Wake
Up Wakaf Dompet Dhuafa: Menumbuhkan Buah-buah Harapan – Bila
melihat tanah-tanah di Bandung yang sedang dibangun menjadi perumahan atau area
wisata permainan, hati saya miris. Salah satunya Punclut, tempat saya tinggal
sekarang merupakan wilayah resapan air Kota Bandung. Sayangnya wilayah resapan
air kian menyempit digusur tempat-tempat wisata yang hektaran. Saya sering
berharap tanah berbukit luas ini lebih banyak digunakan untuk pertanian dan
perkebunan saja. Akar-akar pohon dapat mengikat tanah dan air sehingga tidak longsor
dan tentu saja memasok persediaan air masyarakat.
Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa |
Sentra Ternak Subang |
Tanggal 17 Oktober 2019 lalu saya kembali ke
Desa Cirangkong, kembali ke perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa bersama
kawan-kawan blogger dari Bandung. Suguhan sate nanas, jus nanas yang segar, dan
rebusan pangan menghilangkan dahaga juga lapar selama di perjalanan selama
hampir dua setengah jam dari Bandung.
Blogger Meet Up Wake Up Wakaf Dompet Dhuafa |
Wake
Up Wakaf Dompet Dhuafa
Sembari menyemil hidangan, saya menyimak
penjelasan mengenai program Wake Up
Wakaf dari Kang Bobby P. Manulung, GM Wakaf DD. Menurut beliau masyarakat masih
beranggapan kalau wakaf itu hanya 3M: Madrasah, Makam, dan Masjid. Untuk wakaf produktif seperti perkebunan seperti ini orang masih enggan. Padahal dapat
memberdayakan masyarakat lebih banyak lagi.
Kang Bobby P. Manulung dan Kang Kamaludin sedang menjelaskan Program Wake Up Wakaf |
Pengumpulan wakaf tunai bagi lahan produktif
perkembangannya cukup lamban. Kan, kita
enggak mungkin bangun masjid terus, canda beliau. Saya setuju betul. Bagi
saya yang lebih penting ketimbang membangun masjid adalah mengurus masjid yang
ada begitu pun dengan menyejahterakan pengurusnya. Sering saya berangan-angan
untuk membikin program bagi pengurus masjid agar lebih semangat. Mengetuk hati
orang agar tidak terpaku pada bangunannya saja melainkan SDM yang terdapat di
dalamnya.
Makan sate nanas dan rebusan bareng-bareng |
Kendala lain, masyarakat masih pada berpikir
kalau wakaf itu hanya untuk orang kaya. Saya tersentak. Iya juga sih, saya
masih beranggapan begitu. Selain zakat dan infak, belum sekalipun saya
menunaikan wakaf. Karena itu tadi, mana mungkin wakaf dengan jumlah kecil. Makanya
Dompet Dhuafa membuat program Wake Up
Wakaf yang hanya dengan 10 rb saja sudah bisa berwakaf. Seharga segelas kopi
begitu Kang Bobby mengistilahkan. Gerakan Sejuta Wakaf yang digencarkan DD
berusaha membangunkan generasi muda agar turut berwakaf. Generasi sekarang itu rasa kemanusiaannya tinggi meski belum berpikir
untuk bekal di akhirat, tegas Kang Bobby.
Zakat,
Infak, dan Wakaf
Kemudian saya bertanya, apa perbedaan
sedekah, zakat, infak, dan wakaf? Sederhananya begini, sedekah itu mewakili
semuanya yang merupakan aktivitas filantropinya. Zakat, infak, dan wakaf
termasuk sedekah. Yang sifatnya wajib disebut zakat sementara menafkahi
keluarga disebut sedekah.
Nah, infak itu bantuan untuk orang lain.
Begitupun dengan wakaf namun berpedaannya wakaf itu sedekah yang berkelanjutan.
Contohnya bila ada tetangga yang sakit lalu kita membantunya, itu merupakan
infak. Sekali selesai. Tapi wakaf manfaatnya terus berlanjut seperti perkebunan
Indonesia Berdaya.
Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa |
Ada 4 pilar dalam Program Wakaf Dompet
Dhuafa:
Pilar
Pendidikan
Dompet Dhuafa membangun pusat-pusat
pendidikan di berbagai wilayah yang diperuntukkan bagi berbagai lapisan masyarakat
dan segala umur. Seperti Khadijah
Learning Center di Serpong Tanggerang Selatan yang khusus untuk mendidik
kaum perempuan berwirausaha. Tujuannya sendiri adalah agar perempuan memiliki
kemampuan dan tidak terjebak pada profesi yang rentan pelecehan. Selain itu ada
Pesantren Hafidz Village di Lido
Sukabumi, Dompet Dhuafa University di
Bogor Jawa Barat, Sekolah Islam Al Syukro
Universal mulai dari TK, SD hingga SMA, dan Sekolah SMART di Cibinong mulai dari TK hingga SMP.
Pilar
Sosial
Pilar sosial ini berkisar pada pembangunan
masjid yang lebih berdaya. Di sekitar masjid dibangun aktivitas ekonomi seperti
penjualan buku, obat, dan sebagainya untuk membiayai pemeliharaan masjid itu
sendiri.
Pilar
Kesehatan
Dompet Dhuafa mendirikan tujuh Rumah Sakit
Rumah Sehat Terpadu, tiga klinik, dua optik, dan satu apotik yang bekerja sama
dengan BPJS.
Pilar
Ekonomi
Pilar ekonomi ini sendiri adalah perkebunan
Indonesia Berdaya, Sentra Ternak Subang, dan RISIN (Rumah Industri Pengolahan
Nanas).
Latar
Belakang Indonesia Berdaya
Agaknya bukan saya saja yang bertanya-tanya
mengapa Indonesia Berdaya ini merupakan perkebunan nanas dan buah naga. Kang
Kamaludin bercerita pada kami bahwa di Subang ini para petani jauh dari
sejahtera. Mereka yang menanam nanas cukup lama itu hanya dihargai seribu
sampai seribu lima ratus per buah. Saya cukup tercengang oleh betapa murahnya
harga nanas padahal rasanya enak sekali.
Nanas muda |
Saya sendiri bukan penyuka buah nanas sebab
rasanya asam dan tajam. Saya mulai menyukai nanas sebab makan nanas simadu Subang
ini. Tidak heran para petani nanas Subang seringkali berhubungan dengan
tengkulak, meski tidak semua tengkulak buruk.
Buah naga |
Alasan lain Dompet Dhuafa memilih nanas dan
buah naga sebab sudah ada SDM, aset, dan pasar. Bicara potensi pasar, saya
baru tahu kalau rasa asam dalam minuman kemasan merupakan ekstrak buah nanas.
Untuk memenuhi kebutuhan industri minuman dibutuhkan 160 ton ekstrak buah nanas
per tahun. Mengimbangi potensi tersebut, DD kemudian mendirikan RISIN.
RISIN (Rumah Industri Pengolahan Nanas) |
Menariknya dari RISIN ini, pengolahan nanas
tidak diserahkan pada tenaga mesin saja. Serapan masyarakat tetap utama.
Sehingga ibu-ibu petani nanas diberdayakan sebagai pengupas nanas. Saya sempat
mengunjungi RISIN yang belum beroperasi karena masih menyeting mesin. Pabrik
yang diperkirakan akan mulai digunakan tahun 2020 ini cukup luas.
Buah-Buah
Harapan
Di tengah terik matahari, saya dan
kawan-kawan blogger berkeliling perkebunan Indonesia Berdaya. Galur-galur buah
naga belum berbunga apalagi berbuah. Berbeda dengan nanas yang telah berbuah
meski masih muda. Sebelah ujung menuju Sentra Ternak Subang, ada tanah yang baru
digarap. Pancak-pancak berderet rapi. Di kakinya terdapat kotoran kambing agar
tanah menyubur.
