Sya dan Miruku (foto punya Mba Donna) |
Sehelai tikar dan selimut
tebal digelar. Dua bayi kembar tidur berdekatan. Dari balik pintu, sepasang mata
tajam dan lidah terjulur. Makhluk itu beringsut mendekat. Barangkali instingnya
mengatakan, ‘ada makanan lezat’.
Tak sabar, ular itu menambah
kecepatannya. Dia tidak sadar, seekor makhluk berbulu siap menerkam. Arrrgh,
dan benar saja, ketika ular itu hampir mencapai para bayi, seekor kucing
mengigitnya. Mereka terlibat perkelahian sengit. Berakhir dengan kematian kedua
makhluk tersebut. Kematian yang tragis.
Dua paragraf di atas itu
kejadian nyata waktu saya masih bayi, loh. Yah, berkat seekor kucing (yang saya
tidak tahu namanya), hidup saya dan Eva selamat. Hai kucing penyelamatku,
sedang apa di surga?
Kejadian tersebut hanya
salah satu alasan kenapa saya menyukai kucing. Alasan lain, mungkin diturunkan
secara genetika dari Ayah. Ayah adalah pecinta kucing sejati. Ke manapun Ayah
pergi, kucing selalu mengelilinginya. Berbeda dengan Mama yang benci kucing.
Mereka suka berantem hanya karena meributkan ikan goreng atau tulang ayam yang
diberikan Ayah pada kucing. Bukan! Mama saya bukan pelit, tapi beliau tahu
betul kalau sekali kucing diberi makan, kucing itu akan datang lagi ke rumah.
Sejak saya menginjak SMA,
keluarga kami tidak pernah memelihara kucing. Alasannya karena salah satu
keponakan saya yang sering mampir ke rumah mengidap penyakit asma. Pasti tahu,
kan? Kalau bulu kucing bisa memicu penyakit tersebut.
Padahal ketika SMP, saya
pernah memelihara kucing dua belas ekor. Tiap ketemu kucing Kampung, saya bawa
ke rumah. Saya kurang suka kucing Persia atau Anggora. Habis mereka manja. Biaya
untuk makanannya bisa-bisa lebih mahal dari saya. Huh!
Oya, dua belas kucing
Kampung itu bernasib malang.Hiks. Ada yang
hilang, ada yang kabur, dan beberapa mati. Kucing juga mirip manusia, kalau
sakit bisa menular. Biasanya saya kasih obat b*dr*ks*n ketika mereka sakit.
Ajaib loh, beneran deh mereka sembuh.
Sekarang, saya tinggal
sendirian. Saya sudah bertekad untuk memelihara kucing. Tiga kali, saya
mengambil kucing di jalan. Tapi mereka selalu berhasil kabur. Mama mengambil
bagian atas keberhasilan mereka pergi. Iya, Mama sengaja mengeluarkan mereka
dari rumah. Hiks. Padahal Mama kan, tidak tinggal di sini.
Suatu hari, saya membaca tweets Mba Primadonna Angela tentang
adopsi kucing. Langsung saja, saya email untuk menawarkan diri menjadi mommy baru kucing. Sekitar tiga bulan,
akhirnya kucing kecil berbulu putih diantarkan ke rumah. Girang banget deh!
Miruku namanya. Nama itu
diberikan oleh adik Mba Donna. Saya memutuskan untuk tidak mengganti nama
tersebut. Lagian, Miruku sepertinya suka sekali nama itu. Buktinya setiap
dipanggil ‘Miu’, dia nengok. He he he….
Pertama kalinya, saya punya
kucing dengan nama depan dari huruf ‘M’. Biasanya dari huruf ‘O’, seperti Omen,
Otot, Oting dan… hmm….
… sejam kemudian ….
Maaf saya sudah pada lupa.
Tolong ya, itu yang kasih nama awalan huruf ‘O’ bukan saya. Ayah saya yang
kasih. Jangan pada protes.
Dua hari pertama, Miruku
sepertinya jetlag. Dia takut sekali
dekat-dekat saya. Dikasih makan langsung kabur. Dibelai, dia kabur lagi.
Kesukaannya, sembunyi di pojokan.
Suatu malam, Miruku
menghilang. Pasalnya, saya tinggalkan dia di rumah. Waktu itu ada acara dengan
teman. Sekitar pukul delapan, saya pulang. Miruku tidak ada di manapun. Saya panik!
Saya cari dia sampai keliling dari gang ke gang. Nanya sana-sini. Kebanyakan yang
saya tanya, pasti nanya balik:
“Kucing apa?”
“Kucingnya mahal banget ya? Kok
sampai dicariin segitunya?”
Lalu saya jawab:
“Kucing Kampung. Dapatnya
gratis ko.”
Mereka bengong deh!
Hih kenapa sih? Memangnya
harus kucing mahal ya buat disayang-sayang?
Sumpah deh, saya putus asa
banget! Setelah capek mencari, akhirnya saya tiduran di karpet. Rasanya mau
nangisssss…!
Tiba-tiba terdengar suara
mengeong yang lembut banget (masih imut-imut gimana gitu). Saya cari lagi di
dalam rumah. Ternyata, Miruku sembunyi di rak buku!
