Rekam Jejak

RF MeetUp Bandung Bagian 1

Kesuksesan selalu meninggalkan jejak
- The Secret -

Pernah dengar tentang Ruang Freelance? Ruang Freelance adalah komunitas yang mengumpulkan freelancer seluruh Indonesia. Sudah agak lama isu RF MeetUp Bandung ini dikemukakan di milist. Setelah beberapa kali ganti tanggal, tempat, dan jam, akhirnya menemu kesepakatan. Tepatnya hari senin, tanggal 22 Oktober 2012, jam 3 – 6 sore, tempatnya di Ngopdul Hasanuddin.


Dari jam janjian, saya terlambat lima belas menit. Saya memang orang yang kurang disiplin, seringkali terlambat menghadiri hampir semua kegiatan. Kali ini saya meminimalisir keterlambatan. Sampai di Ngopdul, saya celingukan, belum ada seorangpun. Kayaknya semua orang mikir hal yang sama, ‘males nunggu – pasti ngaret’.

Setengah jam berselang, datang Om Anggi, pengurus Ruang Freelance, di susul Dhani kemudian Nuri dan temannya (maaf saya lupa). Setelah sesi perkenalan, muncul Idham dan Reza. Total orang yang berkumpul adalah tujuh orang, berasal dari berbagai latar belakang dan bidang. Saya perkenalkan satu persatu. Om Anggi adalah Creative Director dari iCreativeLabs, Dhani adalah yang  seorang berkecimpung di bidang Desain Grafis sekaligus mengurusi cetak-mencetak, Nuri dan temannya adalah Jurnalis dan Fotografer, Idham adalah Product Apps Manager, Reza adalah Blasst Relationship South East Asia, dan saya penulis fiksi yang sedang merintis wirausaha.

Obrolan hangat mengalir selepas jam lima, Om Anggi berlaku sebagai moderator. Ada beberapa poin yang saya dapat dari para senior freelancer, berikut merupakan rekam jejak pengalaman mereka:

1.      Tantangan seorang freelancer. Apa saja? Ternyata banyak!
  • Mulai dari pekerjaan datang tidak pasti, tentu mempengaruhi penghasilan. Kecerdasan manajemen keuangan kita diuji disini.
  • Menetapkan harga jasa, terlalu murah atau terlalu mahal? Harga jasa ini bergantung dari kemampuan, yaitu kemampuan atau skill kita sebagai penjual jasa dan daya beli klien. Selain itu, daya beli masyarakat di suatu daerah sangat mempengaruhi. Pembeli jasa termahal di Indonesia berasal dari kota-kota besar terutama Jakarta dimana sembilan puluh persen uang berputar (sumber-obrolan).  
  • Kesalahan freelancer pemula adalah tidak berani bilang ‘tidak’ atau menerima semua pekerjaan yang masuk. Padahal kemampuan setiap orang terbatas, terbatas waktu misalnya. Akibatnya, klien pertama pembeli jasa freelancer kena sial karena hasil tidak maksimal. Hal ini sebenarnya bisa disiasati dengan berpartner.
  • Memilih partner. Memilih partner tidak mudah, persaingan sesama freelancer selalu ada. Pilihlah partner yang satu visi misi dan memiliki attitude yang baik. Bagaimana menguji partner tersebut baik atau tidak? Berikanlah pekerjaan kecil sebelum berpartner dalam pekerjaan besar. Jangan langsung menempatkan diri sejajar, selalu memiliki kendali kepemimpinan sebagai pemberi pekerjaan meskipun partner kita porsi kerjanya lebih banyak. Bagilah pembayaran sesuai porsi kerja, jadi tetap adil. Tempatkanlah diri sendiri sebagai kunci komunikasi pengerjaan proyek. Kiat ini bisa meminimalisir kecurangan atau attitude tidak baik partner.
  • Menjaring klien. Bagaimana caranya? Mulai dari teman atau orang-orang terdekat. Mulai dengan membantu teman, kalau mereka puas akan ada efek WOM (word of mouth). Setiap kali punya klien, berikanlah hasil terbaik, kita tidak perlu beriklan karena klien yang puas akan mempromosikan produk kita tanpa sadar.
  • Kalau hasil kerja kita pernah masuk majalah atau diliput, jangan malu untuk mencantumkan karena akan memberi nilai tambah daya jual jasa. Memasukkan hasil kerja kita lewat situs-situs asing dan lokal. Promosi di Facebook, Twitter , jejaring sosial dan web gratis lainnya, cara efektif dan efisien berjualan.

