Kurbanesia Menjawab Panggilan Zaman Memenuhi Seruan Kemanusiaan |
Kalau saya jalan-jalan ke swalayan atau
minimarket, saya akan menemukan sebuah tabung transparan berlogo Dompet Dhuafa.
Barangkali kamu juga pernah. Tabung transparan itu bukan sekadar tabung karena
dari sana seolah ada panggilan untuk berbagi. Merogoh kocek dan menyelipkan
uang adalah reaksi wajar. Bukan masalah besar atau kecil uang kita keluarkan
yang terpenting justru keikhlasan hati. Keikhlasan itu tidak dapat kita ukur
melainkan hanya Allah saja yang Maha Mengetahui.
Berawal dari tangan-tangan yang ikhlas
mengulur demi berbagi pada manusia lainnya itulah Dompet Dhuafa membuat
langkah-langkah besar. Mulai dari program jangka panjang sampai jangka pendek
disusun Dompet Dhuafa, salah satunya adalah Indonesia berdaya.
Program
Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa
Selasa, 7 Agustus 2018, saya dan
beberapa rekan dari Bandung membelah jalan menuju Desa Cirangkong, Kecamatan
Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat buat bertualang di Sociotrip Kurbanesia Dompet Dhuafa. Perjalanan yang kami tempuh
sekitar dua setengah jam sementara rekan-rekan dari Jakarta sekitar empat sampai lima jam. Tiba di sana, kami disuguhkan pemandangan indah
bentangan perkebunan buah naga dan nanas. Saya yang gemar sekali makan buah
naga terpukau. Begini pohon buah naga, begitu pohon buah nanas.
Seluruh peserta Sociotrip Kurbanesia Dompet Dhuafa |
Perkebunan seluas 10 H ini merupakan
penjewantahan program Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa. Indonesia yang tanahnya
subur dengan iklim tropis sangat cocok ditanami berbagai tumbuhan pangan.
Seiring perkembangan dunia urban, orang-orang berbondong-bondong pergi ke kota
melupakan betapa kaya potensi alam sekitar di tanah kelahiran. Profesi petani
terkerdilkan, dipandang sebelah mata sebab dianggap kurang menyejahterakan.
Barangkali ada benarnya karena petani sulit dipisahkan dengan tengkulak. Tentu
tidak semua tengkulak berlaku negatif. Akibatnya Indonesia mulai kekurangan
pasokan pangan yang semestinya kita dapat memenuhinya sendiri. Seringkali harga
pangan melambung tinggi.
Anak-anak Bandung yang suka heboh |
Lalu apa jalan keluar dari permasalahan
tersebut? Edukasi dan pendampingan para petani sehingga bisa menghasilkan
tanaman pangan berkualitas tinggi dengan harga sepantasnya. Dengan begitu
tingkat kesejahteraan petani bertumbuh. Dan dengan sendirinya akan menahan laju
urbanisasi, sebuah daerah akan maju baik secara infrastruktur maupun pola
pikir. Semakin banyak daerah-daerah maju, semakin Indonesia berdaya.
Pak Amud, salah satu koordinator peternak di Desa Cirangkong, Subang |
Dompet Dhuafa berupaya merangkul masyarakat lokal
termasuk di Desa Cirangkong ini untuk memajukan wilayahnya sendiri. Program
Indonesia Berdaya ini terdiri dari perkebunan dan peternakan dengan sistem integrated farming atau pertanian
terintegrasi. Antara perkebunan dan peternakan saling melengkapi sehingga tidak
ada satu hal pun tersia-sia. Sebuah langkah cerdas yang diambil dari pembelajaran harmonisasi alam. Antara hewan,
tumbuhan, dan manusia terjadi hubungan simbiosis mutualisme. Begitulah Dompet
Dhuafa menjawab panggilan zaman, memenuhi seruan kemanusiaan.
Kambing yang sehat dan cantik |
Indonesia
Berdaya Kebun Subang
Di atas tanah seluas 5000 meter ini terbagi
menjadi dua area yaitu kebun dan peternakan. Area kebun terdapat di wilayah
paling dekat dengan akses jalan masuk. Jalannya tidak terlalu lebar namun cukup
menampung satu mobil minibus. Selain itu akses masuk ditandai bendera-bendera
Dompet Dhuafa jadi cukup mudah untuk menemukannya. Kalau sampai tersasar, kamu
bisa bertanya pada orang-orang karena mereka tahu benar dan akrab dengan lokasi
kebun.
