Punya
Business Atau Buzzyness? Yuk, Belajar Pengelolaan Keuangan untuk UMKM! – Di
era sekarang, banyak ibu-ibu menjadi pelaku UMKM. Bahkan mungkin lebih
mendominasi ketimbang bapak-bapak. Menurut ketua Benua Balantik, salah satu
komunitas yang menaungi UMKM, anggotanya memang kebanyak ibu-ibu. Kalau menurut
saya sih, fakta ini nggak mengherankan. Sebab begini, walaupun dunia tambah
maju, pola pikir konvensional masih mengakar. Semacam kalau cowok harus punya
penghasilan tetap bukan tetap berpenghasilan. Jadilah para bapak lebih memilih
sebagai pegawai yang aman aja buat kelangsungan dapur ngebul.
Punya Business Atau Buzzyness? Yuk, Belajar Pengelolaan Keuangan untuk UMKM! |
Di sisi lain, kemajuan teknologi membuat peluang
bisnis makin berkembang. Ibu-ibu jadi bisa berbisnis di rumah sembari mengurus
keluarga. Saya sendiri dan Eva sudah membangun usaha sejak tahun 2008. Jatuh-bangun-jumpalitan-salto-nangis-ketawa
nggak keitung jumlahnya. Kami pernah ditampar kenyataan berulang-ulang, pun
menuai padi yang kami tanam sendiri. Kami tetap bertahan. Tapi yang namanya
bertahan mesti cari ilmu sebanyak mungkin biar kalau jatuh pun di atas matras.
Ya, nggak?
Ketua Komunitas Benua Balantik |
Tanggal 28 Agustus, Rabu lalu, saya dan Eva
menghadiri acara yang diadakan Visa, Ibu Berbagi Bijak dan Komunitas Emak-emak
Blogger. Pembahasannya tentang mengelola keuangan UMKM. Cocok juga buat pejuang
freelancer kayak kami. Jadi kamitu
pengusaha UMKM iya, pejuang kerja paruh waktu iya, penulis purna waktu juga
iya. Bingung, kan? Ya udah sih, nggak usah dipikirin. He he he.
Ibu Berbagi Bijak program pengelolaan keuangan yang diinisiasi oleh Visa |
Acara yang diadakan di Noah’s Barn Jl. Dayang
Sumbi No. 2 Bandung, mulai sekitar pukul 10.30 WIB. Kursi-kursi terisi penuh
dari depan sampai belakang. Dan semua pesertanya perempuan. Memang para ibu itu
selalu semangat dan bergairah kalau soal keuangan, eh keilmuan.
Bapak Riko Abdurrahman, Presiden Direktur Visa |
Bapak Riko Abdurrahman, Presiden Direktur
Visa, dalam kata sambutannya mengibaratkan bahwa istri itu Menteri Keuangan
sedang suami Menteri Ketenagakerjaan. Jadi istri juga mesti pinter mengelola
keuangan. Secara gaji suami langsung masuk kantong istri ya, buk-ibuk. Tugas
menteri keuangan itu maha berat. Gimana caranya mengatur pemasukan biar cukup
buat semua keperluan juga buat tabungan.
Punya
Business Atau Buzzyness?
“Ibu-ibu punya business atau punya buzzyness?
Kalau mau sibuk mending arisan aja. Ini kalau kita meluangkan waktu untuk
usaha, kita harus untung! Wajib! Karena bayangkan waktu yang kita korbankan
untuk anak-anak dan suami kita pakai buat bisnis. Kalau nggak untung, ngapain? Buat
gengsi semata?” ucap Mbak Prita Ghozie, CEO & Co-Founder Zap Finance. Seribu
anak panah mendarat di ulu hati saya.
Mbak Prita Ghozie, CEO & Co-Founder Zap Finance |
Kata Mbak Prita lagi nih, 80% penyebab stress adalah masalah keuangan. Lagi cekak bawaannya emosi… aja. Uang tuh, sumber masalah. Dan buat penduduk di Pulau Jawa, masalah keuangannya karena ngikutin gengsi dan gaya hidup. Semua ibu-ibu yang hadir manggut-manggut termasuk saya. Punya UMKM sebetulnya jadi jalan keluar buat masalah keuangan tersebut. Tapi… ada tapinya nih, siap nggak sama tantangannya? Apa sih tantangan berwirausaha itu? Pertama, nggak tahu mau bisnis apa. Kedua, nggak tahu untung atau enggak. Syukurlah saya dan Eva udah tahu mau bisnis apaan walaupun yak, setengah musiman. Kata Mbak Prita nggak apa-apa asal tahu visi misi dan untung! Hehehe.
Kenapa kok bisa kita nggak tahu usahanya
untung atau rugi? Karena enggak memisahkan keuangan pribadi dan usaha, enggak
punya catatan arus kas, dan nggak mengetahui modal investasi vs biaya.
