Ayah, Mari Terbang Kembali ke Kampung Halaman |
Ayah, Mari Terbang Kembali ke Kampung Halaman - Ayahku, sedikit bicara banyak bekerja. Pada kesempatan
langka, Ayah bercerita tentang kenangan masa kecilnya. Hampir 67 tahun lalu, Ayah
lahir di kota Palembang. Tepatnya di rumah sakit tua yang dulunya adalah gereja
bernama RS RK Charitas Palembang. Menurut Ayah, hari lahirnya bertepatan dengan
hari Natal dan hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya nama Ayah adalah
Muhammad Isa Anshori. Nama almarhumah nenekku sendiri adalah Maria.
Ketika mendengar Ayah bercerita tentang masa
kanak-kanaknya, seringkali aku iri. Ayahku tumbuh besar di daerah 18 ilir Kota Palembang,
yang pada masa itu masih hutan. Salah satu tetangga Ayah seorang guru, punya
banyak sekali koleksi buku. Ayah sering dipanggil untuk membaca, kata beliau, “Membaca
bukulah, dari pada kau main di luar.” Sejak itu, Ayah melahap buku seolah
makanan ringan. Buku favorit Ayah, petualangan Tom Sawyer. Demi merasakan
petualangan Tom Sawyer di dunia nyata, Ayah pergi ke sungai dan membuat perahu
dari batang pisang. Berlayarlah Ayah sampai ke tengah. Tak dinyana, perahu
bikinan Ayah terantuk batu besar. Hancurlah. Ayah jatuh ke sungai. Begitu kepala
Ayah muncul ke permukaan berbarengan dengan munculnya kepala seekor buaya
dewasa. Mereka berpandangan sekejap. Batin Ayah mengatakan bahwa sebentar lagi
ia akan dicaplok buaya. Ayah bertekad untuk segera berenang menjauh memunggungi
si buaya. Ternyata si buaya pun ketakutan dan segera berenang ke arah berbeda dengan
Ayah.
Kampung halaman Ayah di 18 Ilir, Kota Palembang |
Petualangan semacam itu tak membuat Ayah gentar. Kali
lain, keluarga Ayah punya peliharaan kura-kura berumur puluhan tahun. Kura-kura
itu besar sekali hampir sebesar Ayah yang baru masuk sekolah dasar. Salah satu
keluarga Ayah bilang, batok kura-kura itu kuat sekali bahkan pedang sekalipun
tak mampu menembusnya. Didorong rasa penasaran, diam-diam Ayah menebas
kura-kura itu dengan semacam katana. Kemudian yang terjadi adalah si kura-kura
terbelah dan mati. Ayah sedih bukan kepalang. Menangis dan menyesal. Pesan
moral cerita ini kata Ayah, berhati-hatilah bicara pada anak-anak.
Potongan-potongan cerita Ayah membuatku penasaran
dengan kampung halaman beliau. Kesempatan untuk mengunjungi tanah kelahiran
Ayah datang saat aku berumur 9 tahun. Waktu itu Nenek Maria masih hidup. Ayah dan
Wa Toni, kakak Ayah, bergiliran merawat Nenek. Giliran Wa Toni merawat Nenek. Maka
kami hendak mengunjungi nenek. Seperti tema-tema karangan SD, berlibur ke rumah
Nenek. Kami sekeluarga pergi ke Argamakmur, Lubuklinggau, Bengkulu Utara, tempat
Wa Toni tinggal.
Pertama kali mudik ke Palembang |
Itulah kali pertama aku menginjak Pulau Sumatera. Kenangan
masa kecilku yang tak terlupakan. Bengkulu dan Palembang bersuhu panas. Aku
sampai mandi tiga kali sehari. Tapi keramahan penduduknya membuat hati sejuk. Kesempatan
itu kami gunakan untuk berkeliling beberapa tujuan wisata seperti pantai
Bengkulu dan ke air terjun yang aku sudah lupa sama sekali namanya. Paling
penting, kami berkeliling ke sanak saudara Ayah di Kota Palembang.
Jangan lupakan makanan khas Palembang yaitu mpek-mpek
dan tekwan. Di lidahku, mpek-mpek asli sana itu lembut, gurih, dan empuk
sekali. Bumbu cukanya yang hitam terasa pedas ramah, tidak membuat sakit perut.
Setiap rumah keluarga Ayah menyediakan dua menu utama itu.
Almarhumah Nenek Maria, ibunya Ayah (tengah) |
Nenek Maria meninggal dunia beberapa tahun kemudian.
Itulah kunjungan terakhir keluargaku ke Argamakmur dan Palembang. Kala itu aku
sudah SMP. Kami sekeluarga sempat mengunjungi rumah kediaman Bung Karno pada
waktu pengasingan di Bengkulu tahun 1938 sampai 1942.
Rumah kediaman Bung Karno pada waktu pengasingan di Bengkulu |
Beberapa tahun kemudian, Wa Toni dipanggil Allah SWT.
Kepergian dua orang paling terkasih Ayah seolah memutus jalur hubungan kami
dengan Pulau Sumatera. Hingga belasan tahun berlalu, Ayah dan Mama hanya pernah
sekali saja ke Palembang.
