[Review + Giveaway] Parade Para Monster: Setiap Manusia Memiliki Monster Dalam Dirinya

Parade Para Monster: Setiap Manusia Memiliki Monster Dalam Dirinya

Judul             : Parade Para Monster

Penulis          : Eva Sri Rahayu

Penerbit        : Clover

Tebal             : 311 Halaman

Penyunting  : Vivekananda Gitandjali TD

ISBN              : 9786024286736

Blurb:

"There's a monster inside me."

Semenjak kekuatan misterius dalam dirinya bangkit, Weena jadi sangat terobsesi pada Festival Halloween yang diadakan di Greenwich Village di Manhattan. Bagi Weena yang dianggap monster, tidak ada tempat yang lebih cocok selain Festival Halloween: paradenya para monster!

Bersama dengan sahabatnya, Jack, Weena mendaftar sebagai volunteer di Festival itu. Sayangnya pengajuan mereka ditolak. Tapi tiba-tiba, muncul undangan misterius untuk datang ke Festival Halloween "yang lain".

Sebuah undangan yang membuka pintu ke dunia para monster... yang akan membahayakan nyawa mereka berdua!

"I am never afraid, never sad, and never cry. I will destroy those who hurt me. I am a monster."

Kover

Kover Parade Para Monster ini lucu sekaligus mengandung misteri. Mengingatkan saya pada kover novel Rudi Si Drakula Ompong dan buku-buku kumbang Enid Blyton. Paduan warnanya khas Halloween, cukup menarik hati untuk membelinya dari toko buku.

Selain itu, dari kover novel bergenre fantasi ini telah memberi saya informasi bahwa novel diperuntukkan bagi segala umur dan aman dibaca anak-anak.

EBI

Saya tidak menemukan typo dalam novel ini.

Karakter

Tokoh-tokoh dalam novel Parade Para Monster cukup menarik. Mereka yang disebut monster karena memiliki kemampuan lebih.

Karakter Weena sebagai tokoh sentral bukan karakter yang nyinyir maupun kenes. Ia agak kaku, berhati lembut, semi introvert namun tetap terbuka pada orang lain karena memang ia ingin dilihat sebagai manusia biasa.

Ada sebuah mantra yang sering dirapal Weena sebagai penghiburan: "I am never afraid, never sad, and never cry. I will destroy those who hurt me. I am a monster." Sesungguhnya kelembutan hatinya tak pernah membuatnya menjadi monster dalam arti sebenar-benarnya.

Lain dengan tokoh Jack yang pemalas, cuek, agak culas, dan cerdik. Pengarang mampu membangun tokoh ini sesuai dengan karakter yang menginspirasinya, tokoh Jack O’ Latern.

Tokoh-tokoh lain tidak kalah menarik seperti Anne lancer, Dyllan dan bonekanya Ralph, Frank, Pieter, Mr. Maple, Mr. Merlin, dan lain sebagainya. Berbagai karakter ini nampaknya berasal dari legenda-legenda barat yang dimodifikasi penulis sehingga menciptakan tokoh yang berbeda namun tidak keluar dari dasar legenda.

Karakter yang menarik bagi saya adalah Dyllan dan Frank. Dyllan seorang anak yang penuh misteri, tetap kekanakan, dan kesepian. Ah, agaknya tak ada satu pun karakter dalam novel ini keluar dari rasa sepi yang mengigit ulu hati. Sementara tokoh Frank mengingatkan saya pada karakter Lennie dalam novel Tikus dan Manusia karya John Steinbeck. Orang yang punya kekuatan fisik, bodoh, penyayang, halus hati, namun tidak bisa mengendalikan kekuatan fisiknya.

Parade Para Monster: Setiap Manusia Memiliki Monster Dalam Dirinya

Di Balik Festival Halloween

Biarpun saya sering mendengar tentang Festival Halloween, sejujurnya saya tak tahu apa-apa mengenai festival tersebut. Saya hanya tahu bahwa ketika festival berlangsung orang-orang mengenakan kostum, berpesta, berparade di jalan, anak-anak kecil menyusuri rumah-rumah untuk meminta permen, coklat, dan sebagainya. Lalu apa sebetulnya esensi dari festival ini?

Cerita di balik Festival Halloween tersingkap dalam novel ini. Pengarang dengan cantiknya mencacah informasi seputar Halloween dan meramunya dengan berbagai legenda tradisional di barat sana. Ketika membaca, saya yakin runtuhlah keyakinan orang-orang selama ini bahwa di barat sana mereka mengedepankan logika.

“Halloween berasal dari festival Samhain yang merupakan kebudayaan orang Gael. Bangsa Gael kuno percaya bahwa tanggal 31 Oktober, pembatas dunia orang mati dan orang hidup terbuka.” –Hal 66-

“Pada abad Sembilan di Eropa, di hari Soul Day atau Hari Jiwa, para pengemis akan berjalan dari desa ke desa untuk meminta soul cake atau kue jiwa. Sebagai imbalannya, mereka akan mendoakan arwah keluarga yang memberikan kue tersebut.” –Hal 48-

Far-far Away

Selayaknya novel fantasi, membaca Parade Para Monster membawa saya pada negeri antah-berantah. Meski sering membaca atau menonton fantasi, novel ini menyajikan suatu imaji berbeda walaupun tak bisa dikatakan baru sama sekali.

