anak, pesan moral mudah diserap seperti jangan mudah menyerah,
menghormati orang tua, dan sayang kepada sahabat. Bagi saya sendiri menyaksikan
film ini seperti diingatkan untuk belajar mewujudkan impian dari semangat
anak-anak. Semangat yang mudah pupus sekaligus mudah terbangkitkan. Semangat
yang melimpah ruah sekalipun menemui kegagalan berulangkali. Kegagalan tidak
dijadikan alasan untuk takut melainkan alasan untuk terus maju. Semangat yang
siap menggenapi orang-orang dewasa di sekitarnya.
Satu hal lagi yang membuat film ini menarik. Dari departemen musik,
lagu-lagu anak-anak berhasil membangkitkan suasana dan gemuruh bioskop karena
penonton anak-anak ikut bernyanyi. Soundtrack-nya
catcy, easy listening, dan
menyenangkan.
Semua hal di atas berasal dari sudut pandang saya sebagai orang
dewasa. Nyatanya anak-anak yang satu ruangan bioskop terlihat begitu menikmati
film. Mereka tertawa, menyanyi, bahkan sampai berlarian. Anak-anak memang
sederhana, mudah bahagia, dan film Koki-koki Cilik 2 ini berhasil membuat
mereka bahagia.
No comments:
Post a Comment