Memetakan kesenian Kota Bandung barangkali sudah
pernah dilakukan oleh generasi-generasi di masa lampau. Bukan pekerjaan mudah,
bukan pula pekerjaan mustahil. Izinkan saya untuk memohon maaf terlebih dahulu
karena sampai hari ini, saya masih pandir dan terlalu malas untuk menyusuri
jejak pemetaan tersebut. Saya hanya tahu apa yang terjadi hari ini.
Seni Bandung #1 Usaha Menghidupkan Festival Kota Dan Memetakan Kesenian Kota Bandung |
Awal tahun 2017, saya terlibat sebuah pekerjaan
penulisan sebuah buku tentang seluk-beluk bisnis event organizer. Berkat
itu pula saya sering menyambangi kantor di Jl. Cianjur. Aktivitas kantor begitu
hidup. Hiruk-pikuk pekerjaan tak ada habisnya. Lalu-lalang wajah-wajah tiada
henti. Beberapa orang sudah saya kenal, termasuk Kang Satria, Syarif Maulana,
dan Kang Heru Hikayat. Dari mereka saya mengetahui tentang usaha kolaborasi
para seniman Kota Bandung dan pemerintah kota untuk memetakan kesenian Kota
Bandung dalam sebuah gelaran bernama Seni Bandung #1.
Tari, sastra, teater, seni rupa, dan musik adalah lima
jenis kesenian yang akan diusung mula-mula Seni Bandung #1. Memang belum mencakup semua, masih
berproses dan terus berkembang kelak. Mengemuka judul “Air – Tanah – Udara”
sebagai landasan karya. Mengapa di awal saya katakan mengenai pemetaan kesenian
Kota Bandung? Begitulah salah satu tujuan festival ini dilaksanakan. Apa pentingnya
pemetaan tersebut? Bagi saya sangat penting. Usaha pemetaan adalah usaha
mengenali, merangkul, dan mengelaborasi berbagai ranah seni di Bandung. Seni
bukanlah kerja personal melainkan kerja kolektif dan akan menjadi masif jika
berkolaborasi.
Sering saya mendengar keluhan para seniman tentang
kesulitan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dan hanya kelompok-kelompok
tertentu saja yang mendapat sokongan dana atau bentuk-bentuk bantuan lainnya.
Barangkali pemetaan kesenian yang di dalamnya termasuk pendataan dan
pendokumentasian kelompok-kelompok seni maupun seniman secara personal dapat
menjadi jalan keluar persoalan tersebut. Barangkali tidak hari ini, tapi kelak pasti.
Kedua, menurut Kang Satria dan Kang Reza Pamungkas
yang telah melanglang buana di perjagatan event organizer, Bandung tidak
memiliki festival kota yang diakui di Indonesia. Padahal seperti yang kita
tahu, Bandung merupakan salah satu kota yang digadang-gadang sebagai kota
kreatif. Tak pernah sepi oleh acara-acara kesenian maupun berbagai festival.
Namun mengapa itu bisa terjadi? Jawabannya, karena Bandung tidak memiliki
festival tahunan. Selepas Dago Festival maupun Braga Festival, Bandung meredup
seolah kehilangan gairah kefestivalan. Saya mohon maaf, jika lagi-lagi saya
pandir dan kurang up to date karena tak mengetahui ada festival besar
serupa dua festival di atas. Syarat festival kota yang diakui adalah festival
tersebut harus berkelanjutan. Festival besar yang hanya meledak sekali lalu
hilang terbawa kenangan bukanlah festival kota. Seni Bandung #1 rupanya ingin
menghidupkan kembali roh festival Kota Bandung dan tentu saja gairah
berkesenian. Dua cita-cita dari Seni Bandung #1 patut saya apresiasi. Jujur
saja saya tertarik dengan gelaran besar ini.