Tahun 2018 dapat dikatakan masa yang runyam
nyaris suram buat bisnis saya dan Eva. Selama sepuluh tahun kami berusaha
bertahan membangun UMKM. Udah banting setir sana-sinilah. Sering kami
bertanya-tanya, ini usaha tuh, masih harus dipertahankan atau tinggalin aja,
sih? Pertanyaan itu bermula dari kebingungan kami dalam mengelola keuangan. Dan
kesalahan fatal kami adalah mencampuradukan keuangan pribadi! Makanya kata Mbak
Prita biar usaha untung, langkah pertama adalah bikin rancangan keuangan.
Pahami
Modal dan Kebutuhan Dasar Usaha
“Siapa di sini yang udah punya usaha selama 5
tahun?” tanya Mbak Prita. Beberapa orang mengacungkan tangan.
“Siapa di sini yang udah punya usaha selama
10 tahun?” Giliran saya dan Eva mengacungkan tangan. Pertanyaan itu berulang
sampai yang punya usaha 20 tahun.
Mbak Prita Ghozie, CEO & Co-Founder Zap Finance |
Dalam membangun UMKM kita harus memahami modal
dan kebutuhan dasar usaha yang terdiri dari:
Modal
Investasi Awal
Properti
Properti seperti bangunan tempat usaha kita.
Bisa juga sewa ruko dan lain-lain. Yang memulai usaha dari rumah pernah nggak
melakukan penyewaan terhadap rumahnya sendiri? Pasti enggak. Dapur nyampur,
stok barang simpan di kamar sampai menghabiskan ruang. Mulailah menghitung
biaya sewa walaupun ke rumah sendiri agar nanti ketika melakukan perluasan
usaha terbiasa dengan biaya sewa. Nggak ada ceritanya bingung kenapa kok, pindah
tempat jadi nggak untung? Padahal dulu ada biaya yang terlewat dihitung.
Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung misalnya mesin jahit
untuk usaha bikin bantal. Kalau saya sih, laptop dan kamera. Godaannya kita
suka pengin gawai yang mutakhir. Pengin punya laptop dan kamera terbaru yang
mahal dan canggih padahal belum penting-penting amat.
Pelatihan tenaga kerja
Biaya upgrade skill. Misalnya sebagai blogger
mengikuti kelas menulis.
Modal
Kerja Operasional
Modal kerja operasional dibagi menjadi dua
yaitu barang dagangan dan barang pendukung. Misalnya usaha jualan kerudung.
Biaya
Tetap
Biaya tetap seperti biaya listrik, telepon,
internet, gaji pegawai, dan biaya pemasaran.
Lalu Mbak Prita nanya lagi, siapa yang
freelancer? Otomatis saya dan Eva mengangkat tangan lagi. Kata Mbak Prita,
freelancer juga masuk wiraswasta. Biaya tetap freelancer kayak transportasi
2
Pertimbangan Kunci Dalam Usaha
Sekarang gimana pertimbangannya pada saat
punya usaha orang biasanya bingung soal pembiayaan antara ambil pinjaman atau
pakai uang sendiri. Mbak Prita menyarankan di tahun pertama usaha jangan ambil
pinjaman. Karena kalau usahanya gagal kita nggak meninggalkan hutang. Lalu pada
saat perluasan usaha baru boleh deh, cari pinjaman.
Perluasan usaha bisa menggaet mitra yang juga
punya modal. Tapi kalau nggak cari mitra baru cari pinjaman. Ada hal-hal yang
harus dipertimbangkan ketika mengambil pinjaman. Kunci mengambil pinjaman itu
pertama jangan terlena! Kebutuhan pinjamannya 5jt, pinjam 8jt. Sisanya dipakai
buat beli lain-lain.
Saat ambil pinjaman harus menghitung dengan
benar kebutuhan pendanaan. Kemudian tambahkan 10% dari kalkulasi dana. Misalnya
pinjam 5jt tambahkan 10% untuk jaga-jaga kalau kurang dana. Langkah terakhir,
pertimbangkan alternatif sumber pendanaan lain.
Alternatifnya bisa dari bank,
lembaga keuangan seperti multifinance,
dan P2P Lending seperti pinjaman online. Pastikan pinjam ke
lembaga-lembaga ini yang sudah terdaftar ke OJK. Jangan sampai terjebak sama
rentenir online.
Kelebihan P2P Lending itu bisa diakses di
berbagai lokasi, prosesnya cepat, persyaratannya mudah dan sederhana.
Kekurangannya tenor jangka pendek dan biaya administrasi besar, bunga pinjaman
lebih tinggi dibandingkan bunga di Bank, dan jumlah dana pinjamannya terbatas.
Makanya hitung biaya administrasi dari total pinjamannya.