Program Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa |
Awalnya saya mengira perkebunan ini hanya
terdiri dari buah naga dan nanas saja. Ternyata kebun Subang ini lebih kaya.
Penduduk juga menanami jeruk, jambu kristal, dan papaya California. Bukit-bukit
melingkari perkebunan, sepanjang mata memandang hijau meneduhkan. Dan langit
terbentang biru putih menyejukkan. Udaranya segar dan hangat. Penduduk sekitar
dan para pengurus Dompet Dhuafa yang ramah dan terbuka membuat hati terpaut
sekali datang.
Perkebunan buah naga Subang |
Adalah buah naga yang bentuknya mirip kaktus
dan ternyata memang dari keluarga kaktus. Keistimewaan buah naga ini akarnya
serabut sehingga tidak berbatang besar dan butuh kayu penyangga. Yang menarik
lagi adalah bunganya, bentuknya mirip bunga Wijayakusumah yang hanya mekar di
malam hari barang satu atau dua jam. Ternyata bunga buah naga pun hanya mekar
di malam hari. Sekilas lalu budidaya buah naga nampak sederhana. Bisa distek
atau penyemaian biji. Tinggal mematahkan salah satu batang dan menancapkannya
di tanah. Makanya saya sangat tertarik untuk mencoba menanamnya di rumah.
Kepada pihak Dompet Dhuafa saya meminta satu batang untuk dibawa pulang. Doakan
bisa tumbuh kembang, ya. Buah naga di kebun Subang ini berwarna merah. Ketika
saya ke sana, pohon-pohon buah naga ini belum berbuah. Saya hanya bisa
menyaksikan bunga-bunga kuncup dan beberapa bunga yang telah berganti buah.
Menarik sekali.
Buah naga muda |
Perhatian saya kemudian beralih ke pohon buah
nanas. Yang pertama muncul dalam kepala saya adalah siapa sih penemu buah
nanas? Pohonnya yang pendek, berdaun panjang runcing, buahnya terdapat di tengah-tengah
dengan kepala yang juga berdaun runcing. Sumpah ya, itu memetik buah nanas penuh
pengorbanan. Belum lagi pengupasan buah yang mesti telaten sebab sebelum kita
menikmati dagingnya yang manis asam segar itu ada duri pelindung. Makanya
mengupas buah nanas mesti melintang-melintang gitu he he he.
Oh, gini pohon buah nanas simadu |
Saya rasa Dompet Dhuafa memiliki pertimbangan
yang cermat mengapa memilih buah-buah seperti naga dan nanas simadu ini di
kebun Subang. Pastilah untuk menyesuaikan potensi daerah karena Subang terkenal
sebagai penghasil buah nanas simadu. Yang menurut saya paling juara dari kebun
Subang ini adalah memanfaatkan limbah atau kulit nanas sebagai pakan ternak.
Nah, ayo kita beralih ke peternakannya.
Pohon buah nanas simadu |
Sentra
Ternak Subang
Area peternakan Dompet Dhuafa di Desa
Cirangkong, Subang atau disebut Sentra Ternak Subang berada di wilayah
belakang. Ada tiga bedeng dibangun yang terdiri dari satu kandang pembibitan
dan dua kandang penggemukan kambing dan domba. Kambing dan domba ini berjenis ekor panjang,
ekor pendek, dan domba Priangan.
Sentra ternak Subang Dompet Dhuafa |
Saya memasuki bedeng pertama. Kandangnya
bersih karena memang dibersihkan setiap hari. Kambing dan dombanya juga
dimandikan setiap tiga hari sekali. Kuku-kukunya dipotong. Penghuni kandang
adalah kambing dan domba siap kawin. Ada juga yang sedang menyusui. Anak-anak
kambing dan domba ini menggemaskan sekali. Saya langsung jatuh sayang he he he.
Selayaknya ibu, induk kambing dan domba begitu protektif melindungi
anak-anaknya. Saya ingin menggendong atau membelai anak-anak langsung ditentang
induknya. Seram!