Ketika Kang Satria mengajak saya dan Eva untuk
menggarap sebuah media daring yang juga akan dicetak terbatas untuk
memfasilitasi gagasan-gagasan Seni Bandung #1, saya maupun Eva merasa belum
memiliki kapabilitas tersebut. Saya berpikir, barangkali untuk menyumbang karya
saya masih sanggup. Namun saya tidak mengemukakan pemikiran tersebut.
Berbulan-bulan berlalu, saya tidak tahu sejauh mana
perkembangan Seni Bandung #1. Suatu sore, saya menerima pesan dari Zulfa
Nasrulloh. Mengabarkan bahwa saya terpilih sebagai salah satu peserta residensi
sastra Seni Bandung #1. Saya bertanya, mengapa saya yang terpilih? Jawaban
Zulfa cukup mengejutkan. Di Bandung hanya sedikit sekali orang yang bergelut di
prosa terutama novel. Lain daripada itu, ada batasan umur untuk menjadi peserta
residensi sastra. Saya mengetahui beberapa orang novelis di Bandung terutama
novel yang termasuk pop. Sebagai penulis novel remaja, jaringan saya memang
lebih banyak ke sana. Sebetulnya saya kurang suka pengotakan antara novel pop
dan novel sastra. Toh, novel pop juga sastra. Tapi cukuplah hal tersebut menjadi
perdebatan sekian lama dan saya enggan ambil bagian di dalamnya. Singkat cerita
saya menerima tawaran Zulfa.
Selanjutnya, saya harus menyiapkan isu soal Kota
Bandung berkaitan dengan tema utama “Air – Tanah – Udara”. Zulfa sempat pula
menjelaskan bahwa Seni Bandung #1 mengusung seni partisipatoris. Karya bisa
berbentuk konvensional maupun bentuk lainnya. Otak kecil saya bertanya-tanya,
apa itu seni partisipatoris. Ya, ya, lagi-lagi saya pandir dan terlalu malas
mencari referensi. Menurut Zulfa, nanti akan ada workshop tentang seni
partisipatoris tersebut. Saya menanti-nanti workshop dengan sedikit cemas,
semoga otak kecil saya mampu menangkap esensi dan menjalankannya.
Selama hidup saya, baru sekali merasakan residensi.
Tahun 2011, saya bergabung dengan salah satu grup teater Bandung yaitu TTM
untuk resindensi teater di desa Tanjung Pasir, Tangerang. Waktu itu, grup
teater ditunjuk oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat
Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Kelautan. Teater menjadi alat bagi penyadaran
masyarakat dalam upaya adaptasi perubahan iklim. Nah, bagaimanakah residensi
sastra? Apakah seperti itu? Jika seperti itu, saya pikir akan sangat menarik
karena akan banyak melibatkan masyarakat Bandung.
Sosialiasi Seni Bandung #1 |
Sore lain, sehabis menghadiri semacam sosialisasi Seni
Bandung #1, Pak Bambang Q. Anees selaku ketua komite sastra dan Zulfa Nasrulloh
sebagai koordinator kurator sastra menjelaskan lebih jauh mengenai kegiatan
residensi sastra. Saya dan ketigapuluh peserta residensi yang terdiri dari
sastra Indonesia dan sastra Sunda berkumpul di Padepokan Seni Mayang Sunda.
Menurut Zulfa, peserta resindesi sastra akan menggali permasalahan Kota Bandung
yang dibagi dalam beberapa lokasi. Kami bisa bekerja dalam kelompok maupun
perorangan. Setiap orang mesti menyiapkan lembar gagasan yang kemudian akan
diolah menjadi karya. Dalam riset karya akan melibatkan masyarakat sesuai
pengajuan lokasi. Sehingga kami diharapkan menyebutkan lokasi secara spesifik. Selain
workshop, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendapat arahan dari pembimbing
yaitu Kang Ahda Imran, Kang Darpan, dan Kang Ahmad Faisal Imron. Demi
kelancaran residensi sastra, kami mendapat pendanaan berupa transportasi,
riset, dan apresiasi karya.
