Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak

Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak - Ada banyak alasan untuk saya mempertahankan jiwa kanak-kanak. Jiwa kanak-kanak itu bukan berarti kekanakan, loh. Jiwa anak-anak yang murni menyimpan semangat dan energi yang seolah tak pernah habis. Begitu polosnya hingga tak mengenal rasa takut. Kecuali kalau anaknya dididik sejak kecil dengan cara ditakut-takuti, ya. Kalau kata Alan Walker, ”While we're still young and fearless.” Contoh sederhananya, anak-anak tidak takut mencoba dan tidak takut gagal.

Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak
Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak

Untuk menghidupi jiwa kanak-kanak, saya suka menonton film keluarga, novel atau dongeng anak. Film anak dari dalam negeri sekarang sedang bermunculan seperti menyambut pesan batin saya. Salah satunya Koki-koki Cilik 2 produksi MNC Pictures. Film bergenre keluarga dan petualangan ini tayang sejak 27 Juni 2019 di seluruh bioskop di Indonesia. Sepertinya MNC Pictures memang sengaja menjadwalkan demikian bertepatan dengan masa libur sekolah.


Rencananya saya akan menonton film Koki-koki Cilik 2 bersama Eva, Rasi, dan teman-teman pada tayang perdananya. Sayangnya karena saya mesti bertugas ke luar kota, jadilah nonton sendiri. Hiks.

XXI di Cibinong City Mall penuh sesak. Untungnya saya masih dapat satu kursi di depan untuk jam tayang 17.15 WIB. Sembari menunggu masuk ruangan, saya memerhatikan sekitar. Ada banyak keluarga duduk-duduk di kursi atau di lantai. Yang paling mengejutkan sekaligus bikin terharu adalah kehadiran satu keluarga besar untuk menonton film Koki-koki Cilik 2. Bukan saja ibu, bapak, dan anak namun ada nenek. Sungguh saya tersentuh.

Film Koki-koki Cilik 2: Belajar Mewujudkan Impian Dari Semangat Anak-anak
Nonton Film Koki-koki Cilik 2

Sebelum lampu bioskop padam, saya sempat menyisir ruangan. Saya diapit dua anak-anak yang menonton film bersama ibunya. Saya sedikit iri karena seumur hidup belum pernah nonton ke bioskop bareng Mama. Memang sih, Mama saya bukan orang yang suka nonton film.

Film Koki-koki Cilik dibuka dengan adegan anak-anak menaiki bak terbuka sambil bernyanyi riang. Bagi yang pernah menonton film pertamanya pasti sudah mengenal tokoh-tokohnya. Tapi kalau belum juga bakalan nyambung dan tidak bingung nontonnya. Anak-anak itu adalah Bima (Farras Fatik, Dear Love 2016), Melly (Alifa Lubis, Koki-koki Cilik 1 2018), Kevin (Marcello Mahesa, Koki-koki Cilik 1 2018), Alfa (Ali Fikry, Koki-koki Cilik 1 2018), dan Niki (Clarice Cutie, Koki-koki Cilik 1 2018). Mereka hendak mendatangi Cooking Camp untuk reunian. Betapa terkejutnya mereka ketika sampai di Cooking Camp pemandangan yang terlihat adalah wilayah yang tak terurus. Bahkan papan Cooking Camp sudah lapuk dan jatuh tepat di depan mereka.

Keceriaan mereka kembali begitu bertemu Chef Grant (Ringgo Agus Rahman, Keluarga Cemara 2019) yang merupakan kepala sekolah Cooking Camp. Chef Grant menjelaskan pada anak-anak bahwa Cooking Camp sudah tutup sejak Chef Evan (Christian Sugiono, Sabrina 2018) menyatakan bahwa Chef Grant tidak layak melanjutkan camp tersebut. Suasana menjadi muram. Anak-anak pun mengajak Key (Romaria Magdalena Simbolon, The Gift 2018), cucu Pak Malik, pendiri Cooking Camp terlibat sebuah misi.

