Strategi Menawarkan Naskah ke Penerbit


Strategi Menawarkan Naskah ke Penerbit

Banyak yang bertanya sama saya dan Eva (kembaran saya), “Gimana sih caranya menawarkan naskah ke penerbit? Kok, saya ditolak terus?”

Sebagian orang lebih suka menulis untuk dirinya sendiri. Sebagian lagi ingin mempublikasikan karyanya. Banyak cara mempublikasikan tulisan kita, misalnya di blog, jadi kontributor website, atau mengirimkan cerpen dan puisi ke Koran. Lalu bagaimana bila ingin menjadikan naskah kita sebagai buku? Tentunya kita ingin karya kita diterima oleh penerbit mayor, kan? Artikel ini mungkin bisa sedikit menjawab pertanyaan tersebut. Artikel ini adalah hasil dari eksplorasi saya dan Eva.

Strategi Menawarkan Naskah ke Penerbit

1. Buatlah naskah bukumu
Beberapa orang bertanya pada saya dan Eva, bagaimana menembus penerbit tertentu. Biasanya, saya dan Eva akan balik bertanya, “Novelnya udah jadi?” Dan beberapa orang itu menjawab, “Baru mau ditulis, sih.”
Saran kami, buatlah naskah bukumu sebelum menanyakan bagaimana menembus penerbitan. Sederhananya, memangnya apa yang akan kamu tawarkan pada penerbit kalau karyanya saja belum ada atau setidaknya bayangan karyamu.

Ketika membuat naskah buku, layangkan pertanyaan ini pada dirimu:
a.    Genre naskahnya apa?
Ini penting. Kamu harus tahu genre naskahmu apa. Berkaitan dengan penerbit, karena enggak semua penerbit menerima genre tertentu. Misalnya naskah puisi, kebanyakan penerbit belum menerima kumpulan naskah tersebut.
b.    Pembaca idealmu seperti apa?
Setelah menentukan genre naskah, tentukan siapa yang menjadi pembaca idealmu. Misalnya, kamu mau membuat novel romance. Kamu memilih pembaca idealmu adalah remaja. Tentu bahasa yang dipilih berbeda.
Setiap penerbit punya karakter novel romance untuk remaja sendiri. Harap itu diingat. Ada yang memberi kebebasan kita membuat adegan apa saja, ada juga yang membatasi.
c.    Siapa yang akan mengerjakannya?
Setelah menentukan poin di atas, putuskan kamu akan mengerjakan naskah ini sendirian, duet, atau keroyokan. Mesti dicatatat, enggak semua penerbit menerima naskah yang ditulis keroyokan, kecuali penerbit tersebut yang memintanya.
d.    Kapan kamu akan mengerjakannya?
Karena kamu belum menyerahkan naskah ke penerbit, buatlah timeline sendiri. Kapan kamu ingin menyelesaikan naskahmu. Kuncinya ada pada dirimu untuk menepati deadline, enggak ada yang akan menagih karyamu. Disiplinlah. Semakin cepat kamu membuat naskah, semakin cepat pula kamu bisa menawarkannya pada penerbit. Tapi jangan pernah membuat asal sebuah karya. Berikanlah yang terbaik dari dirimu.
e.    Mengapa kamu ingin membuat naskah ini?
Setiap penulis pasti punya visi dan misi terhadap karyanya. Buatlah visi misi ini dalam bentuk tulisan yang bisa kamu lihat setiap saat. Jadikan visi dan misi ini sebagai motivasi setiap kali kamu malas mengerjakan karyamu.

      2. Tentukan kelebihan naskah bukumu
Setiap hari, ada ribuan buku yang selesai dicetak. Buku-buku ini menempati rak-rak di toko buku. Pikirkan, apa kelebihan naskahmu dari buku-buku lain. Tulislah kelebihan bukumu.
Misalnya, novel saya, CineUs, memiliki kelebihan pada pembahasan membuat film independent. Enggak banyak novel remaja yang membahas ini.
Saya dan Eva percaya, semakin unik isi naskahmu, semakin besar kemungkinan penerbit mau menerimanya.