Pak Beqi sedang menjelaskan mengenai residensi sastra Seni Bandung #1 |
Pak Beqi, sapaan akrab Pak Bambang Q. Anees
menambahkan bahwa karya peserta residensi akan diapresiasi dalam bentuk
festival sastra, sub acara Seni Bandung #1. Akan ada mural berupa
kutipan-kutipan sastrawan Kota Bandung khususnya, sastrawan Jawa Barat umumnya.
Paling mutakhir adalah pembacaan puisi di beberapa titik lampu merah di Bandung
yang diinisiasi oleh Komunitas Rindu Menanti.
Peserta residensi sastra Seni Bandung #1 |
Waktu residensi sastra Seni Bandung #1 ini terbilang
cukup singkat. Hanya satu bulan saja, mengingat pelaksanaan festival tersebut
tanggal 25 September – 25 Oktober 2017. Sejujurnya, saya cukup optimis biarpun
mesti ngebut. Saya teringat residensi teater di Tanjung Pasir yang waktunya
juga hanya sebulan. Dalam waktu sependek itu, dulu kami mampu merangkul warga
sekitar, mengajak mereka mencintai teater, mencintai lingkungan, dan mau
bersusah-payah melakukan pagelaran teater. Perbedaannya, residensi teater
tersebut dengan residensi sastra ini adalah saya tidak bermukim di lokasi. Akan
lebih sulit menebas jarak merangkul masyarakat.
Barangkali cukup membingungkan memaknai seni
partisipatoris karena dalam tulisan ini, saya belum memaparkan penyerapan saya.
Tulisan berikutnya, saya akan menguraikan penyerapan saya mengenai seni
partisipatoris sehabis workshop tiga hari bersama Kang Moh. Syafari Firduas. Di
tulisan berikutnya juga, saya akan memaparkan gagasan karya saya.
Kembali pada Seni Bandung #1 sebagai usaha
menghidupkan festival kota dan memetakan kesenian Kota Bandung, pekerjaan ini
membutuhkan waktu yang panjang, berkelanjutan, dan konsisten. Membutuhkan
partisipasi dari berbagai pihak. Bukan saja dari kalangan seniman dan
pemerintah kota juga dari masyarakat Bandung secara keseluruhan. Di masyarakat
maupun kalangan seniman, keterlibatan pemerintah kota menjadi perdebatan. Meruncingkan
polemik maupun kasak-kusuk apakah seniman yang terlibat telah ditunggangi oleh
kepentingan politik?
Sejauh pemikiran dan pengetahuan saya, Seni Bandung #1
diinisiasi oleh beberapa seniman Bandung. Artinya kesadaran tersebut timbul
dari seniman untuk membuat helaran demi mengharumkan Kota Bandung. Ketika
pemerintah kota melemparkan tawaran membuat festival selama sebulan ini, gayung
bersambut.
25 kelompok sastra dengan 196 seniman Bandung |
Melalui seleksi, Seni Bandung #1 akan menggelarkan 47
kelompok tari dengan 1316 seniman, 15 kelompok seni rupa dengan 225 seniman, 45
kelompok musik dengan 120 seniman, dan 25 kelompok sastra dengan 196 seniman.
Helaran dilaksanakan di beberapa titik di Bandung setiap harinya. Warga
masyarakat Bandung maupun luar Bandung dapat menyaksikannya dengan gratis.
Info lengkap bisa mengakses senibandung(dot)id atau mengikuti akun Instagram @SeniBandung.id. Barangkali apa yang saya sebutkan di atas belum mencakup atau memfasilitasi seluruh
kelompok seni dan seniman di Bandung. Mari kita doakan Seni Bandung #2 mampu
merangkul semuanya.
