Workshop Gramedia Writing Project |
Seleksi menulis buat mendapat workshop gratis dan tiket menerbitkan
karya memang bukan hal yang baru di kancah dunia sastra. Berbagai penerbit
berlomba mengadakan acara dengan konsep begini untuk menjaring penulis, hmm …
katakanlah penulis baru yang berkualitas. Sudah dua tahun ini, penerbit Gramedia
juga mengadakan event keren bertajuk Gramedia Writing Project yang disambut
dengan antusias oleh para penulis. Hampir (hampir ya) setiap penulis punya
impian menerbitkan buku di penerbit mayor Gramedia.
Mula-mula, peserta harus memublikasikan sinopsis
dan beberapa bab karyanya di website GWP selama tengat waktu yang ditentukan. Saya
yang deadliners ini baru setor sinopsis dan bab satu seminggu sebelum penutupan
(kalau enggak salah lebih mepet dari itu -__-*). Karena pasti yang ikutannya
bejibun, saya enggak ngarep-ngarep banget terpilih. Konon katanya pesertanya
mencapai seribu dua ratus orang. Fantastis! Dilematis! Iya pastinya dilematis
buat para editor yang mesti menyaring cerita segitu banyak dengan berbagai
genre dalam waktu singkat. Pasti banyak banget cerita-cerita potensial yang
ciamik. Bocoran dari panitia, para editor sampai stres saking puyengnya milihin
finalis.
Bersaing dengan seribu dua ratus orang bukan
perkara gampang apalagi ketika saya sendiri kurang paham kriteria seperti apa
yang diinginkan para editor. Hampir nggak percaya ketika nama saya masuk
kedalam jajaran tiga puluh orang semi finalis Gramedia Writing Project batch 2.
Rasanya pengin sujud syukur ketika melihat nama saya dan Eva—kembaran saya—tertera
di sana. Kami sangat berharap dua-duanya masuk sebagai finalis. Pastilah seru
banget ketika mengikuti workshop bersama. Kali saja Gramedia melirik penulis
kembar sebagai sesuatu yang unik :D
Pengumuman seleksi Gramedia Writing Project tahap 1 |
Melihat jajaran nama yang tertera di
pengumuman membuat saya ciut. Gimana enggak, dua puluh sembilan penulis lain
telah menelurkan beberapa buku baik antologi maupun novel solo? Sementara saya
sendiri bukan termasuk kedalam penulis produktif yang bisa menerbitkan lebih
dari satu buku pertahun. Jujur saja, saya sampai enggak berani pengumuman
sana-sini karena takut enggak kepilih jadi sepuluh orang finalis.
Hari pengumuman tiba, saya dan Eva pura-pura
cuek sambil meredakan detak jantung yang kurang sinkron dengan wajah datar
kami. Dalam hati, “Kalau masuk, pasti pada mention
di Twitter atau Facebook.” Enggak berapa lama kemudian … saya mendapat tautan
dari beberapa teman dan ucapan selamat walaupun enggak seheboh pengumuman
pertama. Itu artinya … saya lolos sebagai finalis! Hmm … tunggu dulu, tunggu
dulu, kok Twitter dan Facebook Eva sepi ya? Ternyata Eva enggak lolos. Hiks
saya sedih banget. Impian Twins Attack
di GWP kandas sudah!
Pengumuman seleksi Gramedia Writing Project tahap 2 |
Beberapa hari kemudian, saya mendapat email
dari panitia yang mengabarkan tentang kegiatan workshop di Jakarta. Yeay! Selalu
bersemangat mengikuti pelatihan-pelatihan menulis. Sebuah grup Whatsapp juga
terbentuk yang berisi teman-teman finalis GWP 1 dan GWP 2. Kami saling
berkenalan dan berbagi pengalaman. Yang pasti sih, teman-teman GWP 1 menjadi
sasaran kepenasaran kami tentang pelatihan tersebut.
Naas banget saat pelatihan tiba, saya sedang
terserang penyakit perut parah yang didiagnosa dokter sebagai usus buntu
(padahal bukan). Rasanya sangat sayang banget melewatkan kesempatan sekali
seumur hidup itu. Saya memutuskan untuk datang ke Jakarta tepatnya tanggal
21-22 Maret silam itu dengan kondisi sakit.
Sesuai dengan instruksi panitia, semua
peserta diharapkan hadir pada jam tujuh di gedung Kompas Gramedia atau jam
delapan di Hotel Amaris. Tadinya saya berniat menginap di rumah teman sehari
sebelumnya, apa mau dikata saya terpaksa berangkat subuh-subuh dari Bandung. Saya berusaha menikmati pemandangan sepanjang jalan
tol Cipularang, tapi perjalanan kali ini terasa amat menyiksa. Saya cukup
beruntung karena mendapat tempat duduk di depan samping pak supir (yang sedang
bekerja). Pak supir ini sangat perhatian dan telaten dalam menyetir karena tahu
saya sedang sakit. Terima kasih pak supir ^_^
Saya tiba tepat pukul delapan di hotel
Amaris. Teman-teman peserta lain sudah duluan datang walaupun ternyata peserta
yang berangkat dari gedung Kompas Gramedia masih di jalan. Panitia menyambut
kami dengan ramah. Kami dipersilakan untuk menyimpan barang kemudian sarapan, saya pilih roti dengan selai Nutella saja.