      3. Memilih penerbit yang sesuai dengan karakter naskahmu
Ada dua strategi dalam memilih penerbit, salah satunya adalah memilih penerbit yang sesuai dengan karakter naskahmu. Strategi yang kedua saya bahas setelah poin ini.
Kamu sudah membuat naskah. Kamu tahu target market naskahmu, dan tahu kelebihan naskahmu. Lalu penerbit manakah yang kira-kira bisa menerima naskahmu? Banyaklah membaca naskah genre yang sama dengan naskahmu dari berbagai penerbit. Dari situ, kamu akan tahu, penerbit mana yang cocok untuk naskahmu.
Simpelnya, kamu bisa membaca karakter penerbit dengan mengunjungi website mereka. Di sana akan ada keterangan syarat naskah yang mereka terima.
Misalnya, kamu membuat naskah romance dengan bahasa mendayu-dayu (quotable banget), maka penerbit Gagas cocok untuk naskahmu.

     4. Memilih target penerbit kemudian tulis naskah yang sesuai dengan karakter penerbit tersebut
Strategi di atas bisa kita balik. Kamu tentukan penerbit yang mau kamu tembus, baru membuat naskah sesuai karakternya.
Kamu bisa membaca puluhan buku dengan genre yang kamu pilih. Pelajari dan tuliskan benang merahnya, gaya bahasanya, dan lain sebagainya. Buatlah karyamu sesuai dengan panduan yang kamu pelajari tersebut.
Misalnya, kamu suka sekali membaca buku keluaran Bukune karena gayanya yang ringan dan mengambil pengalaman pribadi. Seperti buku-bukunya Raditya Dika. Maka buatlah karya seperti itu. Kemungkinan naskahmu untuk diterima lebih lebar.

      5. Buat list komunitas yang kamu ikuti
Apa sih hubungannya list komunitas yang kamu ikuti dengan naskah dan penerbit? Kebanyakan penerbit suka pada penulis yang punya komunitas. Minimal komunitas yang notabene adalah teman-temanmu, mau membeli bukumu dan membantu promosi bukumu.
Misalnya, saya mengikuti komunitas backpacker, lalu saya membuat buku tentang petualangan berkeliling Jawa. Komunitas yang saya ikuti bisa membantu saya mempromosikan buku.
Kelebihan lain dengan mempunyai komunitas adalah kita punya tim riset. Riset dan observasi itu susah-susah gampang. Mungkin kita sering bertanya pada Mbah Google, tapi dengan adanya komunitas, kita bisa mendapatkan pengalaman secara langsung.

      6. Buat bentuk promosi untuk bukumu
Hampir semua penerbit memberikan form sebelum kamu menyerahkan naskahmu. Dalam form tersebut ada isian bentuk promosi. Bukan zamannya lagi, kita sebagai penulis pasrah pada program promo penerbit. Penerbit mengurusi ratusan penulis, kita mesti kreatif membuat program promosi sendiri.
Misalnya, saya membuat book trailer untuk novel CineUs.
Dengan membuat program promosi sendiri, penerbit akan sangat terbantu. Penerbit menyukai penulis yang aktif. Jadi, buatlah bentuk promosi seunik dan sekreatif mungkin untuk bukumu nanti.

      7. Tuliskan dalam bentuk proposal
Rangkumlah keenam poin di atas dalam bentuk proposal sederhana dan menarik. Serahkan proposal tersebut bersamaan dengan naskahmu. Yakinlah, dari tumpukan naskah lain, naskahmu punya keunggulan. Biarkan proposalmu yang bicara pada penerbit.

