![]() |
Sumber foto: MatahariMall |
Pada
suatu pagi selesai hujan yang berangin, Ayah mengetuk pintu rumah saya. Tidak
biasanya. Setiap pagi Ayah memang datang ke rumah untuk mengecek persediaan air
bagi dua kontrakan di depan rumah saya lalu pergi begitu saja. Sangat jarang
Ayah mampir ke rumah atau sekadar duduk melepas lelah. Rupanya Ayah membawakan
paket berisi jam dinding yang sudah beberapa hari saya tunggu-tunggu.
Dengan
rasa ingin tahu seperti anak-anak, Ayah menunggu saya membuka paket tersebut.
Betapa herannya Ayah ketika melihat sebuah jam dinding berangka romawi yang
nampak klasik. Ayah kemudian berkata, baik buat saya punya jam dinding
mengingat kebiasaan saya yang suka terlambat. Sebelum pulang, Ayah membantu
saya memaku dinding rumah yang tebal. Kami sama-sama memandangi jam dinding
tersebut dengan rasa puas yang ganjil.
Semenjak
kehadiran jam dinding itu, saya jadi sering melihat waktu ke arah tembok
ketimbang melirik gawai atau ujung bawah laptop. Ada kenangan masa kecil
menyelinap tanpa diundang setiap kali saya melakukannya. Saya termasuk generasi
yang dibesarkan dengan kehadiran jam dinding sebagai penunjuk waktu. Teringat
ketika setiap malam saya diam-diam membaca buku novel atau komik sampai larut
malam atau dini hari. Sesekali Mama memeriksa apakah saya sudah lelap atau
masih terjaga. Biasanya saya akan pura-pura tidur. Paginya, saya terbangun oleh
jeritan Mama yang mengingatkan saya untuk bersiap pergi ke sekolah. Waktu sudah
menunjukkan jam 6 pagi. Saya akan mengukur waktu salat dan mandi sekitar 15
menit. Seringkali saya gagal karena berlama-lama bermain air di kamar mandi.
Ada tiga perubahan yang saya rasakan dengan kehadiran jam
dinding berangka romawi tersebut. Pertama, saya tidak perlu menyentuh gawai
sehabis mandi dan harus mencuci tangan untuk mengoleskan pelembab ke wajah.
Kedua, jika ada kawan yang bertamu cukup lama dan saya rasa sudah waktunya ia
pulang, saya tinggal melirik jam. Salah satu kebiasaan manusia yang cukup unik
adalah jika sedang berkumpul dan seseorang melihat ke suatu arah maka orang di
sekitarnya akan spontan mengikuti pandangan seseorang itu. Maka ketika saya
melirik jam dinding, kawan saya akan melihatnya juga. Dia akan segera sadar
bahasa tubuh saya untuk sekadar mengingatkan bahwa sudah waktunya ia undur
diri. Ini tidak mungkin dilakukan jika saya melihat gawai atau sudut bawah
laptop. Kawan saya mungkin hanya menangkap pesan kalau saya mengecek media
sosial saja. Ia juga akan spontan membuka gawainya tanpa mengerti maksud saya
yang sebenarnya. Dan perubahan ketiga adalah saya lebih sadar kehadiran waktu.
Bonus lainnya, Mama angkat saya yang menyarankan untuk memasang jam dinding
tersenyum senang karena keinginan beliau saya gubris.
Meski
kehadiran jam dinding itu menimbulkan semacam kegembiraan anak kecil memiliki
mainan baru pada diri saya, tak serta merta membuat saya jadi disiplin seperti
diucapkan Mama angkat saya. Ya, itu sih kembali ke niat saya untuk berubah.
Harga jam dinding minimalis
itu memang tidak seberapa jika saya ingat-ingat. Nilainya melebihi harga
nominalnya. Jam dinding itu menjadi sahabat baru saya mengarungi hari. Setiap
bunyi yang timbul adalah setiap detik yang saya lewati dalam hidup. Ketiga
perubahan di atas saya rasakan semenjak kehadiran jam dinding beberapa hari
ini. Entahlah jika jam dinding itu lebih lama menemani saya. Mungkin ia akan
sering berteriak-teriak girang atau kesal menyaksikan keseharian saya.
Berteriak girang setiap kali saya bergegas dan bersemangat melakukan sesuatu
yang bermanfaat. Dan menjerit kesal setiap saya bermalas-malasan. Semoga saja
jam dinding sahabat baru saya itu tidak bosan mengingatkan saya betapa waktu
tak pernah menunggu. Tak pernah menyesal. Tak pernah peduli. Kendatipun ia
serupa lingkaran yang bergerak dari satu titik dan akan kembali ke titik
tersebut.
iya ya dulu ga perlu cek gawai pasti kita sering melototin jam y mba sekarang mungkin jam juga sedih krn kita uda lama ga memandangnya penuh arti :)
ReplyDeleteSy jg mulai jarang lirik gawai utk lihat jam, soalnya udah punya jam dinding yg dibeli dari job review :-)
ReplyDelete