![]() |
1 Tahun Gerakan Pangan Jumat Berkah |
Satu pagi di hari Jumat pada bulan Februari 2024, perut saya melilit, seperti ada tali yang dikencangkan perlahan. Pagi itu bukan sebuah rutinitas saya terbangun, akan tetapi saya memang tidak tidur semalaman. Menahan lapar. Sudah lebih dari 24 jam. Sesekali, saya menekan bagian bawah tulang rusuk, seolah-olah perilaku itu bisa meredakan kekosongan yang semakin menusuk. Tenggorokan saya kering, dan aroma makanan yang datang dari warung pinggir membuat ludah saya menumpuk tanpa bisa ditelan.
Bagi saya, lapar bukan sekadar rasa kosong di perut. Ia hadir dalam kelemahan yang menjalar ke ujung jari, pucat dan dingin. Dalam kepala yang mulai berkunang-kunang seolah dunia berputar keluar dari porosnya. Lapar mengada dalam harapan yang perlahan menipis seiring lenyapnya seluruh bahan makanan yang ada di rumah. Rasa lapar menjadi bahan bakar kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan.
Beranjak siang, seorang sahabat datang tergopoh-gopoh ke rumah, menyodorkan dua buah nasi kotak. “Makanlah. Satu lagi buat nanti malam,” kata Mira, sahabat saya yang tengah mengadakan Jumat Berkah, sebuah sebutan umum pembagian makanan setiap Jumat. Saya makan dengan lahap sambil menahan tangis. Bagi saya yang bekerja di sektor informal sebagai freelance, uang tidak selalu tersedia. Berjibaku dengan berbagai tagihan membuat saya semakin putus harapan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar pun saya tidak mampu. Nasi kotak siang itu adalah sekotak kasih sayang dan harapan yang membuat saya sedikit melihat masa depan.
Sejak itu pula saya bertekad untuk membuat sebuah Gerakan Pangan Jumat Berkah di lingkungan tempat saya tinggal. Di mana pun itu. Sebab di sudut jalan sana, ada pedagang-pedagang makanan keliling sedang duduk bersandar di gerobaknya yang belum banyak berkurang isinya. Mereka telah berkeliling sepanjang hari. Mereka membiarkan perutnya berbunyi pelan—protes yang tak bisa ia jawab—karena makanan itu harus terjual demi keluarganya.
Di seberang jalan, ada tukang-tukang ojek menggenggam gagang motornya erat. Mereka menunggu, tetapi sepi penumpang. Angin sore mengusik jaket tipis mereka, membuat tubuh menggigil lebih dari sekadar kedinginan—lebih karena tenaganya yang makin terkuras tanpa asupan. Mereka menarik napas dalam, menahannya sejenak, berharap itu bisa mengisi sedikit kehampaan di perutnya.
Para pedagang keliling dan para tukang ojeg adalah mereka yang bekerja di sektor informal seperti saya. Mereka yang dinilai masih produktif namun tidak memiliki jaminan kerja, penghasilan stabil, atau perlindungan sosial seperti buruh formal. Di tempat lain, ada para lansia, di usia mereka yang seharusnya dipenuhi ketenangan, mereka justru hidup dalam ketidakpastian. Tidak ada jaminan apakah esok mereka bisa makan dengan layak. Tidak ada kepastian apakah mereka akan melewati malam dengan perut yang sedikit lebih nyaman. Yang ada hanyalah harapan kecil—bahwa mungkin, di suatu tempat, masih ada yang peduli. Mereka merupakan sekelompok contoh kecil yang rentan secara ekonomi. Mereka bukan peminta-minta tapi mereka layak dibantu setidak-tidaknya sekali dalam seminggu mendapatkan makanan untuk asupan gizi agar mereka lebih produktif.
Cerita awal Gerakan Pangan Jumat Berkah ini sudah saya tulis dalam dua catatan sebelumnya: Sekotak Cerita dari Berbagi Makanan Nasi Kotak Jumat Berkah Bagian 1 dan Bagian 2. Dan inilah cerita perjalanan kasih sayang dan harapan dalam sekotak nasi selama setahun.
