![]() |
Sekotak cerita dari berbagi makanan nasi kotak Jumat Berkah |
Saya
memulai gerakan berbagi makanan nasi kotak Jumat Berkah ini sejak bulan
Februari 2024. Apa dan bagaimana latar belakangnya bisa dibaca di sini Sekotak Cerita dari Berbagi Makanan Nasi Kotak Jumat Berkah Bagian 1.
Ciporeat, Ujung Berung
Bulan
Juni 2024, saya pindah ke Ciporeat, Ujung Berung. Niatnya agar tidak terlalu
jauh dari kampus. Saya tinggal di sebuah komplek yang uniknya masih dikelilingi
sawah dan kebun. Buat saya, ini pemandangan mewah di Kota Bandung. Wangi pandan
tercium saat para petani mulai menanam padi. Galur-galur padi yang hijau kian
hari kian menguning. Di samping itu, masih terbentang lahan-lahan kosong yang
dihuni tanaman perdu. Menariknya, ada sebuah lapangan kecil yang kerap dipakai
bermain anak-anak yang tinggal di luar komplek.
![]() |
Persawahan di antara komplek |
Jalan
menuju komplek tempat saya tinggal merupakan jalan kecil yang di mulutnya
terdapat pangkalan ojeg. Meski disebut sebagai wilayah ‘red zone’, para ojeg di
sini cukup fleksibel. Saya perhatikan, mereka sepi konsumen. Di era digital,
kondisi seperti ini sulit dihindari. Batas antara komplek dan sawah terdapat
perumahan padat penduduk. Berbaris rumah-rumah petak kecil. Pemandangan masyarakat
ekonomi kelas bawah seperti ini sebetulnya familiar buat saya yang dibesarkan
di daerah Nyengseret, Tegallega.
![]() |
Salah satu rumah petakan di Ciporeat |
Kondisi
perekonomian memang sedang lesu, diperkuat dengan tidak meratanya tingkat
pendidikan telah menciptakan kesenjangan sosial yang nyata. Barangkali kita
bisa bilang, agar taraf hidup meningkat, siapa pun dituntut menjadi inovatif
dan kreatif. Namun apakah bisa berpikir lebih ketika kebutuhan paling dasar saja
yaitu makan tidak terpenuhi dengan baik? Analoginya, kamu sedang lapar tapi
harus mengerjakan teka-teki silang atau soal Fisika atau matematika. Bisa? Bisa
tapi tidak maksimal.
SDM Berkualitas dan Akses Pangan
Kita
mungkin pernah mengeluh kalau Indonesia kapan naik tingkat dari negara
berkembang? Kalau menurut WTO, Indonesia sudah masuk negara maju, loh.
Sayangnya, indikator lain yaitu Human Development Index atau HDI menggolongkan
Indonesia sebagai negara berkembang. Negara maju selalu ditopang oleh sumber
daya manusia yang unggul. Pertama-tama, sebagai manusia agar unggul, kita mesti
sehat secara fisik dan mental. Kesehatan fisik dan mental dapat dibangun dengan
asupan pangan yang bergizi, aman, beragam, dan berkelanjutan. Namun kondisi
saat ini, jangankan memikirkan makanan bernutrisi, bagi kebanyakan masyarakat
kelas bawah bisa makan yang kenyang saja sudah cukup.
Ketahanan
pangan yang kerapkali digembor-gemborkan hari ini bukan hanya soal ketersediaan
makanan; ini tentang memastikan setiap orang dapat menikmati makanan bergizi
setiap hari. Percayalah, pangan yang bergizi tak hanya menciptakan individu
yang produktif, tetapi juga memperkuat fondasi bangsa yang lebih sehat dan
mandiri dalam jangka panjang.
Keterbatasan
akses ke pangan kontradiktif dengan food waste yang juga banyak terjadi
di wilayah perkotaan. Berdasarkan laporan dari United Nations Environment
Programme (UNEP) berjudul Food Waste Index 2021, jumlah limbah
makanan di Indonesia mencapai 20,93 juta ton setiap tahunnya. Sederhananya
distribusi makanan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Solusinya,
bagaimana agar makanan yang seharusnya tidak terbuang ini sampai kepada mereka
yang membutuhkan? Agar pada akhirnya, gizi setiap orang dapat terpenuhi
sehingga SDM berkualitas bukan hanya angan-angan.
