My Digital Business: Sociopreneurship Tukar Barang |
Di mana ada masalah, di situ ada peluang
Seringkali saya merasa gelisah ketika melihat
barang-barang yang enggak terpakai lagi di rumah. Menumpuk di gudang atau
menyesaki halaman rumah. Membuang barang-barang itu tentu sayang, memberikannya
pada pihak lain sering juga enggak tepat sasaran sehingga menjadi onggokan baru
di tempat lain, atau menjualnya dengan harga enggak seberapa rasanya nyesek
banget.
Barang-barang senasib seperti ini jumlahnya banyak
dan saya yakin di setiap rumah, kost-kostan, atau gudang penyimpanan perusahaan
pastilah ada. Apa sih yang bikin barang-barang enggak berfungsi semestinya? Ini
dia:
Barang
Pemberian Mantan
Barang-barang yang pernah dikasih si mantan
#ehm, rasanya gimana gitu ya kalau masih disimpan padahal udah punya pasangan
baru. Bakar aja, bakar! Stop deh,
tindakan emosional itu membuat bumi makin panas dan rusak. Mau kasih ke teman
juga pasti mereka ogah nerima. Kebanyang kan kalau teman kita ketemu si mantan,
diam-diam dia mikir: kok kayak kenal ya bajunya?
Barang-barang dari mantan |
Kabarnya di Los Angeles sana udah ada Museum of Broken Relationships alias Museum
Patah Hati. Penggagasnya adalah pasangan seniman Olinka Vistica dan Drazen
Grubisic yang telah putus. Museum ini memajang segala barang mantan dengan berbagai
kisah sejarahnya. Kreatif ya, namun alangkah baiknya kalau barang-barang itu
bisa kita manfaatkan lagi.
Salah
Beli dan Tergoda Barang Diskon
Pernah nggak sih kamu salah beli baju yang
ukurannya kekecilan, kebesaran, nggak sesuai gambar di IG, atau lagi kalap sama
diskonan sehingga beli ini itu yang pada akhirnya nggak kepakai? Bisa juga kita
tergoda barang-barang yang nampak lucu dan imut tapi nggak tahu fungsinya.
Tergoda barang diskonan |
Kosmetik
yang Nggak Cocok
Sebagai cewek, saya sering tergoda sama
iklan, terutama iklan kosmetik penghilang jerawat. Setelah saya pakai ternyata
makin banyak jerawat. Pernah nggak sih kamu beli kosmetik yang ternyata nggak
cocok buat kulitmu? Kita sama-sama tahu kalau kosmetik itu ada waktu kadaluarsa
sehingga harus cepat-cepat dipakai.
Kosmetik |
Hadiah
dari Orang Tercinta
Pernah nggak kamu mendapat hadiah dari orang
tua atau pasangan yang nggak ngerti selera kamu? Niatnya sih ngasih kejutan, eh
malah kamu males pakainya.
Kolektor
Kenangan
Selalu ada barang-barang yang punya ikatan
emosional buat kita. Misalnya tempat tidur bayi dari anak pertama. Mungkin
kepikiran kalau tempat tidur ini bakal bisa kepakai lagi sama anak kedua, tiga
sampai lima tahun mendatang. Betapa kagetnya ketika mendapati tempat tidur itu
sudah reyot karena enggak keurus.
Saya punya tas yang bersejarah karena
menemani beberapa fase hidup saya dalam setiap suasana, baik itu saat hangout bersama teman, kuliah, dan kerja
di berbagai tempat. Rasanya nggak rela banget tas itu saya kasih ke orang lain.
Beberapa waktu lalu saya merapikan kembali koleksi tas saya dan ternyata tas
itu agak berlumut. Saya sedih banget sekaligus berpikir, sebanyak apa pun kenangan
yang melekat dalam tas ini enggak bisa menyelamatkannya dari lumut dan
keenggakberfungsian.
Tas kesayangan Evi |
Satu kasus lagi, pernah ditinggal orang
tercinta? Ingin rasanya menyimpan barangnya sebagai kenang-kenangan. Di era
digital ini tentu banyak foto yang telah kita abadikan bersama, mungkin itu
cukup bagi sebagian orang, mungkin enggak bagi sebagian lagi. Namun dengan
menyimpan barang-barang itu apakah bisa mengobati rasa kehilangan kita?
Barang Elektronik
Punya hape bekas zaman dulu? Mesin cuci
bekas? Atau printer yang ketinggalan zaman? Dan kesemuanya itu sebenarnya masih berfungsi dengan baik. Dijual harganya nggak seberapa,
dikasih nggak ada yang mau nerima. Bingung juga ya mesti dikemanain?
