Review Film Moga Bunda Disayang Allah


Dunia buku sedang ramai dengan buku berbau inspirasi, kisah nyata atau fiksi tentang perjuangan hidup. Moga Bunda Disayang Allah adalah satu dari banyak novel yang meraup sukses dari genre tersebut. Kesuksesan sebuah buku seringkali menjadi incaran para production house untuk mengangkatnya menjadi film layar lebar. Apakah kesuksesan novel akan selalu diikuti filmnya?


Pertama kali menyaksikan trailer Moga Bunda Disayang Allah, saya yakin sekali cerita film ini mirip kisah Helen Keller dan Anne Sullivan. Ternyata film ini adalah novel karya Tere Liye yang terinspirasi kisah tersebut dengan rasa Indonesia. Saya belum baca novel tersebut, namun memang tidak tertarik untuk memperbandingkannya.



Jika tak mau dilabeli sebagai film reliji, bolehlah saya sebut Moga Bunda Disayang Allah sebagai film spiritualis yang gagal. Pada kenyataannya film ini tidak dapat mengajak penonton untuk bersama-sama mengalami perjalanan spiritual tokoh-tokohnya. Dialog yang formal dan puitis menjadi faktor yang membuat film ini kaku dan tidak membumi. Dialog-dialog tersebut gagal memiliki makna karena cara pengucapan aktor-aktornya tidak natural. Entah penyebabnya adalah arahan dari sang sutradara Jose Poernomo (308, 2013) atau memang sulit diucapkan?

Moga Bunda Disayang Allah berdurasi sepanjang 120 menit terasa seperti 120 jam, karena alurnya yang datar dan lambat. Ditambah adegan-adegan yang sebenarnya sudah tidak diperlukan, film ini kehilangan klimaksnya. Seandainya film diakhiri pada saat adegan Melati menyadari keberadaan hujan. Tapi sayangnya, film terus berlanjut dengan subplot lain yang membodohi penonton.

Satu hikmah yang bisa saya ambil dari film Moga Bunda Disayang Allah yaitu untuk menjadi reviewer film, saya harus memiliki kesabaran. Film semenyiksa apapun harus ditonton sampai selesai walaupun saya punya niat untuk keluar dari ruang bioskop ketika film baru diputar sekitar lima belas menit.

Baca selengkapnya review film Moga Bunda Disayang Allah.
Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

4 comments:

  1. Replies
    1. Iya ada filmnya, tapi sekarang entah masih ada di bioskop apa udah ilang :)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. td salah komen hihihi..

    mnurut saya bukunya jg agak ngebosenin, alurnya lambat..

    ReplyDelete