Domba Priangan |
Kata salah satu kakak pengurus Dompet Dhuafa,
domba itu mirip kucing. Mereka jinak dan suka dielus. Kakak itu pun mengajari
saya cara memperlakukan domba sehingga mereka tidak takut (padahal saya juga
sempat takut he he he). Dan benar saja, domba itu manis sekali ketika kepalanya
dibelai. Matanya jernih dan tulus. Saya terharu banget melihatnya. Tapi saya
tetap tidak berhasil menggendong anak domba. Hiks.
Serunya main sama kambing |
Setiap bedeng berisi 80 ekor kambing dan
domba. Dua bedeng penggemukan itu dimiliki masing-masing oleh petani nanas dan
peternak Desa Cirangkong. Kandang pembibitan terdiri dari 6 ekor jantan,
selebihnya betina. Sementara kandang penggemukan isinya jantan semua. Loh, kok?
Karena Sentra Ternak Subang ini dikhususkan untuk hewan kurban jadi harus
jantan.
Kandang pembibitan Sentra Ternak Subang Dompet Dhuafa |
Kalau dihitung-hitung rasanya 240 ekor
kambing dan domba di kandang sedikit untuk masyarakat Desa Cirangkong. Ternyata
ada juga yang diternakan di rumah-rumah penduduk. Satu keluarga bisa mengurus 5
ekor domba dan kambing. Kualitasnya bagaimana? Sama saja kok antara yang di
kandang Sentra Ternak Dompet Dhuafa dengan yang di rumah warga. Dompet Dhuafa
telah mengedukasi dan melakukan pengontrolan ketat terhadap hewan ternak
tersebut.
Pak Pepen, salah satu peternak di Desa Cirangkong, Subang |
Di Desa Cirangkong ini ketersediaan pakan berupa
rumput atau daun agak terbatas. Kreativitas memang lahir dari keterbatasan.
Makanya jerami dan limbah kulit nanas menjadi solusi pemenuhan pakan. Menarik
sekali mengikuti cara pengolahan kulit nanas ini yang digiling sampai hancur
kemudian disimpan ke dalam jerigen-jerigen besar bersama dedak padi, gula,
jerami, dan bakteri untuk difermenasi. Hasilnya mirip partikel-partikel kayu
bekas sugu.
Bahan pakan kambing dan domba dari limbah kulit buah nanas |
Saya senang sekali bisa bermain bersama domba
dan kambing. Tak lupa untuk memberi mereka makan daun. Saya perhatikan bahwa
mereka lahap benar memamah limbah kulit nanas itu.
Evi memberi makan kambing |
Tebar
Hewan Kurban Dompet Dhuafa
Tanggal 22 Agustus 2018 ini umat Islam akan
merayakan Iduladha. Selain ikut berbahagia bagi mereka yang berkesempatan beribadah
haji, kita pun bersukacita dengan berbagi hewan kurban. Hewan kurban bisa
kambing, domba, atau sapi. Namun apakah semua orang menikmati hewan kurban ini?
Ternyata masih banyak yang tidak pernah merasakan kenikmatan hewan kurban
bahkan di Jawa Barat sendiri.
Semangat berbagi hewan kurban itulah yang
mendasari program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa agar sampai ke
pelosok-pelosok Nusantara. Berbagi dengan orang-orang di daerah terpencil,
rawan gizi, kurang mampu, dan daerah konflik. Tidak hanya di Indonesia, Dompet
Dhuafa mengirimkan daging kurban ini. Gaza, Palestina, dan masih banyak lagi. Program
ini telah berjalan sejak 1994 yang berarti tahun ini menginjak ke-25 tahun.
Hewan Kurban yang baik harus memenuhi
beberapa syarat. Syarat inilah yang berusaha dipenuhi Dompet Dhuafa. Apa saja?
Pertama, harus kambing dan domba harus sehat.
Dapat dilihat dari kecerahan wajah dan mata, tindak-tanduknya lincah, tidak
memiliki cacat, hidungnya basah mengkilat, dan kotorannya bulat padat.