Cakupan Geografis dan Penerima Manfaat Gerakan Pangan Jumat Berkah
Gerakan Pangan Jumat Berkah mulai di Gang Binong Jati dari Februari – Juli 2024. Pada bulan Juni – Agustus 2024, gerakan diadakan di dua tempat yaitu Binong Jati dan Ciporeat (Andir Tengah, Ujung Berung). Kemudian sejak September 2024, fokus di Ciporeat. Pertimbangan saya sederhana, sebab sekarang saya tinggal di sini. Saya kemudian mempelajari seluk-beluk wilayah padat penduduk ini dan mengetahui bahwa begitu banyak pihak yang rentan.
![]() |
Cakupan geografis penyebaran makanan Gerakan Pangan Jumat Berkah |
Mulai Januari 2025, Gerakan Pangan Jumat Berkah bekerja sama dengan RT dan RW setempat untuk melakukan pendataan yang lebih rinci, sehingga penyaluran makanan dapat lebih tepat sasaran dan menjangkau lebih luas. Saat ini, ada 142 orang prioritas penerima manfaat, yang meliputi lansia, janda, penyandang stroke, ibu hamil, penyandang disabilitas, yatim, piatu, yatim piatu, ODGJ, dan para pekerja sektor informal atau mereka yang tidak punya pekerjaan sebagai Masyarakat prasejahtera. Selain itu, kami tetap memberikan perhatian khusus kepada ojeg pangkalan, pedagang keliling, dan tukang parkir sebanyak kurang lebih 30 orang.
![]() |
Para penerima manfaat Gerakan Pangan Jumat Berkah |
Komunitas tunawisma dan lansia yang tinggal sendiri menjadi penerima manfaat karena selama ini terpinggirkan. Kini mereka memiliki tempat untuk berbagi cerita dan menerima kepedulian. Setiap kotak makanan yang mereka terima bukan sekadar asupan untuk bertahan hidup, tetapi juga tanda bahwa mereka tidak dilupakan.
Gerakan ini juga merangkul anak-anak yatim, piatu, yatim-piatu yang tidak tinggal di panti serta anak-anak keluarga kurang mampu. Mereka yang masih dalam masa pertumbuhan, yang seharusnya mendapatkan asupan gizi yang baik.
Lalu ada kelompok yang sering kali luput dari perhatian: para penyandang disabilitas. Mereka menghadapi tantangan ganda—bukan hanya keterbatasan fisik atau sensorik, tetapi juga kesulitan ekonomi yang mempersempit kesempatan mereka untuk hidup layak. Bagi mereka, bantuan ini bukan hanya tentang sekotak nasi, tetapi juga pengakuan bahwa mereka tetap dihargai dan tidak dibiarkan berjuang sendirian.
Terbentuknya Sebuah Tim dan Uluran Tangan dari Para Donatur untuk Menjawab Tantangan
Pertama-tama, saya bekerja sendirian dalam menyiapkan logistik. Titik yang dibagikan pun hanya di pangkalan ojeg Ciporeat dan pedagang keliling yang berjualan di sekitar komplek.
![]() |
Terbentuknya tim Gerakan Pangan Jumat Berkah |
Tantangan yang dihadapi agar gerakan ini tetap konsisten secara garis besar ada dua: menyiapkan logistik dan pendanaan. Jika saya memasak, menyiapkan, dan membagikannya sendiri, tentu ini hal yang sulit. Maka saya kemudian meminta bantuan sahabat-sahabat yang bersedia menjadi volunteer. Alhamdulillah uluran tangan berdatangan. Mulai dari seorang, dua orang, hingga empat orang. Mereka adalah Maulina, Kang Dedi, Kartina, dan Minke. Minggu demi minggu kami lewati, tanpa kami sadari, kami telah membentuk sebuah tim. Memang tidak setiap minggu kami mengerjakannya bersama-sama, ada saatnya tim dapur hanya dua sampai tiga orang. Alhamdulillah kami tetap bisa menyiapkannya dengan baik.
Tantangan berikutnya adalah pendanaan. Pada tulisan pertama, saya bercerita bahwa saya memiliki sahabat di Bali yaitu Mbak Hanila, dan kakak saya, Yunis, yang menjadi donator tetap dari awal gerakan ini. Seiring berjalannya waktu saya memberanikan diri untuk mengundang donatur lewat media sosial. Lewat unggahan sederhana, banyak orang yang awalnya hanya sekadar membaca akhirnya tergerak untuk ikut serta. Baik sebagai donatur maupun ikut menyebarkan postingan sehingga memperluas jangkauan dan memperbesar penerimaan donasi. Alhamdulillah kini ada beberapa donatur tetap lainnya.
