Pertunjukan Tari Sekar Kedaton, Dunia Pelangi Studio Tari Indrawati Lukman |
Pernahkah hatimu bergetar saat menonton sesuatu? Sejujurnya
sudah lama hati saya tak bergetar ketika menonton pertunjukan di panggung
teater. Kerinduan akan pengalaman penuh estetika sekaligus sarat makna kerap
kali membanjiri jiwa saya. Saya tak menyangka kehausan ini tandas begitu
menyaksikan pagelaran tari Sekar Kedaton persembahan Studio Tari Indrawati
Lukman dan De Majestic pada tanggal 15 Agustus 2017 lalu. Saya bukan penggemar
tari hanya sekadar suka. Lebih senang menonton pertunjukan teater. Itu pun
sekarang sudah langka saya lakukan.
Malam itu, gedung De Majestic lumayan ramai, gedung
penuh kenangan di mana saya pernah bermain monolog sekitar tahun 2007. Undangan
berdatangan sehabis magrib. Saya berada di lokasi tepat waktu. Seorang ibu
menyapa ramah dan meminta saya untuk masuk ke gedung karena pertunjukkan segera
dimulai. Saya menolak halus karena sedang menunggu beberapa teman sehingga
kehilangan satu adegan dalam rangkaian pertunjukan. Saya bisa merasakan aura
cemerlang dan kecantikan lembut dari ibu itu. Dua hari kemudian saya baru tahu
ibu itu adalah Sang Maestro Tari Sunda, Indrawati Lukman. Beruntung sempat foto bersama.
Berfoto bersama Bu Indrawati Lukman |
Menyoal gedung De Majestic, tidak banyak masyarakat
tahu bahwa gedung ini merupakan salah satu gedung seni dan budaya di Bandung.
Kebanyakan menyangka De Majestic adalah museum. Gedung ini memiliki nilai
historis luar biasa sebagai bioskop pertama pada zaman kolonial. Gedung yang
beberapa kali berganti nama ini pernah mengenyam berbagai fungsi setelah era kemerdekaan
seperti tempat pergelaran berbagai pertunjukan, aktivitas bisnis, dan kafe.
Tahun 2017, Pemda Jabar mengembalikan fungsi utamanya yaitu pemanfaatan aset
kesenian (seni budaya) sebagai fasilitas pendidikan dan kebudayaan.
Negara Ideal Dalam Perspektif Pertunjukan
Tari Sekar Kedaton
Lampu telah redup ketika saya masuk ke dalam ruangan.
Cahaya berbagai warna bermain-main di atas panggung. Seorang perempuan memakai
mahkota menari lincah. Gemulai tangannya sesekali memainkan sampur. Di tengah
adegan, perempuan itu mengeluarkan keris, seolah menyatu dengan jari-jarinya.
Itulah Tari Ratu Graeni yang bercerita
mengenai seorang ratu dari Kerajaan Medang
Kamulan sedang berlatih perang untuk mempertahankan kerajaannya dari serangan
musuh yaitu Prabu Ganda Wijaya. Tarian tersebut karya Rd. Tjetje Somantri, maestro tari
Sunda dari Bandung tempo dulu.
Tari Ratu Graeni |
Tarian kedua adalah Tari Badaya atau Tari Wayang karya Prof. Iyus Rusliana, S. St menceritakan perempuan abdi keraton yang bertugas menghibur raja dan pejabat tinggi
keraton dengan menari. Tarian ini menggambarkan ungkapan penghormatan dan
kesetiaan para abdi keraton kepada raja/ratu dan pejabat tinggi keraton.
Tari Patilaras |
Selanjutnya
Tari Patilaras, kreasi baru karya Indrawati Lukman dan Toto Amsar Suanda, S.
Sn, M. Hum menggambarkan semangat, keceriaan, suka cita, dan kebersamaan
muda-mudi menyongsong hari esok nan gemilang.