Barang elektonik |
Barang-Barang
Enggak Kejual
Hampir setiap perusahaan punya persediaan
barang yang enggak kejual. Baik itu industri kecil maupun besar. Sayang banget
kalau cuma jadi penunggu gudang dan jadi santapan para tikus.
7 alasan yang saya tulis di atas hanya
sebagian kecil dari banyak alasan kenapa sampai barang-barang yang kita punya
menjadi barang liabilitas. Menurut saya, sumber terbesarnya adalah alasan
emosional kita yang nggak rela melepas barang-barang itu. Pertanyaannya:
tegakah kita menjadikan barang-barang itu menjadi sampah? Sementara kita tahu
jumlah sampah di dunia sudah luar biasa banyak? Sementara kita tahu bahwa di
luar sana ada yang membutuhkan barang-barang ini? Sementara hanya sedikit di
antara kita yang mau bersusah payah untuk me-reuse atau menyulap barang-barang ini menjadi punya manfaat lagi
buat kita?
Solusi:
Tukarkan Barangmu
Saya sempat belajar secara formal dan menggeluti
dunia marketing beberapa waktu, saya meyakini bahwa kalimat ajaib: di mana ada masalah, di situ ada peluang,
adalah benar adanya. Setelah googling
cukup lama, saya enggak menemukan siapa pencetus quotes itu pertama kali, maka izinkan saya mengatakan bahwa quotes di atas pertama kali saya dengar
dari seorang teman—jujur saja saya juga lupa siapa teman saya yang bilang.
Masalahnya bagaimana barang-barang bekas itu
kembali bermanfaat? Ada kalanya saya sulit menyalurkan barang bekas seperti
barang peninggalan dari orang yang meninggal. Masih ada saja yang takut karena
kepercayaan tertentu. Atau mengurangi perasaan emosional sendiri dan melepas
dengan ikhlas demi melihat barang-barang itu bikin orang lain bahagia bukan
cuma pindah tempat nongkrong aja. Atau hati bergejolak gara-gara obral barang
bekas yang harganya bisa turun lebih dari setengahnya. Walaupun baru pakai
sekali tetap aja hitungannya barang bekas, kan?
Tukarkan barangmu |
Akhir tahun lalu, saya mendapat pencerahan.
Saya pikir, barang-barang bekas itu akan lebih bermanfaat ketika sampai pada
orang yang benar-benar membutuhkan. Orang-orang yang tepat. Tapi bagaimana? Tukar
barang. Iya, tukarkan barangmu dengan barang lain yang lebih kamu butuhkan akan
terasa melegakan dan menyenangkan. Agar acara tukar barang ini bisa mencapai
seluruh wilayah Indonesia solusinya dengan online.
Terbesitlah untuk membuat situs tukarbarang(dot)somethingid. Selain tukar
menukar barang, situs ini juga menerima titipan donasi. Sudah lama saya ingin
punya usaha berbasis kegiatan sosial atau Sociopreneurship. Bagi saya ini bukan
sekadar ide bisnis, lebih dari itu saya percaya gagasan ini bisa mengubah
lingkungan sosial di sekitar saya lebih baik. Kalau bisa seluruh dunia jadi
lebih baik.
Emm ... walaupun dunia blogger dan buzzer sudah saya geluti selama hampir
tiga tahun, membuat situs semacam itu bukan ranah saya. Saya mesti belajar!
Digital
Business Your Way Sapa Blogger
Bahagia banget mendapat undangan dari
MyRepublic buat datang ke acara Digital Business Your Way Sapa Blogger yang
terlaksana pada hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2016 di Crematology Senopati, Jl.
Suryo No. 25, Jakarta Selatan.
Kebetulan sehari sebelumnya saya ada acara
juga di Jakarta, jadi sekalian menginap saja. Meski hanya tidur tiga jam, saya
sudah bertekad untuk datang tepat waktu. Saya ingin menyerap ilmu sebanyak
mungkin hari itu.
Sarapan yummi di Crematology Senopati |
Acara mulai dengan sarapan pagi yang
menggugah selera. MC membuka acara dan memperkenalkan MyRepublic yang merupakan
perusahaan penyedia jasa Ultra-Fast Fiber Broadband atau internet ultra cepat. Nggak tanggung-tanggung internetnya berkecepatan
upto 300 Mbps melalui jaringan fiber optik. Saya langsung membayangkan bila
tukarbarang(dot)somethingid didukung oleh jaringan ini tentu bakalan lancar dan
cepat menyentuh konsumennya. Selain itu, MyRepublic juga menyediakan jasa
Interactive TV Cable yang menayangkan ribuan tayangan lokal dan internasional.