Dari cerita Ayah, aku tahu beliau merantau di usia
muda. Seumurku sekolah menengah pertama Ayah merantau ke Bandung. Berdagang dengan
Yai, Ayahnya Ayah. Pernah Ayah kembali ke tanah kelahiran saat pertengahan sekolah
menengah atas dan kembali merantau begitu lulus sekolah.
Ayahku, sedikit bicara banyak bekerja. Tanpa bicara
pun aku bisa melihat kerinduan di mata Ayah pada tanah kelahiran. Pada masa
kecil yang tercecer beserta kenangan manis pahit. Bandung barangkali sudah
menjadi kampung halaman kedua Ayah tapi tak pernah bisa menggantikan posisi
Kota Palembang di hati Ayah.
Menjelang liburan Idul Fitri seperti sekarang adalah
saat yang tepat bagi Ayah untuk berkunjung ke tanah kelahiran. Ayah bisa
menutup toko tanpa beban. Ayah, mari terbang kembali ke kampung halaman. Aku pun
telah rindu bersentuhan dengan panasnya udara Pulau Sumatera. Rindu bersentuhan
dengan keramahan keluarga dan penduduknya.
Untuk mudik ke Palembang, Aku memilih mengajak Ayah naik
pesawat terbang dengan beberapa alasan:
Rute Penerbangan
Kini rute penerbangan domestik makin banyak sampai ke
pelosok nusantara. Beberapa bandar udara baru dibuka seperti Bandar Worowali di
Sulawesi Tengah. Telah beberapa tahun ini ada rute penerbangan dari Bandung ke
Palembang dan sebaliknya. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam 10 menit saja. Ayah
dan Mama sudah tua, semakin sebentar waktu tempuh, semakin kecil risiko di
jalan.
Rute penerbangan dari Bandung ke Palembang |
Keselamatan Saat Perjalanan
Jaminan keselamatan saat perjalanan menggunakan
transportasi udara. Kini pesawat terbang makin canggih dilengkapi teknologi
tinggi sehingga mampu beroperasi dalam berbagai kondisi. Adanya online check
in membuat kita tidak perlu berdesakan.
Lakukan online check in pesawat (sumber instagram [at]djpu151) |
Asuransi kesehatan pun sudah ada
sejak dulu. Fasilitas-fasilitas seperti masker oksigen, sabuk pengaman,
pelampung, dan kelengkapan lainnya tersedia di dalam pesawat.
Fasilitas dalam keadaan darurat seperti masker oksigen (sumber instagram [at]djpu151) |
Keamanan Saat Perjalanan
Transportasi udara menjamin keamanan. Sebelum naik
pesawat, penumpang akan melewati security check dan detektor logam sebanyak dua kali. Jadi penjagaan keamanannya ketat.
Security check point area (sumber instagram [at]djpu151) |
Adanya
pembatasan atas benda-benda tajam. Barang-barang yang termasuk dalam kategori
tersebut yaitu benda bermata pisau dan berujung tajam, dan senjata harus
terdaftar saat check in di bandara, dibungkus dengan aman, dan tidak
dibawa ke kabin pesawat.
Barang-barang yang dibatasi dalam penerbangan (sumber instagram [at]djpu151) |
Peraturan lain seperti tidak boleh menyalakan gawai
saat di pesawat terbang membuat perjalanan kian aman karena tidak akan
mengganggu navigasi penerbangan.
Matikan handphone agar tidak mengganggu navigasi pesawat (sumber instagram [at]djpu151) |
Kenyamanan Saat Perjalanan
Selama perjalanan, Ayah dan Mama duduk dengan nyaman
di bangku pesawat yang empuk. Ada toilet di pesawat sehingga tidak perlu
menahan buang air kecil atau besar. Fasilitas penyediaan makanan juga tersedia
sehingga tidak perlu berat-berat membawa bekal. Mengisi perjalanan, Ayah dan
Mama bisa membaca majalah yang tersedia atau bisa menonton televisi di beberapa
maskapai yang menyediakan fasilitas hiburan tersebut.
Fasilitas naik dan turun pesawat (sumber instagram [at]djpu151) |
Tak lupa ketika turun
dari pesawat, penyediaan fasilitas garbarata yang memudahkan lalu lintas
penumpang. Untuk lokasi turun penumpang yang berjarak 200 meter dari terminal
kedatangan disediakan bus pengangkut.
Suasana di dalam bus pengangkut dari terminal kedatangan pesawat |
Informasi-informasi di atas selain dari pengalaman, kudapatkan
dari #SobatAviasi, komunitas yang dibentuk oleh Direktorat Jendral Perhubungan
Udara Kementerian Perhubungan. Untuk mengakses informasi tentang transportasi
udara, kamu bisa membuka social media Direktorat Jenderal Perhubungan Udara seperti
https://www.instagram.com/djpu151/
dan https://www.facebook.com/djpu151/
Oh iya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan sedang mengadakan lomba Vlog bertema “Mudik Selamat
Aman Nyaman Lewat Jalur Udara” berhadiah paket wisata ke Raja Ampat, Go Pro
Hero, Xiomi Yi Action Cam, dan merchendise. Menarik banget ya. Info lengkap
sila mengakses selamanya.id
Ikutan yuk vlog competition Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan |
Aku tidak ragu memilih pesawat terbang untuk mudik
bersama Ayah dan Mama. Mari terbang bersama transportasi udara menuju kampung
halaman selamanya: selamat aman nyaman.