Tari Ringkang Topeng |
Tari kreasi
baru lain karya
Indrawati Lukman dan Toto Amsar Suanda, S. Sn, M.Hum adalah Ringkang Topeng. Menceritakan
tentang kehidupan di dunia seringkali merupakan topeng-topeng yang penuh
dengan segala macam polesan dan kepalsuan manusia. Kehalusan, kejujuran,
persaingan, kekuasaan serta ketamakan mewarnai karakteristik manusia. Namun
akhirnya manusia akan kembali merenung siapakah dan apakah kita ini? Kembali kepada Sang Pencipta. Tarian ini terilhami
Kupu Tarung dari desa Saingit, Cirebon.
Tari Senggot |
Tari
Jaipong yang merupakan tari pergaulan Sunda turut mewarnai
pertunjukkan berjudul Tari Senggot. Tarian jaipongan yang diambil dari judul
lagu Senggot.
Tari Anggana Laras |
Kreasi
baru tarian rakyat karya Ria Dewi Fajaria, S. Sn, M. Hum. dan Ahmad Farmis, S. Sn berjudul Tari Anggana
Laras makin menyemarakkan malam. Kegembiraan muda-mudi usia remaja dalam mencari jati diri terasa kental diungkapkan dengan paduan tari rakyat dan
tari sabrang secara berpasangan.
Tari Gentra Pinutri |
Sebagai
penutup, kreasi baru karya Indrawati Lukman dan Drs. Moch. Saleh bertajuk Tari Gentra
Pinutri menyempurnakan pertunjukan. Bercerita tentang dorongan mendesak naluri
keperempuanan untuk mengungkapkan suatu gagasan besar meski
kadang terbentur kodrat yang penuh kehalusan dan kelembutan. Betapapun hebatnya
suatu gagasan, keindahanlah yang paling mencuat. Tarian ini
terilhami dari gerak pencak
silat diiringi irama tetabuhan dan berbagai alat musik tradisional gamelan.
Tari Ringkang Topeng |
Pertunjukkan tari Sekar Kedaton ini sejatinya menurut saya adalah
penggambaran negara ideal dari perspektif tari Sunda. Tentunya melekat erat
kebudayaan dan kearifan lokal Sunda yang telah mengakar sekian lama. Mengusung
nilai-nilai kejayaan,
kebijaksanaan, keharmonisan, dan kebersamaan antara pemimpin negara dengan
rakyat sehingga terwujud negara yang kuat, aman tentram loh jinawi, silih asah, silih asuh, sareundeuk
saigel, mengayomi satu sama lain. Akhirnya menjadi negara yang terintegrasi
besar dan dihormati bangsa lain. Semua itu diungkapkan melalui sebuah reportoar
gerak tari dan lagu dalam sajian Tari Ratu Graeni, Badaya, Patilaras, Ringkang
Topeng, Senggot, Anggana Laras, dan Gentra Pinutri.
Gelaran
pertunjukkan tari Sekar Kedaton persembahan Studio Indrawati Lukman ini
sekaligus menyambut Hut Kemerdekaan Indonesia yang ke-72 tahun. Di tengah berbagai kisruh politik dan permasalahan yang terjadi di Indonesia, pertunjukkan
ini barangkali bisa menjadi kritik sekaligus penawaran solusi untuk
setidak-tidaknya bersama-sama memperbaiki kondisi negara.
Kostum Pertunjukan Tari
Menarik untuk saya perhatikan bahwa kostum yang
dipakai para penari tidak saja bercorak Sunda. Kadang saya melihat corak daerah
lain seperti Jawa dan Bali, bahkan corak negara Asia lain seperti Thailand.
Desain dan warna busana terasa dinamis, hidup, dan bernyawa. Benar-benar tidak
bosan memandangnya. Kostum-kostum tersebut didesain oleh Ibu Indrawati Lukman
sendiri.