![]() |
Tantangan Gerakan Pangan Jumat Berkah adalah pendanaan |
Seiring bertambahnya penerima manfaat, kebutuhan pangan pun meningkat. Namun, tidak setiap minggu donasi mengalir dengan jumlah yang sama. Ada kalanya makanan berlimpah, tetapi ada pula pekan-pekan ketika tim harus berjuang mencari sumber dana agar gerakan tetap berjalan.
Ketidakpastian ini memaksa tim untuk berpikir lebih jauh. Bagaimana memastikan Jumat Berkah tetap hidup meski donasi tidak selalu stabil? Dari sini, berbagai inisiatif muncul: membuka donasi rutin berupa uang dan makanan yang mendekati kadaluarsa. Kami juga berinisiatif donasi yang terkumpul dapat dibagikan untuk dua sampai empat pekan. Sehingga jumlah nasi kotaknya cukup merata dalam satu bulan.
Sepucuk Surat kepada Penerima Manfaat
Gerakan Pangan Jumat Berkah ini pada dasarnya menyampaikan kasih sayang dari tim dan para donatur kepada para penerima manfaat untuk menyalakan api harapan. Awalnya, kami meminta sapatah-dua patah kata dari donatur yang kami cantumkan dalam surat. Namun, kerapkali para donatur menyerahkan pesan-pesan pada kami. Maka seiring berjalannya waktu, kami tidak lagi meminta pesan kepada para donatur tetapi surat kami tulis untuk mewakili semua pihak.
![]() |
Salah satu surat kepada penerima manfaat |
Surat yang diselipkan dalam nasi kotak ini menyemangati para penerima manfaat agar tetap optimis menjalani kehidupan. Bahwa harapan selalu ada dalam kesulitan apa pun. Bahwa mereka tidak sendirian dan dilupakan.
Satu kali, seorang ibu pengumpul rongsok berkata pada kami, “Neng, Kang, makasih ya suratnya inspiratif. Itu kisah saya banget. Saya jadi semangat.” Mendengarnya kami sempat tertegun. Ucapan senada juga datang dari para ojeg pangkalan. Ternyata surat-surat itu berhasil menyentuh hati seperti nasi kotak berisi makanan.
Perayaan 1 Tahun: Merayakan Keberkahan dan Harapan
Setahun telah berlalu sejak Gerakan Pangan Jumat Berkah pertama kali dimulai. Dari langkah kecil, kini gerakan ini telah menjadi jembatan harapan bagi banyak orang. Setiap nasi kotak yang dibagikan bukan hanya sekadar santapan, tetapi juga simbol solidaritas dan kepedulian yang terus tumbuh.
Statistik Perjalanan: Angka yang Bercerita
Dalam satu tahun ini, gerakan telah:
✅ Membagikan 1.688 porsi makanan kepada mereka yang membutuhkan.
✅ Didukung oleh tim terdiri dari 5 orang yang bekerja untuk memastikan gerakan ini terus berjalan.
✅ Mendapat dukungan dari 59 donatur, yang percaya dan ikut berkontribusi dalam misi kebaikan ini.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi bukti nyata bahwa setiap kepedulian, sekecil apa pun, dapat membawa perubahan besar.
Peringatan Sederhana, Kebahagiaan yang Nyata
Sebagai ungkapan syukur, perayaan satu tahun gerakan ini dilakukan dengan cara yang paling bermakna: berbagi kebahagiaan langsung dengan mereka yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini.
Tidak ada pesta mewah, tidak ada panggung besar—hanya kebersamaan, doa, dan senyuman yang tulus. Makanan yang dibagikan berupa menu Istimewa selama bulan Februari ini. Kami juga akan mengajak para penerima manfaat berbagi kisah tentang bagaimana gerakan ini telah membantu mereka melewati hari-hari sulit.
