Peta Indonesia 2017 - Sumber sejarah-negara.com |
Saya akan mulai tulisan ini dengan betapa Indonesia
sangat kaya akan keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke pulau-pulau berjajar
terpisah laut, danau, selat, dan tanjung. Dari atas satelit atau minimal lihat
dari peta, untaian kepulauan Indonesia terlihat megah berwarna hijau, biru,
merah, putih, kuning, atau sebut saja warna kesukaanmu. Berbagai suku, bangsa, agama,
warna kulit, bahasa, tak habis saya sebut satu per satu. Keberagaman indah di
atas kertas, sulit di dalam realitas.
Keberagaman itu berat seperti batu. Maaf bila saya
terbaca pesimis. Masih ingatkah petaka yang menimpa salah satu pendukung
pendukung klub sepak bola Bandung akhir-akhir ini? Saya sebut saja bobotoh
pendukung Persib Maung Bandung yang nyawanya hilang sebab disangka pendukung
Persija. Kasus demikian bukan yang pertama. Sepak bola telah menjadi berhala
sejak lama. Diagung-agungkan lebih dari nyawa. Sepak bola menjadi prinsip hidup
di kalangan masyarakat menjadi pegangan melewati logika. Sebab sepak bola
menjadi iman hampir tak terbantahkan. Mengapa demikian? Apakah kita telah terlampau berpegang
teguh pada persamaan? Yang berbeda ke laut saja.
Keberagaman itu ringan seperti kapas. Saya kini
terbaca optimis. Masih ingat beberapa hari lalu petaka yang menimpa Indonesia
saat bendera kita tercetak terbalik di buku ASEAN GAMES 2017 dan lagu Rasa Sayange
diklaim sebagai lagu Malaysia. Berbondong-bondong masyarakat Indonesia membela
harga diri bangsa. Saat itu keberagaman lebur menjadi satu. Satu jiwa. Kita tak
lagi peduli klub sepak bola mana yang dibela si anu, tak lagi peduli berasal
dari daerah lagu Rasa Sayange. Karena kita merasakan persamaan nasib sebagai
bangsa dan negara. Apakah perbedaan lebur hanya setiap kali kita mendapat
guncangan dari pihak lain? Mari-mari yang di laut, naiklah ke darat.
Setiap orang yang hidup di Indonesia memperlajari Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara sejak sekolah dasar. Menghapal berbeda dengan
mengamalkan. Menghapal lebih mudah ketimbang mengamalkan. Jika kita meresapi
nilai-nilai Pancasila niscaya keberagaman elok adanya. Bahkan tak satu manusia
pun di bumi ini yang persis sama. Setiap orang punya hak sama bersuara dan
berekspresi tanpa menebas batas hak orang lain. Menerima keberagaman sama
halnya mencintai persamaan. Toleransi dan tenggang rasa pegang dalam hati.
Percayalah bahwa Pancasila sumber inspirasi maju.
Ketika kita tak lagi peduli pada perbedaan, fokus pada apa yang kita kerjakan,
berinovasi terhadap karya, itulah langkah nyata mencintai Indonesia. Tahukah
kamu begitu banyak anak-anak bangsa yang berprestasi? Mereka yang peduli
terhadap sesama membuat perubahan di lingkungan, membawa harum negeri hingga
mancanegara. Mereka patut kita apresiasi, menjadi contoh di berbagai bidang.
Apresiasi terhadap mereka mampu membawa perubahan di
tanah pertiwi datang juga dari pemerintah. Dalam rangka memperingati
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72, Unit Kerja
Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila atau UKP PIP menyelenggarakan
Festival Prestasi Indonesia, di Jakarta Convention Center pada
tanggal 21 dan 22 Agustus 2017, pukul 09.00 – 21.00 WIB.
Festival Prestasi Indonesia 2017 |
Yudi Latif Kepala UKP-Pancasila berkata, “UKP-Pancasila
mencoba mengarusutamakan visi sejarah yang lebih optimis dengan
ikut membangun tradisi mengapresiasi kinerja positif dan prestasi
72 putra-putri bangsa. Langkah itu antara lain digagas
melalui penyelenggaraan Festival Prestasi Indonesia.”