Kostum tari dengan corak daerah selain Sunda |
Ketergetaran dan keterpesonaan saya terhadap
pertunjukkan Tari Sekar Kedaton disebabkan oleh banyak unsur. Harmoni sempurna
antara musik, penceritaan drama tari, para penari yang luwes sekaligus bertenaga,
tata cahaya, video grafis, dan kostum yang cantik. Saya seolah terbang ke dunia
pelangi. Saya dirasuki ritme, dirasuki gerak, dirasuki cahaya, dirasuki cerita.
Di akhir pertunjukkan saya terhenyak, saya ternyata hanya duduk di bangku kayu
sekian lama.
Harmoni gerak, drama tari, kostum, video grafis, tata cahaya, dan musik |
Bermain Angklung dan Menari Bersama
Kesegaran lain menyirami penonton manakala angklung,
alat musik tradisional Sunda dibagikan. Penonton diajak menyanyikan lagu-lagu
wajib nasional dan lagu-lagu daerah sambil bermain angklung. Pada dasarnya
bermain angklung itu mudah, tinggal menggoyangkan saja, yang sulit adalah
kerjasama antar manusia untuk menyajikan kesatuan nada menjadi melodi. Saya
menikmati bagian bermain angklung walaupun beberapa kali kehilangan konsentrasi
karena fokus bernyanyi.
Main angklung bersama |
Puas bermain dan bernyanyi, seluruh penari mengajak penonton
untuk menari. Saya tentu tak sanggup menahan godaan untuk bergerak alakadarnya.
Semasa kecil, diam-diam saya pernah punya impian menjadi penari Sunda. Tubuh
saya jarang berolahraga bergerak jegjreg atau kaku. Ah, saya tidak
peduli. Yang penting malam itu saya bahagia.
Main angklung bersama |
Pertunjukan tari ini berlangsung terus-menerus di De
Majestic, Jl. Braga No. 1 Bandung. Setiap selasa dan kamis, jam 19.30 – 21.00
WIB. Selain pertunjukan tari dari Studio Indrawati Lukman ada juga pertunjukan
tari dari Pusbitari Irawati Durban, Ikatan Alumni ISBI, Studio Tari Sunda
Kandaga, dan IKASISTA. Harga tiket umum Rp60.000, pelajar Rp40.000, turis asing
Rp90.000, dan rombongan pelajar Rp25.000. Buat kamu yang tertarik sila
menghubungi narahubung De Majestic 082295000045 atau bisa datang langsung.
Seluruh penari, pemusik, dan penata dari Studio Tari Indrawati Lukman |
Malam itu, saya membawa pulang getaran dunia pelangi
Studio Tari Indrawati Lukman. Begitulah kata orang bijak, apa yang dikerjakan
dengan hati akan sampai ke hati. Dan malam itu menjadi salah satu malam yang
tak akan pernah saya lupakan.
Bagian perparagraf suka mba detail dan memberikan apresiasi yang menarik. Aku gak hanya bergetar klo nonton pertunjukkan tari musikal atau drama yang memang konsepnya wow. Beruntung bisa nonton langsung
ReplyDeleteSekarang budaya tari - tarian sudah mulai diaktifkan kembali yah, semoga semakin banyak yang mencintai budaya
ReplyDeleteUdah lama banget gak nonton tari-tarian..
ReplyDeleteLucky u Teh, kebetulan adik penari juga jadi saya juga suka lihat yang kayak gini, sayang sekarang masi ASIX hehe belum bisa main jauh
ReplyDeletejadi inget waktu kecil aku juga suka nari XD
ReplyDeleteWow aku asyek bangets baca postingan ini. Pelangi acaranya juga masuk deh ke aku hahaha... Teh evi jeli banget bisa bedain baju sunda dan nonsunda 😅😍👍
ReplyDeleteSayang waktu itu gak jadi dateng
ReplyDeletewah membayangkan aku jadi penari di sana
ReplyDeletewahh saya sih selalu merinding kalau lihat pementasan tari tradisional yang keren seperti ini. selain tahu bagaimana susahnya belajar menari, unsur magis tarian tersebut juga bikin hati semakin terjerat pesonanya euy. Cakeup!!
ReplyDelete