Evaluasi dan Langkah Ke Depan
Satu tahun ini juga menjadi momen refleksi. Apa yang telah berjalan dengan baik? Apa yang masih bisa ditingkatkan? Tim melakukan evaluasi menyeluruh, mengidentifikasi cara untuk:
🔹 Meningkatkan jangkauan distribusi ke wilayah yang lebih luas.
🔹 Membangun sistem pendanaan yang lebih berkelanjutan agar gerakan tetap berjalan stabil, tanpa terlalu bergantung pada donasi yang naik turun.
🔹 Melibatkan lebih banyak donatur dan relawan, termasuk mereka yang pernah menjadi penerima manfaat agar mereka juga dapat berbagi.
Satu tahun ini hanyalah awal. Dengan semangat dan kepedulian yang terus tumbuh, Gerakan Pangan Jumat Berkah akan terus melangkah, memastikan bahwa tidak ada yang harus menghadapi kelaparan sendirian. Karena berbagi bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menciptakan harapan.
Ucapan Terima Kasih dari Hati yang Terdalam kepada Para Donatur
Dari lubuk hati yang paling dalam, kami, tim Gerakan Pangan Jumat Berkah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 59 donatur luar biasa yang telah menjadi bagian dari Gerakan Pangan Jumat Berkah.
Setiap porsi makanan yang telah kami bagikan—sebanyak 1.688 porsi—adalah bukti nyata dari kepedulian dan kebaikan hati teman-teman semua. Tanpa dukungan dari para donatur, gerakan ini tidak akan mampu menjangkau saudara-saudara kita.
Kami telah melihat mata yang berbinar penuh haru saat menerima sekotak nasi. Kami telah mendengar doa-doa yang lirih dipanjatkan untuk kebaikan teman-teman. Kami telah merasakan betapa sebuah pemberian sederhana bisa berarti begitu besar bagi mereka yang membutuhkan.
Kebaikan yang teman-teman tanam telah tumbuh menjadi harapan. Dan harapan ini akan terus kami rawat, agar semakin banyak tangan yang terulur, semakin banyak senyum yang hadir, dan semakin banyak hati yang merasa dicintai.
Semoga setiap kebaikan yang teman-teman berikan, kembali kepada teman-teman dengan berkah yang berlipat. Terima kasih telah menjadi cahaya. Terima kasih telah percaya pada kebaikan. Terima kasih telah berbagi.
Gerakan Berbagi Kasih Sayang Melalui Nasi Kotak Jumat Berkah
Sebagai penutup, melalui tulisan ini, kami kembali mengundang teman-teman untuk turut serta dalam gerakan berbagi kasih sayang melalui nasi kotak Jumat Berkah. Donasi dapat diberikan dalam tiga bentuk:
Donasi Kontribusi Penyebaran
Salah satu bentuk donasi yang sangat berarti adalah dengan menyebarkan informasi tentang Gerakan Pangan Jumat Berkah. Dengan membagikan cerita ini kepada teman, keluarga, atau komunitas teman-teman, kita dapat menjangkau lebih banyak orang yang ingin berkontribusi, baik sebagai donatur, relawan, maupun penerima manfaat. Setiap pesan yang teman-teman sebarkan adalah langkah menuju kebaikan yang lebih besar. Mari bersama-sama memperluas jangkauan kepedulian ini.
Donasi Bahan Makanan
Demi mengurangi food waste, kini teman-teman dapat menyumbangkan bahan makanan berlebih di rumah atau yang mendekati masa kedaluwarsa (maksimal 2 minggu sebelum tanggalnya). Bagi yang ingin berkontribusi dengan bahan makanan, silakan hubungi kami melalui WhatsApp 081221901124 untuk mendapatkan alamat tujuan.
Donasi Uang
Setiap paket nasi kotak memiliki harga Rp20.000. Jika ingin berpartisipasi, donasi dapat dikirimkan melalui rekening BCA 1761407584 a.n. Evi Sri Rezeki. Setelah transfer, harap konfirmasi melalui WhatsApp di 081221901124.
Selama setahun ini, ujian datang silih berganti, semangat berbagi tetap menjadi nyala yang tak padam. Setiap tantangan yang muncul justru menjadi alasan untuk terus berkembang, mencari solusi, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam lingkaran kebaikan ini.
No comments:
Post a Comment