Miura besar |
Miau … miau … miau ….
Suara-suara kucing mengeong dari atas atap.
Ternyata Miura, kucing saya yang paling besar baru saja melahirkan empat ekor bayi
kucing. Ini agak aneh sih, mengingat kucing selalu melahirkan anak berjumlah
ganjil (hanya Tuhan yang tahu kenapa?). Atau bisa jadi satu ekor lagi udah mati?
T.T
Melihat bayi-bayi kucing itu, saya jadi
teringat Miura kecil. Saya mengurus Miura enggak dari bayi. Jadi ceritanya,
waktu Miura masih sangat mungil, mungkin usianya baru sebulan, Miura lagi
digendong anak-anak kecil gang sebelah rumah. Kadang-kadang, anak-anak bisa
jadi makhluk yang enggak berperasaan, Miura dimainin setengah disiksa gitu.
Saya, Eva, dan Rasi melihatnya jadi kasihan. Apalagi Miura mengeong, matanya
berkaca-kaca minta banget diselamatkan.
Katanya, “Miau … tolongin akuh … miau ….”
Jiwa superhero kami bertiga terpanggil.
Muncullah SuperCat, SuperNib, dan SuperPa. Fyi,
SuperCat itu adalah Rasi, SuperNib itu saya, SuperPa itu Eva. Dengan kekuatan
super, kami berhasil menyelamatkan dunia! Emm … maksudnya Miura.
SuperPa: De,
itu kucingnya punya siapa?
Anak
1:
Nggak tahu, Teh.
Anak
2:
*ekspresi galak* kenapa?
SuperNib: E …
enggak kok. Kasian kucingnya.
Anak
3:
Biarin! Weee … biarin! *bawa-bawa lidi*
SuperCat:
Kucingnya buat aku aja, boleh? *tersenyum penuh pesona*
Anak-anak: *mata
berbunga-bunga lihat Rasi* Boleh!
Nah, gitu persis ceritanya bagaimana kami
menyelamatkan Miura :D Berhubung kami baik hati dan berperikekucingan, kami
lepaskan Miura.
Miura kecil |
Besoknya, Eva dan Rasi jalan-jalan ke warung
dan melihat Miura luntang-lantung di sekitaran sana. Tanpa sadar, Rasi lari
menghampiri Miura dan berkata, “Ma, itu kucing yang kemarin.”
“Oh iya ya,” ujar Eva sambil memerhatikan
dengan saksama kucing cantik itu.
“Boleh aku bawa pulang?” tanya Rasi dengan
mata persis Miura.
“Bener Rasi mau ngurusnya?”
“Bener!”
Akhirnya Miura dibawa pulang sama Eva dan
Rasi, tinggal bersama-sama kami di rumah kembar. Btw, Miura itu singkatan dari MIU (kucing) RAsi hehehe ….
Miura sering disangka kucing peranakan karena
bulunya tebal dan berdiri itu. Untuk menjaga keindahan bulu Miura, kami enggak
menggunakan trik khusus. Kami memberinya makanan kucing berupa nasi dan
pindang, paling sesekali memberi makanan kaleng. Kami juga hanya sesekali
memandikan Miura, maksimal dua bulan sekalilah.
Sebagai kucing, Miura termasuk penakut dan
rumahan. Padahal, kami enggak mengurung Miura buat selalu di rumah lho. Dia
boleh jalan-jalan keluar. Lagian kucing tuh bisa hapal jalan pulang ke rumah.
Menginjak usia kedelapan bulan, Miura mulai sering jalan-jalan keluar lewat
atap. Kucing-kucing jantan juga sering berdatangan. Gini nih susahnya punya
kucing gadis, banyak yang ngapelin -__-*
Sebulan kemudian, Miura hamil! Aaak Miura
kami yang imut dan lucu udah gede saja! Usia kehamilan kucing itu berkisar
sembilan minggu. Hitungannya seminggu buat sebulannya manusia. Dan yah,
kelahiran kucing pertama kali biasanya anaknya cuma seekor. Anak pertama Miura,
kami beri nama Miusi (MIU raSI). Berhubung Eva dan Rasi mesti pindah ke Bogor, saya
ditugaskan mengurus Miura dan Miusi.
Kalau dihitung-hitung, Miura udah beranak
empat kali. Generasi pertama,
anaknya itu ya Miusi. Miusi itu termasuk kucing yang paling kuat. Waktu umurnya
sebulan, dia udah bisa manjat-manjat genting dan loncat dari genting ke bawah.
Kalau ada kucing garong, Miusi berani berantem dong! Miusi hidup sampai umur
setahun, begitu masa akil balignya, Miusi hamil. Sayangnya, anak Miusi mati.
Dia jadi stress berat dan mati T.T
Miura dan Miusi bayi |
Generasi
kedua, Miura beranak lima, namanya Miu Kopi, Miupa, Miupi,
Miuna, dan Miufu. Setiap masa lahiran, ada semacam seleksi alam buat kehidupan
anak-anak kucing. Biasanya anak-anak kucing itu terserang penyakit mata atau
herpes kucing. Dua ekor meninggal deh, Miupi dan Miu Kopi. Miufu menyusul
meninggal waktu umurnya enam bulan gara-gara salah makan hiks T.T Syukurlah
Miupa dan Miuna masih hidup sampai detik ini *\^^/*
Miura dan anaknya generasi kedua |
Miufu |
Miuna dan Miupa |
Generasi
ketiga, sepertinya Miura lagi dalam kondisi nakal tingkat Dewi
Kucing deh! Masa ya, dia enggak mau ngurus anak-anaknya yang berjumlah lima
ekor itu. Buat generasi ini, saya sengaja enggak ngasih nama. Niatnya nunggu mereka
mencapai umur tiga sampai empat bulan, keluar dari masa kritis. Eh malah mati
semua. Padahal saya udah berusaha ngasih susu formula buat bayi-bayi kucing
itu. Tetap saja sih butuh perawatan emak kucing.
---------------------------------------------- Enggak ada fotonya hiks -----------------------------------------
Generasi
keempat ini, Miura kembali bertanggung jawab sebagai emak
kucing. Sampai detik ini, dia masih menyusui dan memandikan anak-anaknya.
Doakan empat bayi kucing ini bisa hidup sampai besar ya ^_^
Aku lapaaar .... |
Ini di mana ya? |
Mama mana ya? |
Aku lagi difoto, mesti kelihatan cool! |
Ayo semuanya makan dulu |
wahahahaha, gue males sama kucing.
ReplyDeletekemarin bahkan gue hampir nabrak binatang itu.
kucing nyebrang main asal nyebrang aja -_____-
Iya nggak apa-apa, tiap orang beda ^^
Deletehehe, yang foto aku lapar itu cakep banget, mba. masih imut ya, kalo udah gede biasanya lebih galak tampangnya. :D
ReplyDeleteIya yang itu kesayangan aku juga. Cakep :D
Deletehehehehe...saya takut kucing sampe sekarang,kalau lagi makan di warung,tiba2 ada kucing dibawah,sellau teriak,kaget,takut digigit >_<
ReplyDeleteKucing jarang ngegigit, Mbak. Pelan-pelan aja elus mereka ^_^
DeleteCakep-cakep kucingnya... dan itu yang Miufu bulunya cantik banget, Mbak :)
ReplyDeleteIya sayang dia udah mati =(
DeleteKangen pengen miara kucing lagi
ReplyDeleteAyo-ayo Goiq pelihara lagi ^^
DeleteHai, Miuraaaa.. Kenalan dulu sama Kuro yuk! :D
ReplyDeleteAaaak mau lihat Kuro, dong *\^^/*
Delete