2.      Pitching
Beberapa diantara kalian pasti pernah dengar bahkan mengalami pitching. Apa itu pitching? Pitching merupakan suatu proses interaksi antara konsultan/desainer dengan klien, dimana pada proses pitching sering melibatkan beberapa konsultan. Pada proses pitching konsultan mencoba menawarkan solusi kepada klien dan klien menjelaskan kebutuhan mereka. Proses pitching berjalan beberapa pertemuan, disesuaikan dengan kebutuhan suatu proyek (sumber: http://johctdesign.blogspot.com/2010/05/branding-tips-1-pitching.html).

Menurut Andy Zein -mentor Founder Institute, salah satu inkubator bisnis digital dari Singapura-, saat diwawancarai oleh Kompas.com bulan Juli tahun 2011 menjelaskan bahwa pitching terbagi menjadi tiga, yakni Pitching Elevator, Pitching Competitive, dan Pitching Investor. Saya tidak akan menjelaskan ketiga pengertian pitching ini. Obrolan kami waktu itu mengarah pada pitching competitive. Apa saja yang harus disiapkan menghadapi pitching selain bahan presentasi, yaitu:

  • Cara berpenampilan. Sehari-hari bisa saja kita memakai kaos oblong dan celana pendek, tapi dalam pitching pilihlah baju yang sopan. Membuat penampilan kita rapih dan tampak lebih baik. Penampilan yang baik memberi kesan hormat dan serius.
  • Cara berbicara. Kita tidak bisa secara instan presentasi dengan baik. Maka berlatihlah. Waktu yang diberikan saat pitching terbatas, sekitar 3-5 menit. Bicara dengan jelas, langsung ke tujuan. Sebuah kelakar keluar dari mulut Reza, orang yang bisa bicara dengan baik akan selalu mendapat keuntungan lebih banyak. Barangkali begitulah kenyataannya.
  • Satu tips presentasi yang saya dapat dari instruktur sewaktu kursus, jika sedang presentasi berjalanlah dari kiri ke kanan, karena orang terbiasa membaca dari kiri ke kanan. Cara itu memudahkan klien mengerti apa yang kita sampaikan.
  • Bisa berbahasa inggris atau bahasa asing. Klien kita tidak selalu datang dari dalam negeri. Penting rasanya bisa berbahasa asing untuk memudahkan komunikasi, menyampaikan pesan tanpa menimbulkan ambiguitas. Inilah kelemahan saya, selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Ibu, saya tidak bisa bahasa asing. Apakah kalian punya kesulitan yang sama? Mari mulai belajar.


Hari mulai menjelang malam, forum kecil itu terus berbagi. Menarik sekali mendengar pengalaman mereka yang sudah beberapa kali ke luar negeri. Saya tidak iri, karena sedari kecil saya tidak punya keinginan berkunjung ke luar negeri. Tapi kemudian saya tersadar, itulah bedanya mereka dengan saya. Saya tidak punya visi yang besar hingga pencapaiannya pun tidak beda jauh. Manusia berbeda karena visinya. Ada manusia yang visioner ada yang biasa saja. Makanya ada istilah ‘gantungkan cita-citamu setinggi langit’. Setelah pertemuan itu, saya punya niat memperbaharui VISI.

Masih ada beberapa poin yang ingin saya bagikan. Karena tulisan ini sudah kepanjangan, nanti saya sambung lagi. Karena kesuksesan selalu meninggalkan jejak, maka kita tinggal mengikuti jejak itu. Belajarlah pada orang hebat. Semoga bermanfaat.

Evi Sri Rezeki
Evi Sri Rezeki

Selamat datang di dunia Evi Sri Rezeki, kembarannya Eva Sri Rahayu *\^^/* Dunia saya enggak jauh-jauh dari berimajinasi. Impian saya mewujudkan imajinasi itu menjadi sebuah karya. Kalau bisa menginspirasi seseorang dan lebih jauhnya mengubah peradaban ^_^

8 comments:

  1. Great Scotch! :D
    Ngebantu banget ngerangkum apa yg dibicarain kemarin. Eh ini saya share ke teman yg kemarin ga bs ikut ya

    ReplyDelete
  2. bahasannya bagus, dulu saya mempunyai partner dalam menjalankan freelance. tapi seiring semakin berbedanya visi, akhirnya saya menjalani freelance sendiri.
    dan benar kita minimal mesti bisa berbahasa inggris, karena saya kebanyakan dapet project malah dari orang luar.

    salam sukses selalu untuk freelancer indonesia. ;)

    ReplyDelete
  3. keren tulisannya. informatif banget.
    jadi dapet ilmu nih hehe
    :)
    makasih banget

    ReplyDelete
  4. nice share.

    Thanks dah buat artikel ini... berhubung sy g bs dateng ke Meetup.. artikel ini benar2 membantu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, nanti baca juga bagian keduanya ya..

      Delete