![]() |
Sekolah-sekolah Alternatif, Pendidikan Untuk Semua Anak Indonesia |
Suatu ketika di tahun 2016 saya berkunjung ke
Rokan Hulu, salah satu Kabupaten di Provinsi Riau. Lebih tepatnya ke Pasir
Pangaraian, Ibukota Rokan Hulu. Kedatangan saya itu dalam rangka penulisan buku
Sang Pembaharu yang mengangkat kisah hidup Bapak Ahmad. Sepanjang mendengar
riwayat beliau saya mencatat sebuah kalimat: ilmu pengetahuan dapat mengangkat
harkat derajat manusia.
Bapak Ahmad ini berasal dari keluarga kurang
berada. Ibunya membesarkan beliau dan kakak-kakaknya sendirian dengan bekerja
sebagai buruh kebun. Untuk bersekolah beliau mesti berjalan berkilo-kilo dengan
medan yang sulit, melewati hutan dan sungai. Perjuangan beliau tak sia-sia,
beliau berhasil menjadi orang terkemuka di daerahnya.
Cerita Bapak Ahmad mengingatkan saya pada
cerita Ayah dan Mama saya sendiri terutama Mama. Mama tinggal di Pangalengan
sejak kecil yang merupakan kawasan perkebunan. Jarak antara sekolah dan kawasan
perumahan cukup jauh. Tak ayal Mama dan kawan-kawannya harus melenggangkan kaki
sejauh kiloan meter. Sesekali truk perkebunan melintas dan dengan senang hati
mengangkut anak-anak sekolah.
Ayah saya tinggal di Palembang. Ayah lahir
tahun 1950, pada masa itu sekolah masih jarang. Senada dengan kisah Mama, Ayah
juga menempuh perjalanan jauh menuju sekolah melintasi hutan, rawa-rawa, dan
sungai.
Tenaga
Pendidik Independen
Ketika saya bersekolah dasar di Banjaran,
Kabupaten Bandung, saya jauh lebih beruntung sebab sudah ada jalan aspal
kendati melewati sawah-sawah. Namun cerita mengenai sekolah tidak selamanya
indah bagi keluarga saya. Saya dan kakak-kakak mesti membiayai kuliah sendiri
karena tidak tembus ujian negeri. Dua tahun kemudian, saya dan Eva berhasil
juga tembus perguruan negeri. Saya sendiri tidak jadi mengambil sebab kadung
cinta dengan kampus sebelumnya. Kami kuliah sambil bekerja. Itu juga menjadi
bekal kemandirian kami hingga sekarang.
![]() |
Evi sedang mendongeng |
Kesulitan mengenai pendidikan baik dari segi
fasilitas, biaya, dan tenaga pengajar memotivasi saya untuk berjuang sebagai
tenaga pendidik independen. Maksudnya saya turun ke ranah pendidikan dengan
menawarkan alternatif metode ajar maupun materi yang tidak terikat kurikulum
sekolah maupun komunitas, organisasi, atau instansi tertentu. Kerap kali saya
mengikuti program-program seperti Kelas Inspirasi, mengajar di Lapas Sukamiskin
Bandung, Pekan Berbagi Senyum, mengisi workshop-workshop menulis dan blogging, dan
terakhir belajar mendongeng untuk anak-anak SD dan pra sekolah.
![]() |
Evi sedang mendongeng |
Bagi saya fondasi dasar pendidikan adalah
literasi. Sehingga ketika saya mengisi kelas, saya berbagi pada anak-anak tentang
motivasi belajar, bagaimana menyenangi membaca buku, dan menulis. Saya selalu
menekankan bahwa setiap orang adalah legenda dalam hidupnya. Jika tak ada yang
mampu mencatat apa yang kaupikirkan dan apa yang kaurasakan, menulislah.
Membaca dan menulis adalah belaan jiwa. Tanpa membaca kau tak bisa menulis,
tanpa menulis kau tak sempurna menebarkan pengetahuan.
Pernah bergelut di dunia teater beberapa
tahun mempengaruhi metode mengajar saya. Saya mengawinkan dan mempraktikan olah
tubuh, olah vokal, olah sukma, dan bedah naskah dalam membedah karya. Pada
praktiknya mirip mendongeng juga dan anak-anak diajak untuk berdekatan dengan
subjek pelajarannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari.
