Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki |
Untuk
Eva Sri Rahayu
Hingga
kulitmu keriput
Hingga
ragaku tak lagi kuat
Hati
ini tak kan pernah tua
Eva, my Giant Amor,
Sejarah kembali berulang.
Masih segar dalam ingatan tentang peristiwa tujuh tahun lalu. Detik-detik
dimana aku harus melepasmu menuju kehidupan baru. Seperti katamu, aku masih
telalu muda untuk mengerti makna berpasangan. Bagiku, kamulah belahan jiwaku
satu-satunya. Tak ada seorang lelakipun bisa menggantikan posisi nomor satu
dalam hatiku. Tidak juga kedua orang tua kita.
7 tahun lalu, dengan bahagia
kita merencakan pernikahan si kembar. Lalu apa yang terjadi? Aku menyangkal,
aku lari, aku menghindar. Pernikahanku tak pernah kesampaian. Sementara kamu
dengan gagah berani menggenggam kehidupan baru itu. Aku terluka, kamu lebih
memilih mengikat diri bersama seorang yang lain. Jiwaku hilang setengah saat
kamu mengucap sumpah.
Beberapa tahun
kemudian, kamu kembali. Bagaikan kutukan untukmu dan anugerah untukku. Ya, aku
adalah manusia paling posesif di dunia ini. Paling egois. Kamu adalah ruhku. Penyemangat
dan cintaku. Rumahku. Walaupun aku sadar, keberadaanku tak juga memupus air
matamu.
Hidup terasa utuh saat rumah
kembar kita menaungi. Kita kembali seperti remaja, menghabiskan waktu bersama. Perbedaannya
hanya satu, Rasi. Aku tetap bahagia, kamu dan Putri Rasi senantiasa menunggu
kepulanganku. Aku mengada dalam semesta kalian.
7 tahun kemudian, sejarah
kembali berulang. Kita kembali merencanakan pernikahan si kembar. Sempat terpikir
olehku untuk lari, LAGI. Menghabiskan masa tua bersamamu, Putri Rasi, dan
kucing gemuk kita, Miura. Kamulah yang paling tahu, aku tak pernah punya impian menjadi pengantin, seperti kisah dalam komik-komik serial cantik koleksi kita. Aku tak pernah berpikir bahwa kita akan menua, orang tua kita makin
renta. Haruskah keegoisan merajai? Kali ini aku tak bisa lari. Atau sesungguhnya,
saat ini aku telah bersiap menghadapi.
Seringkali aku mengiri
melihatmu dan Rasi bercengkerama. Ingin sekali aku punya seorang putri, keluar
dari rahimku. Membiarkan dua putri saling mengisi, seperti kita. Membiarkan kedua
suami kita kelak mengobrol hangat tentang apa saja. Dan waktu berpihak pada
kita. Menyatukan dunia kita. Untuk impian yang baru itu, ada rasa sakit, ada
pengorbanan.
7 hari lagi, aku akan mengucap
janji. Berselang satu bulan kamu akan mengikat sumpah. Impian itu hanya
berjarak sejengkal. Seperti perpisahan yang tak terhindar.
Berapa kali kita berpisah,
Va? Tak terhitung. Kita selalu kembali, kembali, dan kembali. Kali ini pasti
begitu, kan? Jangan bilang kamu dan aku akan berjarak. Sungguh mati, sekalipun aku
bersuami, kamu tetap memiliki cintaku. Utuh. Kamu pun begitu, kan?
Ah, dalam tubuh perempuan
ujung dua puluhan ini masih tersimpan jiwa bayi dalam rahim mama. Berdua saja
denganmu, berbagi makanan dan kasih Mama. Hanya berdua. Galaksiku adalah kamu.
Galaksi kita memuai, menarik jiwa-jiwa lain dalam lingkarannya.
7 tahun kemudian, aku akan
menjadi pengantin paling cantik kedua, setelahmu. Karena kamu adalah perempuan
paling cantik yang kutahu. Pada hari bahagiamu nanti, aku akan melihat
keluhuranmu. Kuberikan restuku. Kali ini kita harus bahagia. Bersama.
Va, aku punya lagu buatmu.
Kita kerap menyanyikannya berdua. Ditulis dan dinyanyikan oleh Fiersa Berasi.
Sedikit kugubah liriknya.
Cerita
kita tak semanis dongeng
Atau
bagai drama sinetron cengeng
Kau
bukan artis ku bukan pujangga
Namun
kisah ini sangat berharga
Hingga
rambutmu memutih
Hingga
perutku membuncit
Kita
memang bukan KEMBARAN sempurna
Bukankah
tuhan mengirimmu untuk melengkapiku
Aku
tidak perlu punya segalanya
Selama
kau ada disini hidup kan baik-baik saja
Sayangku, bahagialah. Karena
kalau kamu sakit, akulah yang paling terluka. Akulah yang paling kecewa. Dan
aku akan selalu menjadi pelindungmu, seperti ketika kita kecil hingga kini. Dan
kamu adalah obat penenangku. Berdua kita saling melengkapi. Menggenapi.
Sosokmu terlihat lembut, lemah, dan ayu. Sosokku terlihat keras, kuat, dan tomboy. Penampakan luar yang kontras. Apa yang diluar tak sejalan dengan yang di dalam. Kamu bisa saja lembut tapi kamu kuat menghadapi berbagai cobaan. Aku bisa saja keras tapi aku kerap kali menyerah. Kita bagaikan Yin dan Yang.
Oh ya, aku tak sabar memegang buku We Called It Twins Miracle Curse. Buku yang kita perjuangkan sepuluh tahun. Biarkan dunia tahu kita kembar.
Biarkan dunia merasai cinta kita yang besar. Biarkan dunia mengerti aku dan
kamu tak terpisahkan. Rekam jejak itu tertulis dalam puluhan buku kita kelak.
Biarkan dunia mengecap apa yang kita kecap.
Selama
kau ada dihati hidup kan baik-baik saja
keren, sama-sama mempunyai jiwa menulis dan penulis terkenal juga :)
ReplyDeleteAmiiin, semoga :)
DeleteAsik ya punya 'soulmate' satu mainstream. :)
ReplyDeleteAda asyik ada enggaknya sih :D
Deleteselamat ya..
ReplyDeleteMakasih :)
Deletembak evi, knp difoto itu terlihat menangis ?
ReplyDeletedulu yang lahir duluan siapa ya mbak ? Evi atau Eva ?
Lupa juga kenapa nangis :D
Deletesweet and touching! kalo nulis dari hati pasti selalu menyentuh hati pembacanya. I can feel your love to ceu Eva by this letter.
ReplyDeletealso praying for your (both) happiness. life's journey might separate you both, but love will always makes you become one. forever.
*also can't wait for your upcoming books. aakkkk!
*kissandhugs*
Peluk Sindy. Semoga kamu suka baca bukunya nanti ya :)
Deletesemoga keselamatan dan kebahagiaan selalu menyertai kalian, kembar. :')
ReplyDeleteMakasih Aprie, semoga keselamatan dan kebahagiaan selalu menyertai kamu juga ya :')
DeleteBagus banget tulisan ini, Vi :)
ReplyDelete