Gerakan Berbagi Cinta Lewat Makanan Nasi Kotak Jumat Berkah
Melalui
tulisan ini, saya memberanikan diri untuk mengajak teman-teman dalam gerakan
berbagi cinta lewat makanan nasi kotak Jumat Berkah. Gerakan ini dimaksudkan
untuk:
- Menjangkau yang Membutuhkan: Memberikan makanan bergizi secara langsung kepada yang membutuhkan, terutama mereka yang memiliki keterbatasan akses pangan.
- Mengurangi Limbah Pangan: Kita bisa mengurangi limbah pangan dan mengoptimalkan distribusi makanan.
- Menguatkan Solidaritas Sosial: Dengan gerakan berbagi, kita memperkuat solidaritas antarsesama, mengedepankan kepedulian, dan saling berbagi untuk ketahanan pangan yang lebih luas.
Saya
mengajak siapa pun untuk berdonasi dalam gerakan Jumat Berkah berbagi nasi
kotak, yang saya fokuskan di daerah Ciporeat, Ujung Berung. Bentuk donasi
terbagi menjadi dua:
Pertama,
donasi berupa bahan-bahan makanan. Pada mulanya, saya hanya
menerima donasi berupa uang yang kemudian saya belikan bahan-bahan makanan. Namun,
dengan pertimbangan food waste tadi, teman-teman dapat mengirimkan bahan
makanan di rumah yang berlebih atau mendekati kadaluarsa maksimal 2 minggu
sebelum tanggalnya. Teman-teman bisa mulai cek kulkas atau tempat penyimpanan
makanan, barangkali ada coklat segambreng yang dianggurin gara-gara mulai diet.
He he. Bagi teman-teman yang ingin mengirimkan bahan makanan bisa menghubungi
saya lewat WA untuk alamat tujuan.
Kedua,
donasi berupa uang. Satu paket nasi kotak berharga Rp20.000. Bagi
yang ingin berpartisipasi, bisa mengirimkan donasinya melalui rekening BCA
1761407584 atas nama Evi Sri Rezeki. Untuk konfirmasi transfer, silakan hubungi
saya melalui WhatsApp di 081221901124.
Perlu
diketahui bahwa saya tidak mendokumentasikan kegiatan pembagian nasi. Setiap
Jumat, saya hanya mengirimkan foto nasi kotak yang terkumpul tanpa memfoto
penerimanya, karena saya merasa itu kurang etis. Saya sangat berterima kasih
kepada para donatur yang tidak pernah meminta dokumentasi lebih dari itu,
karena gerakan ini murni didasari oleh kepercayaan. Alhamdulillah, kepercayaan
ini terus terjaga.
Para Penerima Manfaat
Saya
dan kawan-kawan memasak dan membagikannya sendiri setiap hari Jumat. Biasanya
kami akan berkeliling dengan rute ke pangkalan ojeg, baru ke rumah-rumah petak.
Dalam perjalanan tersebut, kami akan memberikan nasi kotak kepada pedagang
keliling yang berpapasan. Saya melihat binar di mata setiap orang yang kami
bagi makanan. Mereka mengucapkan terima kasih dan doa yang tulus. Bagitulah
kasih sayang mengalir, sebab sejatinya makanan adalah bahasa cinta yang
universal. Ini disebut gerakan karena kita melakukannya bersama-sama. Dan
teman-teman adalah bagian dari aliran cinta tersebut.
Surat Cinta dari Donatur kepada Penerima Manfaat
Sejatinya
kata-kata memiliki kekuatan yang tak terhingga. Kata-kata dapat mengubah
pandangan seseorang, memberikan sudut pandang kesadaran, dan bisa menyampaikan
kasih sayang. Atas dasar hal tersebut, kami mengajak para donator untuk
menuliskan surat cinta pendek kepada para penerima manfaat yang nantinya
berbentuk kompilasi. Surat cinta ini akan kami tempel di kotak makanan.
![]() |
Surat cinta dari para donatur kepada penerima manfaat |
Paduan
antara makanan dan kalimat penyemangat dari para donator kepada para penerima
manfaat menjadi jembatan komunikasi untuk menyampaikan bahasa cinta yang lebih
menggetarkan. Dengan begitu, kami mengharapkan komunikasi kecil ini akan
membawa dampak perubahan yang lebih signifikan baik kepada para donator maupun
para penerima manfaat. Sebab sebuah perubahan besar selalu dimulai dari
langkah-langkah kecil.
No comments:
Post a Comment