Sekolah dan kelas alternatif sangat
dibutuhkan di era sekarang. Setiap anak memiliki kebutuhan masing-masing sesuai
karakter zamannya. Tantangan anak-anak kini bukan saja tentang kurang
fasilitas, lebih jauhnya melekatkan kembali kepribadian bangsa dalam pencarian
jati diri. Kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang mendesak demi kemajuan
manusia-manusia Indonesia agar mandiri, mengolah kekayaan alam secara bijak dan
mampu menjaganya, dan memiliki karakter santun berbudaya. Setiap elemen dan
pihak di Indonesia sepertinya sudah sadar betul. Itu juga yang dilakukan Sinar Mas Agribusiness and Food.
Sekolah
Eka Tjipta di Tengah Kebun Sawit
Latar belakang
terciptanya sekolah kebun bagi anak-anak karyawan dan warga
sekitar perkebunan kelapa sawit yang dikelola Sinar Mas Agribusiness and Food. adalah investasi manusia sama pentingnya dengan
investasi ekonomi. Upaya ini dimaksudkan agar anak-anak yang ada di
perkebunan tak perlu meretas jarak dengan medan menantang menuju pusat kota
yang jauh.
![]() |
Murid-murid SD Sekolah Eka Tjipta |
Mula-mula ide tentang
pembangunan fasilitas pendidikan di lokasi yang terpencil tersebut berasal dari
arahan pemerintah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk semua anak
Indonesia membuat Sinar Mas Agribusiness and Food. melangkah lebih jauh dengan menggandeng Eka Tjipta Foundation (ETF) lewat program peningkatan kualitas sekolah
kebun. Penyelanggaraan pendidikan pun dimulai dari tingkat usia dini hingga
sekolah menengah. Sejumlah sekolah yang dinamakan Sekolah Eka Tjipta berkembang
hingga menyandang standar nasional yang telah terakreditasi A.
![]() |
Murid-murid SD Sekolah Eka Tjipta turun dari bus sekolah |
ETF bekerja sama
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dinas pendidikan setempat turun
ke lapangan guna melakukan penilaian. Hasil dari observasi lapangan ini
digunakan sebagai dasar penyusunan langkah perbaikan di bidang pendidikan yang
mengasilkan pelatihan-pelatihan manajemen bagi sekolah naungan
perusahaan.
![]() |
Murid-murid SD Sekolah Eka Tjipta di dalam bus sekolah |
Eka Tjipta Foundation
sendiri merupakan lembaga yang mewadahi kegiatan sosial perusahaan Sinar
Mas yang tersebar di berbagai pilar bisnisnya. Terutama ETF
berfokus pada bidang pendidikan, budaya, dan lingkungan sesuai dengan visi
Sinar Mas yaitu meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan kemandirian
masyarakat agar mampu berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara
Indonesia secara berkelanjutan.
![]() |
Bus sekolah Eka Tjipta |
Sekarang ini ada
sekitar 300 sekolah kebun yang mendidik 30ribu ‘anak
kebun’ di bawah bimbingan 3ribu orang guru yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Meski begitu tidak semua sekolah menyandang
nama Eka Tjipta hanya 50 sekolah saja. Sekolah-sekolah ini berlandaskan
pada nilai-nilai kehidupan pendiri Sinar Mas, Bapak Eka Tjipta
Widjaja yaitu menjadi sekolah yang menghasilkan individu berbudi luhur,
berkarakter, berprestasi dan peduli lingkungan. Sekolah-sekolah binaan ini #TumbuhBersama
#80ThnSinarMas.
Kisah Jamal Rosid, Si Anak Kebun
Adalah Jamal
Rosid adalah seorang ‘anak kebun’ dari SD Eka Tjipta Terawan, Kalimantan
Tengah yang dibawa keluarganya berpindah dari Kebumen, Jawa Tengah. Kedua
orang tuanya adalah karyawan di PT Bina Sawit Abadi Pratama kebun Terawan.
Ia melanjutkan sekolah di SD Eka Tjipta ketika kelas 3 pada tahun 2009.
Dua tahun berselang,
Jamal Rosid terpilih masuk tim Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang berlaga
di tingkat Kecamatan Danau Seluluk di bidang matematika. Setahun ia mengikuti
bimbingan khusus. Tak sia-sia, Jamal meraih posisi juara kedua. Tahun
berikutnya ia kembali mengikuti OSN bidang matematika dan menggondol
juara 1. Ia mengikuti seleksi di tingkat Kabupaten Seruyan di Kuala
Pembuang, Kalimantan Tengah mewakili Kecamatan Danau Seluluk. Ia
terpilih menjadi peserta terbaik sehingga bisa mengikuti OSN Matematika Tingkat
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012. Kerja kerasnya mengantarkan Jamal
berkompetisi OSN tingkat nasional di Jakarta. Sayangnya ia belum berhasil
meraih juara.