Satu persatu wajah-wajah peserta lain yang
saya lihat di media sosial bermunculan. Ada Dadun yang kocak luar biasa, Dion
yang kelihatannya kalem padahal punya bakat playboy, Mak Catz yang keibuan,
Mpok Nima yang lucu dan menggemaskan, Icha yang cantik, Dian yang berani, Mama
Salsa yang rendah hati, Ayu yang enerjik, dan Mas DJ yang beridealis tinggi.
Kami mulai ngobrol dengan ceria ditemani santap pagi yang lezat.
Materi pertama “The Art of Story Telling”
disampaikan dengan menarik oleh Clara Ng. Nama Clara Ng sendiri sudah sering
saya dengar sebagai penulis andal. Etapi jangan bilang-bilang kalau saya belum
pernah baca satupun karyanya ya. Iya-iya, saya kurang up to date! Materi tersebut akan saya tulis di postingan terpisah.
Tenang, saya akan bagi-bagi ilmunya sama kamu ^_^
Clara Ng sedang memberi materi |
Jam dua belas, kami semua makan siang. Salah
satu keuntungan ikut pelatihan kayak gini memang perbaikan gizi. Sehabis itu
sesi materi “So You Want to Write” dari Clara Ng lagi. Selama dua sesi ini,
saya dibikin terkagum-kagum sama Clara Ng yang selain jago nulis, beliau juga
jago komunikasi. Caranya ngasih materi begitu lugas dan tuntas.
Materi ketiga disampaikan oleh Ci Hetih,
editor senior Gramedia. Katanya beliau ini semi cenayang yang bisa baca
karakter dan meralamkan masa depan penulis. Ci Hetih membahas tentang bagaimana
sebuah ide di dunia ini enggak ada yang benar-benar orisinil. Kamu harus
menjadi “pencuri yang baik” ketika menulis. Bingung? Hei, jangan salah sangka, pencuri
yang dimaksud Ci Hetih bukan penulis kopasan. Maksudnya, penulis harus cerdas mengambil
ide, membuat sudut pandang yang beda, dan mengembangkannya. Misalnya novel
Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi, dalam pandangan Ci Hetih telah menyatukan
minimal dua ide besar yaitu petualangan asrama (Harry Potter) dan anak kampung
yang bisa menggapai cita-cita hingga ke luar negeri (Laskar Pelangi). Kedua ide
besar tersebut diramu menjadi sesuatu yang baru dan orisinil.
Selain mengajari kami menjadi pencuri yang
baik, Ci Hetih juga mengajak kami mengenal kanon atau buku referensi wajib baca
pada setiap genre novel. Untuk novel-novel lawas, saya sendiri kebanyakan sudah
baca sih, tapi kalau novel-novel kekinian, errr … jangan ditanya, kebanyakan
saya malah tahu saja enggak. Saya mulai rajin baca novel lagi sejak tahun 2012,
banyak ketinggalan soal perkembangan sastra.
Di sesi Ci Hetih ini, saya merasa sedikit
konyol, pasalnya saya kelepasan curhat soal dunia penulisan yang selama ini
saya geluti. Jadi kan selama beberapa tahun ke belakang, saya benar-benar
sempat absen di dunia tulis menulis dan membaca. Semua itu berubah ketika pada
tahun 2012, saya lolos audisi menulis yang mirip dengan GWP ini. Waktu itu yang
dicari memang penulis teenlit,
sinopsis yang saya masukin pun novel teenlit.
Sebenarnya saya agak syok (selain perasaan yang luar biasa bahagia) bisa kepilih
dan mau enggak mau mesti menjadikan ide novel teenlit itu terealisasi. Oke, kisah selanjutnya bisa dibaca di sini.
Nah karena harus bikin teenlit itu, saya
mulai mengimbanginya dengan membaca teenlit. Sebulan saya bisa baca novel teenlit puluhan. Saya enggak puas dengan
‘hanya membaca’, saya pun melakukan ‘pembacaan’ terhadap novel-novel tersebut. Hasil
pembacaan itu seringkali saya tuangkan kedalam review buku. Maksud hati biar bisa menganalisis novel-novel dan
mengambil ilmunya. Lama-lama proses pembacaan ini jadi begitu melelahkan.
Selama proses ini, saya jadi enggak bisa menikmati bacaan karena terlalu sibuk
menganalisis. Mungkin saya lelah -___-*
Apa tanggapan Ci Hetih terhadap omongan saya? Baca Catatan Perjalanan Gramedia Writing Project Bagian 2.
Mbak minta sarannya biar kepilih jadi penulis gramedia dong.dan tenggat waktu gwp kapan?
ReplyDelete