Lahan pertanian buah naga yang baru dibuka |
"Pak, kenapa ya pohon nanas saya enggak
berbuah?" tanya saya pada Pak Eman, salah satu petani binaan Dompet Dhuafa.
Setahun lalu saya pernah berkunjung ke perkebunan nanas dan buah naga ini
kemudian mencoba menanam nanasnya yang manis legit.
"Cara nanamnya gimana, Teh?"
"Ya, ujungnya aja saya tanam ke tanah.
Memang gimana, Pak?"
"Iya gitu, Teh. Tapi jarak antar pohon
itu sekitar 50 cm."
"Pantesan. Saya tanamnya terlalu dekat,
sih. Cuma 10 sentian. Mereka kayaknya rebutan makanan."
Pak Eman sedang menjelaskan bertani nanas |
Di jalan itu Pak Eman berkisah pada saya
bahwa Perkebunan Indonesia Berdaya maupun Sentra Ternak Subang telah membantu
perekonomian warga sekitar. Menyerap 30 KK untuk perkebunan, 30 KK untuk
peternakan, dan RISIN sekitar 10 KK. Rencananya tanah yang akan dibebaskan
mencapai 22 hektar. Tanah seluas itu tentu lebih banyak memberdayakan warga.
Pembangunan kereta cepat agaknya memberi efek perlombaan membeli tanah di
sekitar Subang. Sayangnya tanah-tanah tersebut tidak dikembalikan pada rakyat
sebagai perkebunan. Dompet Dhuafa hanya sedikit pihak yang memikirkan hal
tersebut. Sayang sekali.
Sentra Ternak Subang Dompet Dhuafa |
Ingatan saya kembali pada Punclut. Seandainya
tanah-tanah di sana diselamatkan oleh wakaf dan dikembalikan pada rakyat. Bukan
dijadikan wisata-wisata yang justru merusak keseimbangan alam juga merenggut
akar pertanian dari warga sekitar. Seandainya.
“Sekarang saya udah nggak bingung nyari
bibit, pupuk, dan mesti jual ke mana nanas-nanasnya. Pokoknya kalau butuh modal
nggak susah,” ucap Pak Eman dengan mata berkaca-kaca.
“Syukurlah, Pak,” gumam saya.
Seeing
is Believing
“Bila anak Adam meninggal dunia maka seluruh
pahala amalannya terputus, kecuali pahala tiga amalan: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shaleh yang senantiasa mendoakan kebaikan untuknya.”
(HR. at-Tirmidzi dan lainnya)
Kang Bobby mengingatkan saya pada salah satu
hadist Rasullullah tersebut. Sudahkah ilmumu bermanfaat bagi orang lain? Atau
adakah jaminan kamu memiliki anak saleh yang senantiasa mendoakan? Lalu mengapa
menunda sedekah jariyah?
Bermain bersama Tora, si kambing lincah |
Seeing
is believing. Teman-teman harus merasakan sendiri
berjalan-jalan di Indonesia berdaya ataupun Sentra Ternak Subang. Menyecap buah
nanas, bermain dengan Tora si kambing lincah, dan bercakap-cakap dengan petani
maupun peternak. Perkebunan Indonesia Berdaya ini baik sebagai percontohan sebab menggunakan sistem integrated farming atau pertanian terintegrasi. Antara perkebunan dan peternakan terbentuk simbiosis mutualisme sehingga tidak ada satu hal pun tersia-sia. Kotoran kambing merupakan pupuk bagi buah naga dan nanas, sedang sisa pengolahan kedua buah tersebut dijadikan pangan bagi kambing.
Pakan ternak dari sisa pengolahan kebun |
Program Wake up Wakaf
dapat kamu intip di Instagram @tabung_wakaf. Dengan menyisihkan 10 rb saja kita
bisa berwakaf, turut menumbuhkan buah-buah harapan. Harapan para petani,
peternak, dan harapan kehidupan setelah kita berpulang.
No comments:
Post a Comment