Ayo jangan cuma membaca artikel ini, mari praktikan. Kalau sudah berhasil, jangan lupa sharing pengalamanmu pada saya dan Eva. Selamat berjuang! ^_^
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

48 comments:

  1. okeh,catetttt....*emang mau bikin novel??nggak sih,nggak bisa soalnya hehe*
    bermanfaat mbk,eh mbk evi kembar to???

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama neh, saya juga baru tahu jk mbak evi ini kembar? Seru ya mbak punya sodara kembar..eh,salah fokus

      #ijin copas mbak

      Delete
    2. Strategi ini bukan cuma buat fiksi ko, Mbak. Bisa diterapkan buat non fiksi juga :)

      Delete
    3. Ah iya, Saya punya kembaran. Seru seru gimana gitu punya kembaran :)))

      Delete
  2. Aduh aku berharap banget suatu saat bisa nerbitin buku juga nih.
    Cuma buku apa ya? Aku gak pinter nulis fiksi soalnya.

    ReplyDelete
  3. Oh jadi pemilihan penerbit itu juga perlu pemikiran ya?
    Aku baru tahu kalo penerbit itu punya 'spesifikasi' masing-masing.
    Aku gak pernah memperhatikan hal2 spt ini sebelumnya.

    ReplyDelete
  4. Lansung di copas, simpen di memo...sharing sangat bermanfaat Mak wanna be...

    ReplyDelete
  5. *noted* thanks for sharing, Ceu! :*

    ReplyDelete
  6. Lagi bikin proposal, masih mikir bentuk promosinya nih, Vi. )

    ReplyDelete
  7. Wah,,,infonya berguna banget. Thks for sharing. Kebetulan lagi nulis naskah buku pertama.

    ReplyDelete
  8. catetttt,...keren bgt infonya mak, makasiih ya :)

    ReplyDelete
  9. sudah disimak mbak... mantap .. jadi tambah ngerti nih

    ReplyDelete
  10. udah punya draft novel yang ngendon bertahun2 di laptop tapi ga pede nih :D padahal ingin,, ah bingung :D hihihi

    ReplyDelete
  11. sip dan #maksimal. dicatat.
    hatur nuhun nya'.

    ReplyDelete
  12. Nice post...semangat lagi ah nulisnya ^_^

    ReplyDelete
  13. waah ijin save ya mak.... aku tu mau nulis buku gak rampung2 spa tau hbs baca ini dpt hidayah nyelesain hihihiii :-)

    ReplyDelete
  14. Poin ke-2 menurut saya kadang gampang-gampang susah, hehe. Informasinya lengkap dan bermanfaat buat yang pengen jadi penulis buku laris nih. Cemungudz, Mbak Evi!

    ReplyDelete
  15. Oke, mbak Evi .
    informasi dan strateginya dalam menawarkan tulisan kepada penerbit lengkap,
    dan semoga semakin banyak karya mbak Evi.

    ReplyDelete
  16. bermanfaat banget! makasih ya :)
    doain saya beres tahap pertama dulu yah :D

    ReplyDelete
  17. Mantap abis ilmunya. Ditambah strategi tersebut dituangkan dalam mindmap biar alurnya jelas tambah yahut. Makasih mbak penulis.

    ReplyDelete
  18. wah ini harus di bookmark dulu, setelah wisuda langsung praktikan ah, trims mbak

    ReplyDelete
  19. Saya suka sekali menulis puisi. Tapi tak beraturan tempatnya. Asal tulis aja. Apa ada penerbit yang mau kumpulan puisi saya, sedang saya penulis pemula. Ilmunya manfaat banget buat saya.

    ReplyDelete
  20. Saya suka sekali menulis puisi. Tapi tak beraturan tempatnya. Asal tulis aja. Apa ada penerbit yang mau kumpulan puisi saya, sedang saya penulis pemula. Ilmunya manfaat banget buat saya.

    ReplyDelete
  21. Boro2 mau ngarang naskah, nulis artikel aja di blog pribadi dan sulitnya setengah mati hehehe

    ReplyDelete