Kisah Jamal Rosid ini mengingatkan kita
betapa pentingnya kesempatan pendidikan untuk semua anak Indonesia di mana pun
mereka berada. Kesempatan adalah kata kunci! Sinar Mas melalui Sekolah Eka
Tjipta telah memberikan kesempatan lahirnya anak-anak bangsa yang berprestasi
karena diperuntukkan bukan saja bagi anak-anak karyawan juga untuk warga
sekitarnya. Tak heran Sinar Mas tumbuh bersama masyarakat dan turut
menyumbangkan kemajuan bagi Indonesia. Untuk mengetahui program-program lain Sinar Mas bisa lihat di www.sinarmas.com. Simak yuk, sepak terjang 80 tahun Sinar
Mas melalui video di bawah ini.
Jalan untuk menyumbangkan pemikiran dan
tenaga ke dunia pendidikan di Indonesia beragam cara. Tujuannya tetap satu
mencerdaskan anak bangsa dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tidak peduli seperti saya memilih menjadi tenaga pendidik independen atau
membuat sekolah kebun layaknya Sinar Mas. Saya juga mengenal kawan-kawan yang
merintis perpusatakaan umum kemudian dijadikan tempat berbagi ilmu pengetahuan
dengan adanya kelas-kelas baca-tulis, mendongeng, mengaji, bahasa, dan
sebagainya. Setiap cara serupa sehelai kertas yang membentuk sebuah buku. Di
sana ada berbagai cerita haru, lucu, sedih, dan bahagia. Sebuah buku yang
merekam perjalanan Nusantara.
Subhanallah, sangat termotivasi dan menginspirasi Teh🤗
ReplyDeletejadi bersyukur aku ga perlu merasakan jalan puluhan kilometer demi pendidikan dan kisah2 inspiratif ini jadi terharu dibuatna :)
ReplyDeleteHarus beryukur ya teh, kita bisa melewati jalan yang mulus untuk pergi ke sekolah.
ReplyDeleteSuka malu kalo lihat anak-anak di pedalaman kayak gini. Sementara mereka kudu ekstra berbagai hal untuk bisa sekolah, lha kita, anak-anak kota, sekolah suka pada males-malesan. :D
ReplyDeleteWalau di tengah kebun, semoga semangat mereka tetap terjaga untuk menuntut ilmu ya Teh
ReplyDeleteJadi inget film laskar pelangi teh.. tapi keren lihat anak-anaknya tetap semangat sekolah walopun banyak halangan rintangan menuju sekolahnya. Semoga semua cita-citanya terwujud ya, dek!
ReplyDeleteInspiratif sekali. Mdh2an banyak perusahaan besar lainnya yg memiliki misi mulia kayak sinar mas ini ya. Karena kesempatan utk mendapatkan pendidikan yg layak semakin merata di seluruh pelosok Indonesia. Tfs evi ��
ReplyDeleteSalut untuk Evi yang mampu menularkan ilmunya lewat mengajar dengan metode yang menyenangkan, sekolah alternatif memang dibutuhkan agar pendidikan menyentuh segala lapisan
ReplyDeleteMasya Allah jadi inget pas ngajar dulu dan ikut komunitas mengajar, ah jadi rindu
ReplyDeleteEviiiii, tersentuh aku bacanya.
ReplyDeleteDi luar sana masih banyak banget anak2 yang masih susah dapet pendidikan. Bener pisan Vi, kuncinya adalah kesempatan.
Semoga semakin banyak perusahaan besar yang makin peduli sama pendidikan seperti Sinar Mas ini yah Vi :))
Subhanallah terharu teh bacanya, keren! Semoga pendidikan di kita semakin membaik yaa aamiin
ReplyDeleteWah bagus programnya ya...
ReplyDeleteSemoga semakin banyak anak-anak yang meraih kesempatan untuk berprestasi kayak Jamal Rosid ya, Vi
ReplyDeleteTeteh, aku tersentuh banget bacanya. Aku bersyukur banget anak² bisa sekolah. Ternyata di pedalaman masih banyak yg sulit.
ReplyDeleteSemoga pendidikan semakin merata ya, teh
banyak anak bangsa berprestasi yang berasal dari daerah dan kalangan kurang mampu.
ReplyDeleteterharu banget kalau baca kisah2nya :-*
Asyiiik, menarik... 👍
ReplyDeletePenuh intrik dan menarik. Terima kasih sudah berbagi. Semoga selaras dengan semesta.
ReplyDeleteSelalu bangga dan seneng tiap liat Evi ngajar.
ReplyDeleteKembaranku kereeen!