Bahu-membahu anak-anak membereskan kediaman Chef Grant dan area Cooking Camp. Mereka juga mencetuskan ide untuk membangun kembali Cooking Camp dengan cara berjualan food truck namun masih bingung makanan apa yang hendak dijual? Di tengah kegalauan itu, datanglah Adel (Kimberly Ryder, Mantan 2017) dan keponakannya, Adit (Muhammad Adhiyat, Kulari ke Pantai 2018). Adit yang jago memasak berinisiatif untuk membuat sandwich istimewa 3 layer. Mulailah petualangan mereka mewujudkan impian membangun Cooking Camp kembali. Siapakah Adit? Mengapa ia pandai memasak? Apa hubungannya Chef Grant dengan Chef Evan? Dan berhasilkah mereka membangun Cooking Camp? Nonton sendiri, yak. He he he.

Berbeda dengan Koki-koki Cilik 1, MNC Pictures menggandeng Viva Westi (Jenderal Soedirman, 2015) sebagai sutradara seri kedua. Sementara dari penulis skenarionya Vera Varadia (Surat Cinta untuk Kartini, 2016) tetap dipertahankan. Sebetulnya duet antara sutradara dan penulis skenario yang mumpuni ini cukup menjanjikan. Apalagi didukung oleh aktor-aktor yang telah melanglang buana di dunia perfilman untuk pemeran karakter dewasa. Namun sungguh selama 91 menit duduk di bioskop ini saya dibuat sedikit bosan. Bila diibaratkan makanan, film ini kurang garam.

Saya kemudian membandingkan antara Koki-koki Cilik 1 dan 2. Kualitas agak jomlang. Padahal cerita yang disuguhkan sekuel kedua ini seharusnya seru. Saya berharap banyak adegan memasak atau ilmu memasak di film kedua ini. Namun saya harus menelan kekecewaan karena hanya satu resep yang muncul yaitu sandwich 3 layer punya Adit. Bima yang di film pertama begitu bersemangat memasak seolah tidak memiliki kemampuan dan hanya pasrah saja.

Film yang bernuansa ceria ini sebetulnya cukup menghibur. Beberapa jokes memang kurang mengena sehingga terasa hambar. Cobaan demi cobaan yang menimpa kurang membangun rasa haru. Film ini terselamatkan oleh kehadiran tokoh Melly yang selalu mengundang tawa. Artis cilik Alifa berhasil menjadi primadona di film ini. Perkembangan karakter Melly tidak diikuti oleh pertumbuhan karakter anak lain. Mereka tak ubahnya ikan yang berenang kian-kemari tanpa tahu tujuan. Atau bisa diibaratkan seperti penonton yang hanya berkomentar secukupnya. Begitupun dengan karakter-karakter dewasanya yang flat. Misalnya Kimberly Ryder yang berperan sebagai Adel, dari trade record-nya, Kimberly tak pernah dapat peran perempuan lembut nan penyayang seperti Adel. Saking lembut dan penyayangnya, peran Adel begitu datar.

Secara garis besar, sekuel film Koki-koki Cilik ini punya benang merah dengan yang pertama yaitu hubungan orang tua dan anak juga persahabatan. Bagi anak-anak, pesan moral mudah diserap seperti jangan mudah menyerah, menghormati orang tua, dan sayang kepada sahabat. Bagi saya sendiri menyaksikan film ini seperti diingatkan untuk belajar mewujudkan impian dari semangat anak-anak. Semangat yang mudah pupus sekaligus mudah terbangkitkan. Semangat yang melimpah ruah sekalipun menemui kegagalan berulangkali. Kegagalan tidak dijadikan alasan untuk takut melainkan alasan untuk terus maju. Semangat yang siap menggenapi orang-orang dewasa di sekitarnya.

Satu hal lagi yang membuat film ini menarik. Dari departemen musik, lagu-lagu anak-anak berhasil membangkitkan suasana dan gemuruh bioskop karena penonton anak-anak ikut bernyanyi. Soundtrack-nya catcy, easy listening, dan menyenangkan.

Semua hal di atas berasal dari sudut pandang saya sebagai orang dewasa. Nyatanya anak-anak yang satu ruangan bioskop terlihat begitu menikmati film. Mereka tertawa, menyanyi, bahkan sampai berlarian. Anak-anak memang sederhana, mudah bahagia, dan film Koki-koki Cilik 2 ini berhasil membuat mereka bahagia. 
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

No comments:

Post a Comment