Penerangan kamar terdiri dari bunga—entah apa namanya—yang berdempetan dan menyisakan sedikit celah. Bunga transparan itu ditinggali sekeluarga kunang-kunang. –Hal 46-

Sekali lagi saya memberi kredit pada pengarang karena penggambarkan suasana dan setting melayangkan pada sebuah negeri khayali. Far-far Away yang barangkali sudah familiar bagi sebagian orang menjadi tempat berbeda.

Setiap Manusia Memiliki Monster Dalam Dirinya

Apakah kamu percaya monster itu ada? Saya percaya! Dan monster yang paling mengerikan bersembunyi di dalam diri kita.

Parade Para Monster karya Eva Sri Rahayu membuka mata kita bahwa monster itu bukan sesuatu yang terlihat kasat mata. Seringkali kita terjebak dan memberi penilaian dari luar. Setiap manusia diciptakan dengan dua sisi, hitam dan putih. Ada sumber keilahian, juga menyisakan sisi gelap.

Dikisahkan Weena dan Jack mendapatkan undangan misterius untuk menghadiri Festival Halloween ‘yang lain’. Menyeret mereka pada petualangan tak terduga di Manhattan. Keduanya diiris benang merah keistimewaan sebagai kutukan. Kekuatan terberi yang malah mengasingkan dari kehidupan bermasyarakat.

Berdua, Weena dan Jack mencari jati diri. Weena yang menganggap diri monster dan Jack menyisir jejak sang ayah yang raib ditelan Festival Halloween. Rupanya bukan Weena seorang yang dianggap monster. Bertemulah ia dengan Anne, Dyllan, dan Frank. Juga para tetua di Far-far Away. Kesamaan nasib segera mengikat mereka dalam persaudaraan.

Dalam kemasan fantasi, kita dapat bercermin bahwasanya seringkali kita menghakimi orang lain disebabkan perbedaan. Tanpa sadar pelabelan ‘monster’ dalam pengertian lain kita jumpai di kehidupan sehari-hari.

“Kalau monster memang jahat, lalu kenapa kami yang dianggap monster ini malah jadi objek penindasan? Sebenarnya yang monster itu siapa?” –Hal 33-

Pernahkah kamu merasakan ada monster yang menggeliat dalam diri? Ketika manusia dengan segala pembenarannya berlaku tidak adil, menginjak-injak kemanusiaan, atau dalam hal terkecil merasa lebih baik dari manusia lainnya. Ketika itulah monster dalam diri terbangun, menari-nari bergembira. Karena setiap manusia memiliki monster dalam dirinya, lalu apa sebetulnya monster itu? Barangkali itulah yang sedang dipertanyakan pengarang lewat karyanya.

Sejatinya manusia makhluk penuh kasih. Dalam novel ini ada satu bagian favorit saya ketika menceritakan Pieter dan adiknya, Lewis. Menggerogoti hati saya dengan kesedihan dalam juga cinta yang tulus.

Novel Parade Para Monster menjadi lebih menarik ketika Weena dan Jack disuguhi berbagai tantangan. Dari teror ke teror. Mulai dari laba-laba raksasa yang hidup di menara jam, berbagai penyerangan pada relawan Village Halloween Festival, sampai ancaman bertubi-tubi terhadap Weena.

Pembaca diajak menjawab teka-teki siapakah dalang di balik teror-teror tersebut? Apakah Jack dapat menemukan ayahnya? Tak lupa kisah cinta segitiga manis nan pelik membumbui novel ini. Kepada siapakah hati Weena tertambat?

Satu kekurangan dalam novel ini justru terletak di bagian klimaks. Bagian itu membuat saya gemas karena tak mampu mencabik-cabik perasaan.

Terlepas dari itu semua, novel Parade Para Monster saya referensikan pada para pencinta novel fantasi. Menjadi karya yang saya sejajarkan dengan novel Paranormalcy karya Kiersten White.

Giveaway Parade Para Monster

Giveaway Parade Para Monster

Mau mendapat novel ini gratis dan bertanda tangan? Yuk, ikutan giveaway-nya. Caranya:

1. Peserta tinggal di Indonesia;

2. Follow blog ini, bisa via blogpost atau email;

3. Follow akun Twitter atau Instagram @EviSriRezeki @evasrirahayu dan @penerbitclover. Share dengan hestek GA #ParadeParaMonster dan mention via Twitter atau Instagram. Pilih salah satu saja;

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar: jika kamu bisa mendapat kekuatan, kekuatan apa yang ingin kamu miliki? Misalkan saya ingin bisa terbang;

5. Sertakan juga di kolom komentar nama, akun Twitter/ IG, dan kota tinggal.

GA #ParadeParaMonster ini berlangsung selama: 23 - 30 November 2017. Pemenang akan diumumkan tanggal 1 Desember 2017 di blog (pada postingan ini juga), akun Twitter, dan akun Instagram saya.

SATU PEMENANG beruntung akan mendapatkan buku ini. Hadiah akan langsung dikirimkan oleh penulisnya. Selamat ber-giveaway-ria ^_^

Pemenang Giveaway Novel Parade Para Monster adalah ...

Nama: Gusti A.P.

Kota: Malang (Kotamadya)

Twitter: Harukaze Ai Mizuki @onionkiddo 

Selamat buat pemenang. Segera DM atau email saya untuk alamat pengiriman hadiah, ya.
Terima kasih untuk seluruh peserta dan pihak-pihak yang telah berpartisipasi. Sampai jumpa di-GA selanjutnya ^_^