Nah, gimana dengan operasional? Maksudnya
biaya proses usaha sehari-hari. Pikirkan dengan serius praktis dan taktis
gimana. Praktis dalam menjalankan usahanya dan taktisnya menyusun perencanaan
sampai 5 tahun ke depan. Misalnya kalau beli kamera, laptop, atau mesin jahit
tergunakan secara maksimal bukan lapar mata doang. Ngapain beli laptop
mahal-mahal kalau cuma dipakai nulis sebulan sekali?
Strategi
Mencapai Tujuan Usaha
Punya usaha artinya harus punya tujuan atau
target. Buat target bulanan penghasilannya berapa, keuntungannya berapa. Kalau
nggak punya target sama dengan nyari kesibukan aja alias buzzyness!
Mengelola usahanya, membuat manajemen
keuangan. Jadi sebagai pelaku UMKM atau freelancer yang paling bermasalah itu
soal cash. Kadang project banyak,
cash-nya seret. Kadang usaha jalan terus eh, orang pada nggak bayar. Ngambil
aja barang tapi lupa bayar. Galakan yang ditagih daripada yang nagih. Nah,
perhatikan bagan arus kas di bawah ini:
Pemasukan kas kita dari modal kerja dan omzet
(pendapatan) dan kas kita akan berkurang untuk pembayaran pinjaman, operasional
usaha, dan pembelian barang modal. Pinjaman kita jangan sampai dibayarin sama
pasangan, harus dari penghasilan usaha kita sendiri. Status usaha kita sebagai
wiraswasta atau freelancer itu ada tiga: profit, lost, dan impas. Kira-kira kamu yang mana? Kalau saya udah pernah
tiga-tiganya. Jangan pakai feeling, yak. Bikin laporan keuangan yang benar.
Punya neraca keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.
Parameter
Kesehatan Keuangan
Mau tahu keuangan kita sehat apa enggak? Cek
poin-poin berikut:
- Punya utang nggak? Utangnya termasuk produktif seperti dipakai buat perluasan usaha atau buat kongkow-kongkow aja? Jika cicilan utang masih di bawah 30% dari penghasilan makan keuangan kita masih sehat.
- Biaya hidup enggak melebihi pemasukan. Biaya hidup itu baiknya hanya menghabiskan 50% dari pendapatan kita.
- Punya dana darurat. Berapa sih baiknya dana darurat itu? 3 kali dari pengeluaran rutin dan berbentuk kas.
- Punya tabungan. Tabungan harus terbagi menjadi tabungan rencana dan investasi masa depan
Merujuk ke parameter kesehatan keuangan di
atas nih, gaes, saya sepertinya dalam kondisi lampu merah. Hiks. Ya, semoga
tahun ini udah bisa naik ke lampu hijau.
Terakhir Mbak Prita memberi kunci pengelolaan
keuangan yang disingkat ZAPFIN yaitu Zakat, Assurance,
Present consumption, Future spending, dan Investment.
So,
siapa di antara kamu yang punya business atau buzzyness? Yuk, belajar
pengelolaan keuangan untuk UMKM. Jangan terus bersembunyi di balik tabir “Ya, namanya
juga bisnis, naik turun kayak pegunungan.” Lagi nanjak ngos-ngosan, lagi turun
susah ngeremnya. Bhuahaha. Buat saya bisnis itu dunia yang mesti dikulik tanpa
batas. Penuh tantangan, risiko, keseruan, dan kegembiraan. Mesti optimis meski
banyak hal bikin pesimis. Optimis tuh, terlahir dari proses dan pembelajaran. Betul,
nggak? Iya dong, masa enggak.
Keren ya acaranya. Jiwa bisnisku jadi bergejolak lagi mendengar penuturan mbak Prita, hihihi
ReplyDeletematerinya keren banget ya Teh, dan emang bener modal usaha jgn disangkut pautin sama uang pribadi, pusing sendiri ntar akhirnya hehe
ReplyDeleteSeneng deh kalo ada program2 pelatihan yg memberi banyak solusi kayak gini. Bikin kegiatan perekonomian Indonesia makin menggeliat, terutama yg menengah ke bawah <3
ReplyDeleteMengelola keuangan itu emang sangat penting banget apalagi kalo udah punya umkm sendiri
ReplyDeleteKalo liat cek ricek kesehatan keuangan, Alhamdulillah sehat semoga makin berkah juga aamiin tfs Teh evii
ReplyDeleteGood luck kk
ReplyDeleteTertampar banget ini pas ditanya bisnis apa busyness wkwkwk, mudah2an dengan ilmu yang sudah didapat ini saya jadi bener2 menjalankan bisnis, aamiin.
ReplyDeleteAcara keren ini ya Teh.. jd banyak belajar...walau susah komit hehe..
ReplyDeleteKeren banget acara ini. Huhuhu... sayang banget gak bisa ikut. Padahal mungkin bikin aku termotivasi untuk bisnis lagi.
ReplyDeletemasih berusaha keras nih buat naik ke zona hijau.. soalnya aku selalu ngabisin lebih dari 50% pendapatan huhu.. eh malah curhat XD
ReplyDelete