Ayah, Mari Terbang Kembali ke Kampung Halaman (sumber instagram [at]djpu151) |
Mirip banget ama ayahnya teh, duh ai twinnies lucu banget waktu kecil hehe btw gudlak ya lombanya^^
ReplyDeleteSaya jadi pengen mudik pake pesawat
ReplyDeleteBikin kangen rumah mba :)
ReplyDeletenaik pesawat emang bikin ketagihan hehe
ReplyDeleteWah seru ya Vi cerita ayahnya. Terutama yang pas ketemu buayanya. Untunglah buayanya ketakutan. Hmmm ini aku baru ngeh apa lupa ya kalau Evie punya darah Palembang? Duh maafkeun hehe
ReplyDeleteaku ke palembang cuma lewat aja teh. eeh bukan.. pas naik bis dr jkt ke padang.. langkat y? jauh ga dr palembang?
ReplyDeleteseru banget cerita masa kecil ayah yang berandai-andai menjadi Tom Sawyer. Ayahnya Mba Evi bakal bernostalgia nih ke kampung halaman. Kalau perlu bisa minta fasilitas kursi roda buat membantu ayah naik pesawat.
ReplyDeleteAku kok terharu ya baca kisah perjalanan hidup ayah. Seru, tapi sedih. Semacam aku bisa merasakan kerinduan ayah pada kampung halamannya. Semoga Ayah bisa pulang kembali ke kampung halaman ya, Teh :)
ReplyDeleteMau oleh2 mpek2 :D
ReplyDeleteCerita ayahnya Teh Evi waktu kecil seru sekali,ya.. jadi kenangan yang bisa diceritakan ke anak-anak.
ReplyDeleteSemoga acara mudik bareng ayah dan mama dilancarkan dan selamat sampai tujuan, aamiin
Aaaah, terjawab sudah pertanyaanku di video kmrn mbak. Ayahnya ya yg di video itu hehe :)
ReplyDeletePemberani sekali, buaya pun takluk oleh beliau.
Lah, aku baru tahu teh kamu ada darah palembang. Tahu gitu tiap ketemu minta bawain pempek, deh.
ReplyDeleteItu foto kalian waktu kecil,kah?
wah ternyata ayah ditakuti buayammhi2
ReplyDeleteasyiknya mudik dengan peawat terbang ya kaka,bisa cepat bertemu dengan keluarga :)
ReplyDeleteWah ternyata banyak blogger asal Palembang ya. Aku tadi baca beberapa blog isinya tentang mudik ke Palembang hehehe. Salam mba Evi
ReplyDeleteAku udah lama pengen banget bisa traveliing ke Palembang, semoga bisa dpat kesempatan kesana suatu hari
ReplyDeleteSemoga lancar "selamanya" mudiknya bersama keluarga tercinta ya mbak Evi.
Sehat selamat ya mba perjalanan mudiknya :)
ReplyDeleteKeren banget mbak. ayah pasti senang sekali bisa kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga. semoga lancar mudiknya
ReplyDeleteMasih banyak yang sering menyalakan HP di kabin pesawat. Walaupun mode pesawat sebaik dimatikan saja.
ReplyDeleteMudik rame-rame emang kerasa banget serunya, hehe. Salam buat keluarga ya
ReplyDeleteAh,jadi kangen bapak saya lihat foto dengan Ayahmu,mb
ReplyDeleteWaaah cerita-cerita masa kecil ayahnya di kampung halaman seru banget mbak.. Btw, happy mudik yaaa
ReplyDeleteOh jadi evi sering baca buku juga karena ada dorongan dari ayah juga yah? hemmmm menarik
ReplyDeleteCerita-cerita ayah Evi membuat Evi jadi penulis hebat.
ReplyDeletePasti bahagia saat mendengarkannya
Seru cerita ayahnya jadi ingin dengar eh baca cerita ayahnya lebih bnyak lg
ReplyDeleteBaca tulisannya aku jadi kangen Ayah. Yuuuk ah ke kampung halaman. Enak ya kalau bisa mudik pake transportasi udara, andai Garut ada hihi
ReplyDeletewaaah, pantean evi suka baca dan nulis turunan dari ayah ya, btw, aku juga pernah ke Palembang tapi lewat darat dan laut, kenangan tidak terlupakan, pengen ke sana lagi
ReplyDeletekebiasaan membaca dan menulis evi ternyata diturunkan dari ayah ya, keren banget
ReplyDeleteBunda juga pernah ke Palembang tapi via darat dan laut, jadi kangen pengen ke Palembang lagi
ReplyDeleteAyah, nanti anakmu pulang dr rantauan yaaa
ReplyDelete