Kita juga bisa menikmati layanan TV Streaming di gadget. Ciamik bener!
MyRepublic penyedia jasa internet ultra cepat |
Sesi
Rosiana Halim Dari Bobobobo.com
Nasasumber pertama yang membagi ilmu pada
blogger adalah Rosiana Halim, Managing
Director Bobobobo.com. Menurut Rosiana, ada 4 kunci dalam membangun bisnis
berbasis digital.
Rosiana Halim Managing Director Bobobobo.com |
Pertama,
market atau pasar. Tentukan siapa target market kita dan pelajari selera pasar.
Misalnya Bobobobo.com menyasar kebutuhan fashion,
perabot rumah, makanan, dan paket perjalanan kelas menengah atas. Semakin spesifik semakin baik. Produk yang
ditawarkan merupakan barang luxury. Saking
ingin memenuhi selera pasar, Bobobobo.com menyediakan fasilitas foto produk
agar kualitas gambar terjaga dan menghindari perbedaan antara barang dan foto
dalam katalog.
Kedua, merchant dalam pengertian orang
perorangan, badan usaha, atau badan hukum yang menjalankan usaha di bidang
penjualan barang dan atau jasa, termasuk didalamnya metode pembayaran. Misalnya
menggunakan kartu kredit, kartu debit, paypall,
dan lain sebagainya.
Ketiga, diferensiasi. Bicara soal
diferensiasi saya teringat buku Kotler, bapak marketing dunia yang mengatakan
bahwa sebuah produk mesti unik, memiliki ciri khas. Bobobobo.com sendiri
merupakan marketplace lifestyle yang memadukan kebutuhan bersifat fisik seperti
fashion, makanan, dan perabot rumah dengan kebutuhan rohani seperti paket
perjalanan. Seolah mengingatkan kita biar nggak stres ya piknik aja ^_^
Keempat, networking.
Menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak seperti pemilik brand dan konsumen.
Selaras dengan H.R Bukhari bahwa silaturahmi bisa melapangkan rezeki dan
memperpanjang umur.
Sesi
Frans Fernando Dari Tokopedia
Narasumber berikutnya adalah Frans Fernando, SEO
specialist Tokopedia. Frans bertanya pada seluruh peserta, siapakah target market blog kalian? Tentunya pembaca dong. Target
market blog kita satunya lagi adalah pemilik brand dengan artikel
advertorialnya. Bagaimana sih agar pemilik brand melirik blog kita? Apakah berdasarkan
DA, PA, PR, atau Alexa yang umumnya blogger ketahui? Ternyata bukan. Katanya
DA, PA, PR, dan Alexa ramping enggak menjamin perusahaan melirik karena
indikator tersebut enggak bersifat sahih.
Frans Fernando SEO Specialist Tokopedia |
Pertama, kunci napas sebuah blog adalah
konten. Content is king! Tetap ya,
isi blog yang informatif, bermanfaat, dan menghibur adalah incaran pembaca dan
pemilik brand.
Kedua, membuat review produk yang jujur. Kenapa
harus jujur? Karena kalau kamu sampai bohong, pembacamu akan pergi ke blog
lain. Kalau kamu belum dilirik pemilik brand yang kamu incar, coba bikin review
salah satu produknya dengan jujur. Saya pikir pemilik brand juga enggak
keberatan dikasih masukan dengan cara yang baik.
Ketiga, niche
blog. Ingat sekali lagi, semakin spesifik niche blogmu, semakin bisa menjadi
rujukan pembaca. Kalau udah gitu, pemilik brand akan senang hati mengajakmu
kerja sama. Mereka percaya, kamu bisa menjadi influenser pembaca dalam
pembelian produk.
Sesi
Helma Kusuma Dari Freelancer.com
Narasumber terakhir adalah Helma Kusuma, Country
Manager Freelancer.com. Saya sendiri daftar Freelancer.com sejak situs tersebut
belum bertempat di Indonesia. Menurut Helma, Freelancer.com telah menolong
lebih dari satu juta orang. Kebayang kan situs ini bisa mengentaskan kemiskinan
di berbagai belahan dunia. Keren!
Helma Kusuma, Country Manager Freelancer.com |
Helma memberi saran bagi teman-teman yang
ingin merintis menjadi freelancer adalah mulai dengan proyek kecil. Semua memulai
dari bawah, enggak ada yang instan. Proyek-proyek ini menjadi portofolio buatmu.
