Pican dan Pacan |
Dear
Pacan,
Hanya
satu kata untukmu, “Rindu.”
Rindu
yang paling menggebu, rindu yang paling membeku.
Rindu
yang paling syahdu, rindu yang tak tersentuh waktu.
Aku
punya rindu, dan ini punyamu.
Apa
kabarmu di Bogor? Apa kabar Putri Rasi? Betapa jarak telah memisahkan mataku. Mata
yang ingin melihat dia bertumbuh menjadi gadis kecil nan ayu, sepertimu. Ah,
walaupun Rasi lebih mirip denganku, kita sudah sepakati itu. Sering kali kamu
bercerita bahwa Rasi kini suka menggambar, membaca, dan menulis. Ya Tuhan,
gairah kita telah beregenerasi padanya. Salam sayangku untuknya, selalu.
Nah,
bagaimana kabar Fuan, suamimu? Masihkah dia memasak ayam bumbu bima yang pedas
dan lezat itu? Hanya dengan membayangkannya saja, air liurku menetes. Masihkah
dia memotret, mengabadikan moment lewat gambar? Suatu hari, suamimu dan suamiku
akan menjadi tim andal dalam ranah fotografi, percaya saja.
Dan
kini, aku ingin tahu tentangmu. Bagaimana tanganmu merangkai scrapbook? Apa tanganmu lengket karena
terlalu sering mencolek lem? Apa tanganmu kapalan karena terlalu banyak
memegang gunting? Apa kantung matamu menghitam karena terlalu banyak begadang?
Lalu
bagaimana novelmu? Sudah berapa ratus kata yang kamu rangkai? Pasti jiwamu tak
menyentuh tanah, sedang berkelana ke dunia entah. Aku selalu suka karyamu, dan
aku pengagum karyamu nomor satu. Ya, harus nomor satu!
Pada
bulan Juni, aku berharap, kamu dan aku kembali menjadi satu. Menempati rumah
kembar yang lantainya telah mendingin. Mereka rindu sentuhanmu. Sentuhan
seorang ibu.
Rasanya
baru kali ini aku bermimpi, waktu melesat secepat cahaya. Hanya untuk bertemu
bulan Juni. Bulan dimana kamu akan kembali. Jangan bicara soal teknologi, atau
media sosial, mereka tak banyak menyampaikan rindu, hanya semakin mengukuhkan. Setahun
tanpamu begitu berat. Seringkali jarak kuhujat.
Pulanglah
Pacan.
Mari
kita bahu membahu mewujudkan impian. Impian buku kembar kita yang kedua. Impian
komunitas kembar. Sejuta impian yang kita pupuk sejak lama. Dan aku, rindu
menjadi utuh bersamamu.
Pacan.
Hanya
satu kata untukmu, “Rindu.”
Rindu
yang paling menggebu, rindu yang paling membeku.
Rindu
yang paling syahdu, rindu yang tak tersentuh waktu.
Aku
punya rindu, dan ini punyamu. Utuh.
Peluk
cium,
Pican.
Huhuhu >.< Jadi kepengen punya saudara kembar >.<
ReplyDeleteSini-sini jadi kembar keempat kami :D
DeleteBegitu ya kalau kembar? Jadi inget dulu punya teman kembar pingsan satu pingsan semua.
ReplyDeleteWah serius? Berarti ikatan emosionalnya kuat banget ya :D
Deletegaya bahasa yang paling gue nggak kuasai ya gaya bahasa seperti ini, rindu, cinta....
ReplyDeleteaaggrrhhhh... gue udah kelamaan jomblo!
Sana cari pacar, Yan ^^V
DeleteKalian... bikin iri >//<
ReplyDeletehehehehehe
Aku selalu pingin punya kembaran masa, pasti seru! :3
Btw, kalo suatu saat nanti kita ketemu. Semoga aku nggak kebingungan ngebedain mana teh Pican sama teh Pacan :))
Mita pasti bisa bedain kita kok :D
DeleteAaa surat cintanyaaa bikin iriiiii. *buka pendaftaran audisi kembaranku ah.
ReplyDeleteAyo-ayo buka pendaftaran hehehe
Delete