Kedua, usianya sudah mencapai minimal satu
tahun. Tengok saja jumlah giginya untuk mengetahui usia hewan ternak. Ketiga,
bobotnya sekira 23 – 28 kg untuk kambing dan domba standar, 29 kg ke atas untuk
kambing dan domba premium. Nah, untuk sapi beratnya 230 – 250 kg.
Oleh sebab itu, peternak binaan Dompet Dhuafa
sangat menjaga kebersihan, pola makan, dan mengecek kesehatan setiap 4 jam sekali.
Susah juga ya beternak, butuh ketelatenan dan kecintaan. Kotoran kambing dan
domba ini diolah kembali sebagai pupuk buat di perkebunan. Hewan memberi makan
tanaman, begitu sebaliknya tanaman memberi makan hewan.
Tahun ini Dompet Dhuafa mencanangkan 25.000
hewan kurban untuk disalurkan ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Semakin
banyak hewan kurban semakin banyak pula orang yang merasakan kebahagiaan serta
manfaatnya. Kamu ingin menjadi bagian dari gerakan Tebar Hewan Kurban? Kamu
bisa menghubungi dan mendapat informasi lengkap di Dompet Dhuafa Kurbanesia
baik hanya membeli hewan ternaknya saja atau sekaligus menyerahkan
pendistribusian daging kurban. Harga kambing standar Rp1.975.000,-, kambing
premium Rp2.975.000,-, dan sapi Rp13.500.000,-.
Hikmah Iduladha maha luas. Mencakup ibadah
kepada Allah S.W.T dan sesama manusia. Di era terbuka dengan berbagai fasilitas
ini sebetulnya kita sebagai manusia mampu menjangkau seruan kemanusiaan lebih
luas lagi. Program Kurbanesia dibuat untuk menjawab panggilan zaman dan memenuhi
seruan kemanusiaan. Bahwa kita bisa berkolaborasi dalam setiap lapisan
kehidupan, saling menggenggam tangan sebagai bahasa persaudaraan tanpa melihat
di mana kita berada dan di mana mereka berada. Menebas jarak dan menghancurkan
segala perbedaan. Di bumi, kita semua bersaudara.
Wah keren ya kakak, dompet dhuafa benar-benar menyalurkan hewan kurban kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkannya, mbahkan sampai ke manca negara
ReplyDeleteSemoga dengan program hewan kurban saudara2 kita dipelosok bisa merasakan indahnya daging kurban saat idul adha
ReplyDeleteWah, pasti berkesan banget ya mbak jalan-jalan ke Kebun Indonesia Berdaya Subang. Enggak hanya dapat menikmati pemandangannya saja tetapi juga dapat menggali ilmu lebih dalam tentang pengelolaan hewan ternak Dompet Dhuafa di sana. Asiik.
ReplyDeleteDengan program THK nya Dompet Dhuafa membantu proses pendistribusian hewan kurban yg selama ini kurang merata ya teh :)
ReplyDeleteDombanya kelihatan bersih dan terawat
ReplyDeletesaling menggenggam tangan sebagai bahasa persaudaraan tanpa melihat di mana kita berada dan di mana mereka berada. Menebas jarak dan menghancurkan segala perbedaan. Di bumi, kita semua bersaudara, kata kata bikin terharu :')
ReplyDeleteKeren yah program dompet dhuafa. Semoga semua rakyat indonesia semakin berdaya lahir batin
ReplyDeleteKeren, memanfaatkan limbah kulit nanas buat pakan ternaknya. Semoga diberi rejeki bisa berkurban tahun ini, Aamiin.
ReplyDeleteAsyiik bangat ya Teh main ke kebun Indonesia berdaya, selain dapat menikmati pemandangannya yang indah, ternyata dapat ilmu yang banyak juga terkait pengelolaan hewan ternak Dompet Dhuafa. Mantaps!
ReplyDeleteSemoga program ini semakin dikenal oleh banyak orang dan didukung sehingga lebih banyak merasakan manfaatnya
ReplyDeleteIndah banget perkebunan dan peternakannya, yah
ReplyDeleteKalau buah naganya udah panen aku mau nyicip ya, Vi hahaha..... (meni gitu). Jadi domba juga suka dielus, ya? Wah, aku penasaran nih
ReplyDeleteEmang bersih ya tempatnya, enak liatnya
ReplyDelete