Setelah itu buatlah CV semenarik mungkin. Setelah mendapat banjir proyek
ajaklah teman-teman sejawat untuk menyelesaikan proyek itu. Dan jadilah kamu
sebagai leader yang baik. Saat itulah kamu telah menjadi bos dan membuka
lapangan kerja bagi orang lain.
Dalam sesi tanya jawab, saya terharu ketika
bertanya apa bentuk CSR dari Freelancer.com? Helma menjawab, CSR adalah napas
Freelancer.com karena setiap tindak-tanduknya adalah CSR *angkat topi*.
Sesi tanya jawab |
Untuk menyempurnakan ilmu di atas, kita mesti
terus mengikuti perkembangan zaman di era digital yang serba cepat. Caranya
dengan mengakses secara rutin ChannelNewsAsia
agar mata kita semakin terbuka. Situs ini berbahasa Inggris, buat saya yang
kurang ngerti bahasa dunia ini, bisa menjadi ajang pembelajaran.
Kompetisi
Blog MyRepublic dan Bagaimana Jika Saya Menang
Setelah menyimak dan menyerap ilmu dari
ketiga narasumber acara Digital Business Your Way Sapa Blogger, saya kembali
teringat ide usaha tukarbarang. Ini seperti harapan yang terkabul karena
masalah yang saya hadapi untuk membuka usaha tersebut terletak di modal.
MyRepublic mengadakan kompetisi blog berhadiah menggiur dengan total 15jt
rupiah. Gila!
Digital Business Your Way Blogging Competition |
My Digital
Business: Sociopreneurship Tukar Barang
Tahap-tahap persiapan tukarbarang(dot)somethingid |
Mari berandai-andai jika saya yang menang
kompetisi blog ini. Pertama, yang
saya lakukan adalah menyusun konsep tukarbarang(dot)somethingid sematang
mungkin dan membentuk tim kecil yang solid dan sevisi misi. Tim tersebut
terdiri dari konseptor, IT, web designer, bagian promo, content writer, bagian
distribusi barang, admin media sosial, dan PR. Tim haruslah paham bahwa tukarbarang(dot)somethingid
lebih bersifat sosial ketimbang bisnis. Its
not about the price, its all about the value.
Kedua, memasang
internet ultra cepat yaitu MyRepublic agar pekerjaan online cepat stabil dan bergandengan
tangan dengan blogger buzzer untuk mempromokan bagaimana barang bekas bisa
bernilai tinggi dengan menukarnya dengan barang lain yang lebih dibutuhkan.
Ketiga, saya
ingin mengedukasi keluarga dan tetangga-tetangga saya untuk memilah barang
bekas maupun melek internet minimal bagaimana cara memanfaatkan situs ini.
Keempat,
mencari partner distributor barang yang handal dan bisa mencapai pelosok
Indonesia.
Kelima,
merancang paket donasi barang-barang bekas layak pakai ke pelosok Indonesia sehingga
perekonomian bisa lebih merata.
Cara kerja tukarbarang(dot)somethingid |
This
is my digital business: sociopreneurship tukar barang. What’s yours? Doakan
ya teman-teman ^_^
What a great idea! Guna sangat lah ini, sungguh. Semangat mewujudkan! <3 *pray*
ReplyDeleteidenya bagus banget mbak! :D
ReplyDeletesemoga menang lomba blognya. :)
Wah SEO tokopedia masih muda banget ya :)
ReplyDeleteiya ya bener juga barang yg udah ngak pake lempar aja ke sana...
ReplyDeleteAku doakan terwujud, Epi Chan. Pasti banyak orang yang terbantu :D
ReplyDeleteSemoga segera terealisasikan, dulu pernah punya ide saling nitip barang di luar negeri dan ngasih tips. Eh ternyata setelahnya sudah ada startup Bistip hehe
ReplyDeleteSukses Teh Evi
Semoga segera terealisasikan, dulu pernah punya ide saling nitip barang di luar negeri dan ngasih tips. Eh ternyata setelahnya sudah ada startup Bistip hehe
ReplyDeleteSukses Teh Evi
bagus juga idenya mbak perlu diwujudkan
ReplyDeleteSemoga sukses sampe terwujud web tukarbarangnya yaa...nanti aku jadi usernya deh teh :)
ReplyDeleteWhoaaaa, kebetulan aku ada speaker dock yg gak cocok buat hapeku, apalah bukan kelas ipon, kayaknya boleh tuh dicoba...
ReplyDeleteKalau aku, aku jualan layangan, soalnya aku kan anak alay (bukan lebay ya ?) alay itu anak layangan (tapi nggak suka nongkrong di pinggir jalan) pokonya alaayyyy banget...hehehehehe...
ReplyDelete