Venue pertunjukan Seni Bandung #1 - Sumber senibandung(dot)id |
Sekali lagi, untuk membuat festival kota dan festival
seni yang besar butuh dukungan banyak pihak termasuk pemerintah kota. Seiring
berjalannya proses dan pelaksanaan Seni Bandung #1 terjadi pro dan kontra. Jika
ada nama yang menguak, patutlah kita telusuri dan telaah kembali. Ada
kasus-kasus di dalam kota yang belum selesai mengemuka kembali sehingga
pemerintah kota dianggap tidak pro rakyat. Pertanyaannya, jika bukan nama itu
yang menguak, apakah tidak akan ada perdebatan? Jangan-jangan sudah ada
antipati terhadap pemerintah terlepas siapa pun yang memimpin? Apakah kita
sudah dapat membedakan antara pemimpin, pemerintah, dan negara? Adilkah melabeli seluruh seniman yang terlibat Seni Bandung #1 tidak pro rakyat?
Mengutip kalimat Heru Hikayat, “Gelaran kesenian
bukanlah jalan penebusan dosa.” Gelaran kesenian adalah pesta rakyat. Apakah
salah jika dana masyarakat yang pastinya ada alokasi dana bagi kegiatan
kesenian dan kebudayaan dipergunakan sebagaimana mestinya? Menukil Pram, “Seorang
terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi
perbuatan.” Menurut saya, tindakan-tindakan yang baik dari pemerintah tetap
harus diapreasi namun bukan berarti tidak kita kritisi. Bentuk kritik yang
logis, realistis, dan menawarkan solusi bukan sekedar menghakimi. Mari kita
sama-sama bertanya, sudahkah kita adil sejak dalam pikiran?
Wah kerenn ya, jadi kangen deh liat acara seni dan berkarya lagi;) tfs ya Teh
ReplyDeleteSudah lama gak ngeliat tarian daerah, Indrawati Lukman memang sudah punya nama ya, terkenal sejak dulu :) Eh folbek ya blog nya xixixi
ReplyDeleteWaaa, Bandung akan rame setiap harinya nih.
ReplyDeletekemarin saya lihat pembukaannya di IG story kang emil seruuu ya. Boleh di share ke grup KEB Bandung teh yang map venue nya sama kalau ada jadwal acaranya... supaya ada bahan membahagiakan diri dan keluarga nih ehehehe. NUUHUUNNNN
ReplyDeleteudah lama banget saya ga liat acara semacam ini, duh kangen masa smk dulu yang rajin ikutan acara seni
ReplyDeleteSelalu salut dengan pergerakan dan energi-energi positif dari Bandung :)
ReplyDeleteBandung kereen.. *dari aku yang orang Padang, :D
ReplyDeleteBagus nih, Vi. Harus ada yg bisa angkat lagi kesenian daerah dalam tulisan. Keep writing n sharing ^^
ReplyDeleteAsik, asik! Browsing2 acara pertunjukan teater. Udah lama kering pisaaan, ga mengapresiasi kesenian.
ReplyDeleteKarena aku gak punya jiwa seni, kadang suka bingung gitu teh...
ReplyDelete"Ini maksudnya apa"
Jadi malu sendiri kalau sudah begitu. Dieemm aja.
Numpang ya min ^^
ReplyDeleteAyo buruan bergabung di www,kenaripoker
Bonus 50% hanya deposit Rp 10.000 sudah bisa mainkan banyak game disini, TO rendah tidak menyekik player, server baru dengan keamanan dan kenyamanan yang lebih!
hanya di kenaripoker
WHATSAPP : +855966139323
LIVE CHAT : KENARIPOKER COM
ALTERNATIVE LINK : KENARIPOKER COM
https://coveruditch.livejournal.com/
ReplyDeletehttps://coveruditchmegacon.hatenablog.com/
http://coveruditchmegacon.over-blog.com/
https://coveruditchmegacon.edublogs.org
http://mytripjournal.com/coveruditchmegacon
http://coveruditchmegacon.bravesites.com/