Bagus, Miruku, sejak kecil
harus rajin baca, ya. *belai-belai*
Miruku, kucing yang pintar.
Sekali diajarkan di mana dia harus pups
dan makan, langsung mengerti (apa semua kucing begitu, ya?).
Seminggu kemudian, Miruku sudah
betah di rumah. Betah dekat-dekat saya. Cakar-cakar dan gigit-gigit saya. Errr….
Sampai-sampai menemani bergadang dan minum kopi bareng. *cheers*
Miruku lagi main tali |
jiaah kok kucing, aku buka liat kucing langsung merinding lho mbak :D
ReplyDeleteeeh untung ketemu yaa mbak, tapi kalau kucing tuh emang bisa pulang sendiri yaa mbak evi :D
Kucing kan makhluk paling lucu sedunia ;p
DeleteEnggak juga Niar, kalau kucingnya masih kecil, mereka belum hafal jalan.
Ibu saya suka kasih makan kucing, tapi kucingnya sama sekali gak boleh masuk rumah. Alasannya karena takut kucingnya bikin kotor..
ReplyDeleteIya sih memang, kalau punya kucing harus rajin bersih-bersih rumah :D
DeleteIbu saya dan adik saya suka banget sama kucing. Tapi saya enggak. Dulu di rumah banyak banget kucing, mungkin ada sekitar 10.
ReplyDeleteWah banyak juga kucingnya, pada ke mana sekarang?
Deletelucuuuu
ReplyDeleteMakasih, aku memang lucu :p *OOT
Deletepasti kamu sangat berterima kasih, ya, Vi, sama kucing yang nyelametin kamu (dan Eva) dulu..
ReplyDeleteaku bukan penyuka kucing (cenderung takut malah), tapi aku asyik baca tulisanmu ini (em, sebenernya agak berharap aku nggak takut kucing lagi.. hahahaha).
Sebenarnya wajar sih takut kucing. Kucing itu seperti miniatur Harimau sih hehehehe
DeleteHiiiii *gemes-gemes Miruku* lalu nangis karena tiba-tiba teringat sama anak kucingku yang kira-kira sebulan lalu menghilang. Huuuaaaa, I miss my "mhew" (nama panjangnya "Amhewlia") *padahal gak ada juga yang nanya* :D
ReplyDeleteMhew, cepat pulang ya. Ada yang merindukanmu di rumah :"(
Deletejd inget wkt saya msh kecil..
ReplyDeletekecil ksayangan dbuang sama mamah tanpa sepengetahuan saya.. wkt ketauan saya lgsg nangis d kmr spanjang mlm..
eh udah cape nangis & mata bengkak, kdenger dr jendela si kucing balik lg hihihi..
Wah kucingnya balik lagi. Senangnya :)
Deleteaku juga suka kucing....sayang suami dan anak penderita asma, so harus hindari triggernya, termasuk bulu kucing....but I will always love cats :D...
ReplyDeleteAsyikk ada temen pecinta kucing :)
DeleteHihih, perempuan pecinta kucing ya, Mba.
ReplyDeleteAku juga suka kucing, tapi yang cute, kalau yang sangar gak suka.
Kucing bisa cute dan sangar dalam waktu bersamaan loh :D
Delete1. Ternyata Evi ini kembar dengan yang namanya Eva? Wah, jadi pengen kenal juga nih
ReplyDelete2. Aku pingin juga pelihara kucing, suami masih belum kasih, padahal bliau sendiri ada di Papua
3. Miruku, lucuk :D
1. Ayo Mbak kenalan sama kembaranku
Delete2. Semoga nanti bisa pelihara kucing ya :)
3. Aih makasih, Mba. Aku emang lucu #loh
Miruku serasi sama kamu :') jadi kangen piara kucing.
ReplyDeleteAku udah ketemu ama Miruku. Ngga ada lucu-lucunya. Hih! #TimTakutKucingGarisKeras :D
ReplyDeleteS-saya tidak suka kucing. Lebih suka anjing.
ReplyDeleteNgomong2 soal kucing dan anjing. Para pria suka meng-kategori-kan wanita dengan dua type, lho. 1 type Anjing, 1 type Kucing.
Mana yang kamu suka, akan memberikan persepsi tentang dirimu sebenarnya.
Ini bukan hoax. Tapi saya pernah ditanya oleh dua pria mengenai hal ini.
Mereka tiba-tiba bertanya, "Cats or dogs?"
Lantas saya menjawab, "dogs"
Lalulah mereka berkata, kalau kamu suka anjing, berarti kamu anaknya menyenangkan, gampang bergaul, dan asyik diajak berteman. (Tadaaaa~ Ityu sayah bangyed.)
Kalau kamu suka kucing, berarti kamu type yang misterius, senang dimanja dan berbagai hal lainnya yang sifatnya mirip dengan kucing.
Hahaha.
Random banget ya komentarku. Tapi tetep nyangkut soal kucing, kan, ya? :))
NB : Btw, yang benar Jetlag, bukan jetleg. #HalahDasarPenulis
Iya aku juga pernah nonton di salah satu episode How I Met Your Mother ada istilah Dog person sama Cats person. Katanya Cats person itu sedikit gila atau enggak normal :)))
DeleteAih makasih ya udah benerin jetlag :D