Menurut salah satu tim seleksi Nia
Sjarifuddin, salah satu kriteria untuk menjadi ikon prestasi
adalah pernah memperoleh penghargaan atau juara tingkat nasional
dan internasional. Selain itu, bagi yang belum pernah mendapatkan
penghargaan, UKP PIP melihat apakah karya dan tindakan ikon tersebut
memiliki dampak nyata dan pengaruh yang besar bagi lingkungan
maupun profesinya. Kriteria lain adalah sang ikon affirmatif dan
representatif.
Panitia Festival Prestasi UKP-Pancasila
membagi ketujuhpuluhdua orang ini ke dalam empat kategori:
saintis dan inovator, olahraga, seni budaya, dan pegiat sosial.
Salah satu ikon prestasi dari sains dan inovator adalah
Prof. Dr. Taruna Ikrar, M. Pharm., MD, Ph.D, seorang dokter jenius
yang pernah menjadi kandidat Nobel Kedokteran dan saat ini
menjabat Dekan School of Biomedical Sciences, National Health, University
of California di AS. Alan Budikusuma, pemain buku tangkis
Indonesia yang meraih medali emas dalam nomor tunggal putra
pada Olimpiade Barcelona 1992, mewakili ikon prestasi olahraga.
Sedangkan apresiasi untuk prestasi seni budaya antara lain
diberikan kepada sutradara Garin Nugroho. Kategori pegiat sosial
diwakili oleh salah satu pelopor Komnas Perempuan, yaitu Sinta
Nurriyah Abdurrahman Wahid.
Selain mengapesiasi 72 orang ikon
berprestasi, Festival Prestasi Indonesia juga menyelenggarakan
pagelaran seni Pancasila Gemilang. Acara ini terbuka untuk umum, gratis
tanpa dipungut biaya.
Informasi lebih lengkap bisa kamu lihat di:
Instagram https://www.instagram.com/ukp_pancasila
Mari kita tanggalkan batu di pundak kita, agar langkah
kita seringan kapas. Mengapresiasi dan menyerap energi positif dari mereka yang
tak lagi peduli terhadap perbedaan. Karena Indonesia adalah milik kita bersama,
tongkat estafet ada di tangan kita.
Jadi inget kata-kata entah siapa, musuh dari luar mampu menyatukan.
ReplyDeleteAku juga kadang pesimis sama keberagaman Indonesia karena banyak masalah tetapi di sisi lain bangga sama orang Indonesia yang satu suara membela negara, meski kata2nya malesin hahaha..
ReplyDeleteTih emang kita cinta Indonesia apa adanya dengan segala kekuranganya
Semoga keberagaman ini mampu membuat Indonesia terus bersatu, sekarang dan selamanya
ReplyDeleteNgga cuma orang sini, bule aja pada jatuh cinya sama Indonesia.. Hidup Indonesia yg Ika dalam Bhineka!
ReplyDeletesaya bekerja di isu HIV AIDS sudah hampir 8th teh, betapa beragamnya latar belakang setiap insan di dalam lingkaran tersebut. Tujuan kami satu, agar semua tetap sehat, jangan sampai tertular atau menularkan HIV AIDS kepada orglain. Saya ga berani menghakimi, kenapa sampai mereka terinfeksi.. bagaimanapun latar belakangnya. yg akhirnya saya lakukan adalah ttp memotivasi mereka utk tetap hidup.. dan beratah, Urusan benar atau salah, Hak nya Tuhan bukan saya.
ReplyDeleteMari menjaga keberagaman di Indonesia, mulai dari lingkaran terkecil TFS ya teh Evi
typo *hidup dan bertahan
DeleteLagian apa serunya hidup homogen ya. Enakan gini banyak perbedaan agama, ras, suku. Lebih eksotis & unik. hehehehe.
ReplyDelete